Esensi

JADI AKTIVIS ORGANISASI, APA SIH MANFAATNYA?

Salah budaya anak muda adalah menjadi aktivis. Jadi aktivis itu rasanya enak-enak nggak enak. Kalian setuju apa nggak, Civs? Meskipun banyak yang nyinyir bahwa aktivis itu melelahkan, tapi tidak melulu soal itu lho. Ada banyak juga manfaat jadi aktivis.

title

FROYONION.COM - Jadi aktivis itu rasanya enak-enak nggak enak. Kalian setuju apa nggak, Civs? Meskipun banyak yang nyinyir bahwa aktivis itu melelahkan, tapi tidak melulu soal itu lho. Ada banyak juga manfaat jadi aktivis, beberapa di antaranya:

Menurut temen gue, jadi aktivis itu menyenangkan. “Lo pasti punya kebanggaan sendiri di hadapan para cewek, kalau jadi aktivis tu. Kek berasa cool gitu,” ucap teman dia ketika mendoktrin gue agar mau masuk organisasinya. Tapi gue menolak. 

Menurut gue pribadi, jadi aktivis itu melelahkan, dan butuh kekuatan macam Ultraman dan Superman untuk menjalani kegiatan yang demikian padat dan beruntun. Dalam sehari, kadang-kadang ada dua sampai tiga perkumpulan. Pagi di organisasi ini, sore di organisasi itu, malam di organisasi lain. Iya gak sih? Sependek pengamatan gue sih begitu.

Tapi ya benar juga kata teman gue tadi, jadi aktivis itu pasti banyak ceweknya. Apalagi good looking, jelas banyak fans-nya. Ke mana-mana, ada ceweknya, gonta-ganti pula. Kan bikin iri. Hehe. Yang bikin gua heran itu kekompakan mereka dalam melaksanakan komando atasan. Totalitas banget.

Gue sampai dibikin heran sama teman gue. Dia itu sakit demam lo. Semalam belum tidur. Tapi ketika ada agenda rapat organisasinya, dia tetap berangkat dan hadir. Sudah gue suruh untuk istirahat, tapi tetap saja berangkat. Ujung-ujungnya ketika dia pulang dan gue tanya apa yang ia dapatkan dari tongkrongan muda-mudi itu, ia hanya diam tak berkutik. Merebahkan badan dan tidur.

“Memangnya apa manfaatnya kumpul-kumpul di tempat nongkrong anak muda seperti itu?” Keresahan gue dulu seperti itu melulu. Gue memandang jadi aktivis itu hanyalah euforia masa muda yang sia-sia. 

Namun, lambat laun gue sadar kalau gue butuh banyak teman. Kadang kalau melihat teman-teman di kampus yang aktif di organisasi, gue iri. Kok bisa sih, hidup seasik mereka; punya banyak teman, baik cewek maupun cowok yang semuanya asyik dan kompak sekali.

Dari hal itu, gue mulai ingin menjadi aktivis. Gue kemudian tanya-tanya ke teman-teman; apa output atau feedback selama mereka berkecimpung dalam dunia organisasi? Ternyata jawaban mereka variatif.

MANFAAT JADI AKTIVIS

Ada salah satu teman mengatakan: “Dulu gue introvert banget, Mas. Semenjak berkecimpung di organisasi, gue jadi ekstrovert, jadi berani ngomong di depan banyak orang, lebih membuka diri, bisa saling mengenal banyak orang. Dari organisasi, saya belajar bagaimana menghargai pendapat orang lain.”

Kalau dipikir-pikir, benar juga, sih. Aku kenal dia sejak semester awal. Dulu dia sangat introvert, sangat pendiam, dan sangat cuek. Tapi semenjak aktif dan berkecimpung di organisasi kampus, dia banyak bicara, genit, dan sangat aktif. 

Tak hanya itu, dulu dia jarang banget keluar. Semenjak berkecimpung di organisasi, dia menjadi sering keluar, bahkan keluar malam-malam. Gue sering soalnya memergoki dia ngopi di kafe dengan teman-teman ketika gue sedang ngopi juga.

