FroyonionHQ

KINUR’S STORY: RESEP BERKIPRAH TANPA IJAZAH DI INDUSTRI KREATIF

Sebagian orang di industri kreatif ngerasa buang waktu kuliah karena kerjaan sekarang ama jurusan kuliah dulu beda banget. Tapi Kinur punya perjalanan berbeda. Simak kisah jatuh bangunnya selama lebih dari 1 dekade di bawah ini, Civs.

title

FROYONION.COM - Haluw, perkenalkan buat yang belum kenal. Nama gue Riszkynoer yang akrab dikenal Kinur (28). Gue adalah seorang Visual Compositor dan NFT artist untuk saat ini jika sedang tidak sibuk di Froyonion sebagai Head Video Editor. Salam kenal ya~

Gue di sini akan berbagi tentang pengalaman gue berkelana di industri kreatif selama lebih dari satu dekade. 

Long story short, gue memulai hobi gue dalam bidang konten semenjak zaman SMA di tahun 2011. Di situ gue tergabung dalam komunitas kecil pembuat short film yang bernama Asal-Asalan Production (A2P) yang dulunya cuma beranggotakan 5 orang termasuk gue.

Kecintaan gue terhadap editing dimulai ketika saat sekolah dulu sering ada tugas membuat video clip atau juga drama singkat yang harus divideokan. Bermodalkan keyakinan dan juga PC punya sekolah dan teman yang tajir, gue belajar otodidak tentang editing video.

Selama masa sekolah, gue dan A2P sering membuat konten YouTube, membuat tugas drama adik kelas, dan seringkali mengikuti gathering komunitas YouTube. Sampai akhirnya salah satu multi channel network pertama di indonesia yaitu Layaria, yang dikepalai oleh Dennis Adishwara mengajak kami (A2P) untuk bergabung dalam sistem partnership YouTube mereka.

Lewat kesempatan itu kami jadi banyak belajar soal konten YouTube dan juga menemukan teman-teman sepermainan dalam dunia konten YouTube. Dengan adanya kesempatan baru tersebut, kami pun dapat beberapa brands yang masuk ke dalam konten kami. Dalam hal teknis, kami juga jadi bisa meng-upgrade beberapa tools dan device untuk kelangsungan konten kami.

Seiring berjalannya waktu, beberapa dari kami memilih untuk pisah jalan karena kesibukan masing-masing. Sehingga yang masih bertahan adalah gue dan Miko Panggayo. Kami tetap lanjut membuat konten sembari melanjutkan hidup. Miko lanjut kuliah, sedangkan gue tidak melanjutkan kuliah dan jadi pegawai swasta karena alasan keluarga. 

BACA JUGA TULISAN MIKO PANGGAYO: MEMBONGKAR MITOS-MITOS INDUSTRI KREATIF

Walaupun begitu, gue tidak berkecil hati. Gue percaya, setiap orang punya jalan hidup dan rezekinya masing-masing. 

Untuk itu kami berkomitmen untuk selalu membuat konten dan beranggapan A2P akan membuat kami menemukan hal yang ingin kami capai di industri kreatif.

Dari cerita ini pun mungkin lo bisa nangkep kalo gue adalah seorang yang tidak menolak akan kesempatan baru dan tidak takut mencoba hal yang sebelumnya nggak pernah gue kuasai. 

Hal ini adalah kunci yang bisa membawa gue ke arah yang berbeda sehingga gue bisa mendapatkan minat-minat baru yang cocok buat gue. Kalian pun bisa menerapkan hal ini dalam kehidupan kalian kok. 

Karena pengalaman tidak akan didapat kalau kalian tidak mencoba sendiri hal itu.

Seiring berjalan waktu, gue bekerja di Layaria sebagai editor karena kami sering membuat konten juga di sana.

Dan Miko masih harus menyelesaikan kuliahnya. Gue melamar ke Layaria bermodalkan portofolio doang karena ijazah gue ditahan di kantor gue sebelumnya yang baru diambil setelah 2 tahun gue bekerja di Layaria. Untungnya nggak dibuang!

Selama di Layaria gue pun sering mencari opportunity baru seperti freelance editing, atau bikin konten untuk brands karena gue berpikir kalau gue sendiri tetep butuh ilmu di luar kantor itu sendiri.

