FroyonionHQ

NULIS OPINI DENGAN PERCAYA DIRI ITU SENI

Apa aja sih yang perlu lu ketahui sebelum nulis artikel opini? Froyonion undang dosen sekaligus rapper perempuan Yacko jelasin di event BBC ke-3 buat jawab pertanyaan-pertanyaan lu soal ini.

title

FROYONION.COM - Menulis artikel opini seperti sulit tapi sebenernya juga nggak sesusah bayangan lu kok. Inilah namanya “seni”. Kalau sudah ketemu kunci-kunci dan tekniknya, yang terlihat susah bakal terasa mengalir lancar dan gampang aja.

Di event “Belajar Bareng Civillions: PD Nulis Opini” yang diadain ketiga kalinya oleh Froyonion.com Minggu, 5 Desember 2021 lalu, banyak pertanyaan soal seni menulis artikel opini yang dijawab oleh pembicara kita, dosen dan rapper perempuan Yacko.

BACA JUGA: “YACKO: MENGAJAR UNTUK BELAJAR, BERMUSIK UNTUK SHARING

Menulis sudah jadi keterampilan dasar yang penting buat siapa saja apalagi buat yang kerja di dunia akademis, ungkap Yacko siang itu pada para peserta webinar BBC “Pede Menulis Opini”. 

Dalam artikel opini, sebaiknya penulis tidak cuma menuliskan opini yang ‘mainstream’, populer, atau udah klise. 

Artikel opini lu justru mengungkapkan ide, sikap, pandangan, pendapat, atau gagasan pribadi lu yang unik, berbeda dari orang kebanyakan. 

Kenapa harus unik?

Sebab buat apa orang membaca sesuatu yang sudah dia dapatkan dari tulisan atau konten orang lain? Orang bosen kan baca atau lihat konten yang nggak kasih nuansa segar dan baru.

Setelah dapat ide atau gagasan yang unik mengenai sebuah topik  untuk dibahas, hal pertama yang harus ditaklukkan ialah rasa takut. 

“Hilangkan rasa takutmu dulu. Percaya diri aja, tulis dulu apa yang ada di kepala dan menulislah secara rutin,” kata Yacko.

Hal lain yang sering membuat calon penulis nggak PD ialah memilih tema atau ide yang asing atau nggak dikuasai cuma karena ingin terkesan atau dilihat keren sama orang lain. 

“Padahal kalau kamu memilih untuk menulis sebuah tema atau ide yang familiar denganmu justru kamu bisa lebih percaya diri,” tegas Yacko.

Masalahnya ialah banyak penulis pemula yang membahas tema yang mereka sudah ketahui dengan baik dengan sudut pandang atau ‘angle’ yang sudah terlalu banyak dipakai orang. Nggak heran jadinya ya membosankan.

Sebelum menulis, lu juga seharusnya tahu betul siapa yang akan membaca tulisannya. Dengan kata lain, pahami audiens yang lu ingin bidik. Katakanlah lu mau nulis buat anak seumuran lu, pastinya jangan nulis pake bahasa resmi kayak skripsi atau makalah. Karena nggak bakal ada yang baca kalo bahasanya seserius itu juga.

Ada penulis yang tipenya bisa ngalir aja idenya pas nulis. Tapi ada juga nih penulis yang tipenya kudu buat garis besar atau rancangan tulisan dulu sebelum nulis supaya lebih terfokus dan nggak ‘macet’ di tengah jalan. Lu perlu tau lu tipe yang mana.

Kalo emang lu tipe yang ngalir, silakan aja. Tapi buat lu yang merasa nggak bisa spontan gitu nulisnya, berarti kudu buat outline atau kerangka tulisan. Cara selain buat kerangka tulisan yakni membuat peta pikiran alias mindmap.

Kiat lain supaya tulisan opini lu nggak terkesan B (biasa) aja adalah lakukan riset dan tambahkan kutipan pakar, data, fakta, pernyataan dari sumber yang tepercaya untuk memperkuat opini lu. Jadi pembaca tau kalo logika lu main dan ini bukan tulisan yang asal bikin. Ada pemikiran yang mendalam di baliknya. Nggak asal ketik.

Terkait kutipan pakar, penulis kadang harus ngobrol/ wawancara seorang praktisi/ ahli terkait tulisan yang ia buat. Di sini seorang peserta bertanya: “Gimana ya kak supaya narasumber itu yakin dan mau buat diwawancara? Padahal kan gue pemula nih. Belum ada bargaining power.” Klop, ini emang masalah yang banyak dihadapi penulis pemula emang. Narasumber mungkin ada yang ngebatin: “Lu siapa kok mau nanya-nanya gue?”

Buat ngatasi masalah ini, sejujurnya kita bisa pakai jurus satu ini: personal branding. “Kamu harus dengan percaya diri menjelaskan dirimu itu siapa. Kita mau dikenal sebagai siapa oleh masyarakat? Kita harus percaya bahwa kita akan jadi ‘label’ yang kita berikan pada diri sendiri.”

Sebagai contoh, Yacko mem-branding dirinya sebagai seorang ‘artivist’, seorang rapper yang menyuarakan aspirasi soal feminisme dan isu-isu pemberdayaan dan pembelaan hak-hak perempuan melalui karya seni berupa lagu-lagu rap yang dia buat dan gaungkan di berbagai forum. 

Nah, lu sendiri udah nemu belom personal brand lu? 

Poin lain yang nggak kalah pentingnya dalam menulis artikel opini ialah lu kudu buat judul yang menarik tapi jangan yang terlalu berbau ‘clickbait’, apalagi seksis (memandang orang dengan menggunakan prasangka, stigma atau diskriminasi mengenai jenis kelamin mereka). Liat aja deh judul-judul berita online yang kerap memandang cewek dari penampilan fisik semata padahal tampilan itu nggak ada kaitannya ama topik berita. Misalnya nih isi beritanya soal prestasi atlet cewek tapi judulnya nyebut-nyebut bodi yang seksi atau kecantikannya yang di atas rata-rata. Ini juga bisa dialami cowok.

Satu pertanyaan dari salah satu peserta webinar yang relevan banget ama kita-kita yang baru mau mulai nulis opini adalah: “ Apakah dengan metode ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) bisa menemukan karakter diri kita sendiri dalam menulis?”

Bisa banget, jawab Yacko. Tapi nggak berhenti di fase itu dan berpuas diri  ya. Lu kudu latihan dan praktik nulis rutin sehingga lama-lama bisa ketemu deh karakter lu sendiri sebagai penulis. Jadi karakter ini bukan hal yang bisa didapat begitu saja, secara instan, atau sekedipan mata. Itulah kenapa penulis harus rajin nulis dan sabar dalam menikmati prosesnya. 

Event Belajar Bareng Civillions (BBC) adalah kegiatan berupa workshop atau webinar yang diadakan Froyonion.com untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan seputar menulis dan isu-isu yang relevan dengan anak muda generasi Z. 

Kelewatan buat ikut event BBC ini berikutnya? Tunggu pengumumannya di Instagram @froyonion. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Akhlis

Editor in-chief website yang lagi lo baca