Ada teman gua mengatakan: “Motivasi gue ikut organisasi hanya sekadar mengisi waktu gabut, Mas. Daripada gue di kost nggak ngapa-ngapain, mendingan kumpul-kumpul dengan teman di warung atau kafe.”

Gue tanya: “Apa sih feedback dan output yang lo peroleh dari aktif di organisasi?”

“Gue hanya ikut-ikutan, Mas. Diajak ke tongkrongan ya ikut aja, yang penting asik, dan ada cewek banyak. Berangkat dengan wajah lesu, pulang, karena banyak cewek, hati dan mata sudah berbinar. Itu, Mas. Itu saja motivasi gue. Gue gak muluk-muluk dapat ilmu kek, apa kek. Bukan. Ya hanya untuk bersenang-senang.”

Lalu dalam benak gue: “Nih orang gak jelas banget, deh.”

JADI AKTIVIS: BELAJAR MEMANUSIAKAN MANUSIA 

Karena kurang puas, gue akhirnya ikut salah seorang teman ketika ada agenda rapat organisasinya. Kami akhirnya berangkat ke tempat rapat. Di sana bertemu banyak anak muda, baik cowok maupun cewek. Satu per satu gue ajakin mereka salaman. Ramah-ramah.

Gue ikut rapat sampai selesai. Sesudah rapat, mereka main UNO dan gue ngajakin ketua organisasi ngobrol. Di tengah ngobrol, gue bertanya pada ketua organisasi: “Mas, motivasi lo aktif di organisasi itu apa?”

Tidak langsung dijawab, dia mengambil rokok dan menyulutnya, menghisapnya dalam, lalu perlahan mengeluarkan asap. Sejurus kemudian ia menjawab: “Meskipun gue jelasin panjang lebar ke lo, sama saja lo kagak akan percaya kalau nggak mencoba, Bro.”

Lalu kepala gue mangguk-mangguk. Dalam benak gue: Benar juga nih orang. Tapi apakah ini doktrin penerimaan anggota, atau memang murni pertanyaan? Itu bukan urusan guee. Yang penting gue ingin ikut organisasi untuk menjawab keresahan gue selama ini.

Seperti kebanyakan anak muda pada umumnya, gue juga pengen punya banyak kenalan dan relasi, terlebih cewek-cewek cantik. Hehe. Seperti kata teman gue tadi, daripada gabut di kost, mending ikut organisasi dapat cewek banyak.

Dari itu, gue mencoba ikut teman berkecimpung di organisasi. Beberapa bulan di organisasi, gue dapat banyak relasi pertemanan. Gue menemukan banyak hal baru dari organisasi. 

Ternyata benar kata ketua organisasi yang ngomong ke gue waktu itu. Sekarang gue jadi paham esensi ikut aktif dalam organisasi. Civs, ada yang lebih berharga ketika lo jadi aktivis, yaitu rasa kekeluargaan, solidaritas tanpa batas.

Kalau sekarang gue ditanyain apa motivasi gue jadi aktivis, jawaban saya sederhana: “Belajar menyikapi manusia secara manusiawi.” 

Ini bukan doktrin, tapi pengalaman gue saja. Sharing sih, jadi aktivis itu keren lo. Tak hanya soal dapat pacar dan teman hidup, lebih dari itu, kita juga dapat mencari bagaimana cara kita menghargai pendapat orang lain. (*/)

BACA JUGA: FRUGAL LIVING: GAYA HIDUP YANG COCOK BUAT MAHASISWA ANTI DOMPET BONCOS!

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Aqib Khoirrunnuha

Penulis buku Mata Ibu (kumpulan Cerpen) dan Paradoksikal Hikmah (kumpulan esai), murid semesta, dan pemulung kata-kata. Berdomisili di Jogja, di Pondok Pesantren Kreatif Baitul Kilmah asuhan Kiai Aguk Irawan Mn.