Trends

SANDIAGA UNO SEBUT DRAMA SUNDA BISA BALAP DRAMA KOREA, INI DERETAN HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN

Kabarnya ranking ekonomi kreatif Indonesia menduduki peringkat 3 setelah Amerika dan Korea Selatan. Pak Menteri Kemenparekraf sih optimis Drasun alias Drama Sunda serta Dekop alias Dangdut Koplo bisa balap Drakor dan K-Pop. Tapi…..

title

FROYONION.COM - Senin lalu (29/8), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno, mengeluarkan statement yang lumayan viral nih di kalangan anak muda Indonesia.

Pak Sandiaga mengajak generasi muda untuk mengurangi nonton drama Korea dan mendengarkan K-Pop. Sebagai gantinya, generasi muda bisa menikmati drama Sunda dan dangdut koplo. Dia juga optimis akan perkembangan ekonomi dan industri kreatif Indonesia karena katanya, Indonesia ada di peringkat ketiga setelah Amerika dan Korea Selatan. 

"Kalau kita kurangi dengar K-Pop atau nonton drakor, kita banyakin nonton drasun (drama Sunda) atau dekop (dangdut koplo), kita mudah-mudahan dalam lima tahun ke depan bisa membalap Korea," kata Pak Sandiaga Uno setelah menghadiri acara Kekeun 2022: Sunday Funday di Bandung.

Waduh.. Gimana ya pak…

Nggak apa-apa untuk punya mimpi yang tinggi setinggi langit. Tapi perlu juga menyusun strategi supaya impian ini nggak cuma jadi omong kosong aja. Mungkin waktu Pak Sandiaga mengatakan pernyataan itu, strateginya belum siap. Alhasil, respon anak muda bukannya semangat tapi malah pesimis, Civs. 

Dalam upaya untuk membantu Pak Sandiaga, mari kita jabarkan beberapa hal yang harus dipertimbangkan kalo Indonesia mau membalap Korea dalam hal drama dan musik. 

DRAKOR VS DRASUN?

Pertama-tama coba kita break down alasan kenapa drakor bisa sepopuler itu. 

Faktor pertama, tentu saja karena aktor dan aktrisnya yang menawan. Seakan punya kekuatan supranatural, para aktor dan aktris Korea bisa bikin anak muda Indonesia klepek-klepek. 

Kayak kharisma Ryu Jun-yeol di drama Reply 1988, muka simetris nan eloknya Nam Joo Hyuk, keanggunan Bae Suzy, sampe ke-gemoy-an IU yang juga merangkap sebagai penyanyi solo mampu menghipnotis para penonton. 

Faktor kedua, cerita dan genre drama Korea juga amat beragam. Mau cerita romantis ada, drama ada, keluarga ada, komedi ada, horror ada, semua ada. Dengan genre yang beragam dan cerita yang dipikir matang-matang ini membuat drakor nggak kesulitan untuk nyari pasar atau penonton. 

BACA JUGA: YANG BISA KITA PELAJARI DARI FENOMENA DRAMA KOREA

Naskah ceritanya juga semakin berkembang dari waktu ke waktu. Misal kalo kita nonton drakor zaman dulu kayak Full House dan dibandingin sama drama romance terbaru kayak Our Blues, pasti kentara perkembangannya. 

Ngomongin soal perkembangan drakor, proses produksi drama Korea juga makin keren dari tahun ke tahun. Dari pengambilan gambar, sound, proses editing, coloring, dan serangkaian proses produksi di belakang layar seperti wardrobe dan make up juga sangat mengikuti perkembangan zaman. 

Nggak heran kalo drakor bisa jadi trend setter, bukan cuma buat orang Korea tapi juga buat dunia.

Dari gaya yang kasual sampai elegan, drama Korea berhasil menjadi trendsetter fesyen yang berdampak bagi banyak orang. (Foto: Pinterest)

Nah, kalo Indonesia mau bikin saingannya drakor, hal-hal kayak gini juga harus dipertimbangkan. Bisa nggak Indonesia bikin drama dengan cerita yang matang, proses produksi yang nggak setengah-setengah, dan melibatkan aktor dan aktris Indonesia yang emang sesuai dengan karakternya? 

Kalo pembuatan drasunnya masih sebelas dua belas sama sinetron yang kejar tayang, jangan mimpi untuk membalap drakor dulu deh. Mending, berikan edukasi dan pemberdayaan yang tepat sasaran untuk perkembangan industri kreatif kita.