Sering melakukan hal-hal yang sebenernya gak pede seperti jadi MC, jadi pembicara, talent brand video membuat gue pelan-pelan berubah menjadi lebih biasa akan hal itu dan otomatis lebih pede.

Kalau ditanya gue introvert memang betul sekali! Kecakapan dalam berbicara dengan orang lain masih gue asah dan membangun kepercayaan diri pun masih dibangun pada saat itu. Kalo sekarang sudah cukup pede sesuai kebutuhan XD. 

Mindset yang gue tanam untuk hal ini adalah ketika kalo lu gak pede dan gak mencari lingkup baru, otomatis lu akan perlahan-lahan ‘mati’ dan nggak akan menjadi siapa-siapa atau mencapai hal yang lu inginkan. Buat gue yang kerja di industri kreatif, itu hal yang ‘haram’! 

Selama di Layaria gue dipertemukan dengan orang-orang hebat yang mungkin nggak akan gue bisa temui kalau gue nggak masuk ke situ. Bayangin aja gue bisa ketemu dan ngobrol sama legenda-legenda YouTube seperti Reza Arap, Edho Zell, Duo Harbatah, Kevin Anggara, VNGNC dan Chandra Liow. 

Gue juga pernah ketemu langsung sama banyak sosok terkenal (publik figures) dan selebritas seperti Bu Risma yang dulunya walikota Surabaya, Achmad Zaky, Jessica Iskandar, Vidi Aldiano, dan masih banyak lagi.

Di situ Layaria pun besar dan banyak kreator yang bergabung dalam partnership. Dan di situ awal mula gue dan Miko bertemu dengan salah satu partners yang bernama Arie Je.

Fast forward, akhirnya Miko dan gue masuk ke dalam sebuah digital media agency yang bernama Froyonion karena gue berdua sudah kenal Arie Je cukup lama ketika di Layaria karena konsisten dalam membuat konten dan juga unik.

Gue melamar ke Froyonion dengan cara yang masih sama kayak dulu di Layaria: ‘cuma’ bermodalkan portofolio. Miko pun begitu.

Dan masih berjalan sampai sekarang.

Gue pribadi pun masih melakukan hal yang sama sekarang seperti di saat gue masih di Layaria: mencari opportunities baru.

Kunci untuk tetap survive di industri kreatif sebenernya satu: kemauan untuk maju.

Dari pengalaman gue, orang-orang yang tidak punya kemauan yang kuat untuk maju seperti itu tidak akan bisa masuk ke dalam industri ini.

Gue yakin setiap orang terlahir kreatif. Cuma nggak semua terpikir untuk memaksimalkan dan mengeksplor potensi kreativitasnya itu agar bisa menjadi lebih berkembang lebih baik dari sebelumnya.

Kalian mau kuliah atau nggak, punya ijazah atau nggak sebenernya bukan menjadi masalah utama di industri ini, Civs.

Selama kalian konsisten dalam membuat sesuatu, membuka banyak pertemanan baru di banyak komunitas, selalu update atau tahu perkembangan terkini dalam mempelajari hal baru, kalian bisa bertahan dan sukses dalam industri kreatif di Indonesia ini.

Dari apa yang gue alami, sebuah portofolio bisa lebih bernilai atau punya value lebih tinggi dibandingkan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) gue di dalam ijazah. 

Ya kalo mungkin kalian mau kerja ke bidang pemerintahan atau sektor formal lain yang diperlukan cuma ijazah ini. Tapi dalam konteks industri kreatif, hal itu nggak terlalu berlaku ketat.

Ditambah sekarang kemajuan teknologi dan informasi pun udah bukan alasan untuk kalian tidak belajar dan berkembang. Mungkin beberapa ada yang ngerasain minjem laptop untuk belajar atau upload video 10 menit harus ditinggal tidur 18 jam. Paling itu aja sih yang bisa gue share kepada lu lu pada. 

Dan hal yang mirip juga berlaku saat gue mulai menekuni profesi NFT artist yang tergolong profesi baru.

Sebagai penutup, pesen gue buat Civillions semua: terus belajar, tetap berjejaring, selalu mempelajari hal baru, jangan takut gagal karena gagal itu sudah pasti, dan sukses adalah risikonya.

[Mr. Kinur SIGNING OUT~]

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Kinur

Visual Compositor dan NFT artist. Untuk saat ini, jika sedang tidak sibuk, di Froyonion sebagai Head Video Editor