Kalo udah bisa memberikan bekal yang optimal buat produksian drasun, baru deh bisa kasih saran untuk anak muda Indonesia mengurangi nonton drakor. Gue percaya, selama hasilnya membanggakan, anak muda juga akan mendukung karya anak bangsa. Buktinya, udah banyak film Indonesia yang bikin bangga kok. Kayak Pengabdi Setan, Mencuri Raden Saleh, atau serial kayak Yang Hilang Dalam Cinta yang emang bagus dari segi cerita dan produksi. 

BACA JUGA: PENJELASAN FILM MENCURI RADEN SALEH, HATI-HATI SPOILER!

K-POP VS DANGDUT KOPLO?

Respon masyarakat Indonesia sama dangdut koplo sendiri sebenernya udah positif kok. Kalo dulunya penikmat dangdut dibilang kampungan, sekarang dangdut koplo berhasil dikumandangkan di Istana Negara. Jadi kalo soal image, sebenernya nggak seburuk itu. 

BACA JUGA: INILAH KEKUATAN MAGIS LAGU KOPLO, BIKIN LAGU GALAU MALAH JADI LAGU YANG BIKIN BAHAGIA

Tapi tetep ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan nih kalo mau ngebalap popularitas K-Pop. 

Pertama, lagu-lagu K-Pop itu masuk di telinga banyak orang. Bahkan orang yang nggak tahu K-Pop pun bisa jadi suka sama K-Pop, tanpa harus jadi fans terlebih dahulu. Kuncinya satu, lagunya banyak yang easy listening. 

Kedua, genre-nya juga amat beragam. Walaupun namanya K-Pop, tapi genre Hip Hop, rock, blues, ballad, techno, dan lainnya juga ada. Sama kayak genre drakor yang beragam, dengan banyaknya ragam genre K-Pop juga bikin pasar K-Pop makin luas. 

Ketiga, kalo kita perhatiin cara Korea Selatan memasarkan para idol dan penyanyinya sangat matang. Strategi kayak mau memasarkan ke negara apa aja, bentuk albumnya kayak gimana, kerja sama dengan media apa aja, mau ngadain konser di mana, sampe visual para penyanyinya juga sangat dipikirkan. 

Makanya, nggak heran kalo idol K-Pop bisa gonta-ganti warna rambut setiap mau ngeluarin lagu baru.

Perubahan warna rambut Dahyun Twice yang ganti-ganti warna setiap Twice ngeluarin lagu baru. (Foto: Pinterest)

Dari ketiga faktor itu aja, udah banyak yang harus dipikirkan kalo emang dangdut koplo mau membalap K-Pop. Apakah bisa dangdut koplo jadi easy listening buat banyak orang? Lalu dari genre, udah sangat dibatasi genre-nya dangdut aja. Kira-kira bisa nggak adaptasi sama genre lainnya? Terus apakah bisa kita mempromosikan dangdut koplo sebaik yang dilakukan K-Pop? 

Namun, walau tampaknya K-Pop hebat banget, tetep ada kekurangannya. 

Seperti banyaknya berita soal idol K-Pop yang depresi dan bahkan bunuh diri akibat ekosistem dunia hiburan Korea Selatan yang sangat kejam. Atau berita para fans K-Pop idol yang berlebihan sampe jadi penguntit bahkan mengancam keselamatan idol-nya. 

Apakah bisa Indonesia mencegah hal kurang baik seperti ini untuk terjadi seandainya dangdut koplo mendunia? 

Hmm… Ternyata banyak juga ya yang harus dipikirkan? Gimana? Apakah kita bisa membalap industri kreatif Korea seperti yang Pak Sandiaga Uno bilang? 

Gue pribadi berpikir kalo kita punya keunikan kita sendiri. Nggak harus kayak drakor dan K-Pop, industri film dan musik Indonesia bisa kok bersinar dengan cara sendiri. Buktinya udah banyak kan musisi indie Indonesia yang terkenal? Banyak juga kan sutradara film Indonesia yang dapet penghargaan?

Dengan begitu, nggak perlu nyuruh anak muda mengurangi nonton drakor dan dengerin K-Pop kan? (*/) 

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Sehari-hari menulis dan mengajukan pertanyaan random ke orang-orang. Di akhir pekan sibuk menyelami seni tarik suara dan keliling Jakarta.