Music

PISAH RANJANG BAND DAN SKENA MUSIK SOLO DI FESTIVAL 76 INDONESIA ADALAH KITA

Harapan masyarakat Solo dalam menginginkan para musisi yang dapat mencemerlangkan nama kota kelahirannya sangatlah besar. Kota Bengawan Solo ini perlahan tapi pasti akan segera menyumbangkan musisi terbaiknya ke kancah nasional.

title

FROYONION.COM - Pada Sabtu, 28 Oktober 2023 kemarin, Pamendan Pura Mangkunegaran, Kota Solo menjadi salah satu tuan rumah yang diselenggarakan Komunitas Jalan Jalan Heppiii 76. Di hari yang sama event serupa juga digelar di lima kota lainnya di Jawa yakni Pasuruhan, Sidoharjo, Madiun, Semarang, dan Purwokerto. 

Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda yang ke 95, Jalan Jalan Heppiii 76 merupakan sebuah bentuk kampanye yang memiliki dorongan kuat untuk mendukung potensi budaya lokal di Jawa Tengah dan DIY. Jalan Jalan Heppiii bertujuan untuk menggali potensi band dan UMKM lokal untuk terangkat ke khalayak luas.

BACA JUGA: 5 REKOMENDASI MAKANAN KHAS SOLO YANG BERSEJARAH UNIK

Pisah Ranjang perform di sesi awal. (Foto: Dok. Photografer Tim Media Elangmas)
Pisah Ranjang perform di sesi awal. (Foto: Dok. Photografer Tim Media Elangmas)

Di Solo sendiri, dihadiri anak-anak muda Solo dan sekitarnya dengan antusias. Panggung yang digelar di jantung Solo tersebut dipenuhi oleh penonton yang menanti penampilan band-band lokal yang ada di Soloraya.

Hal tersebut juga diiyakan oleh tim media festival  yang telah penulis temui. Bayu Gumilar atau akrab disapa Abuy yang pada saat itu tampak sibuk sebelum malam puncak acara menyempatkan diri untuk duduk menjawab sejumlah pertanyaan dari penulis. 

Menurutnya, Jalan Heppiii 76 berupaya melebarkan kampanye potensi lokalnya di wilayah urban yang sebelumnya komunitas tersebut terfokus di wilayah perdesaan.

SUKA DUKA MUSISI SOLO

Penulis (paling kiri) berfoto bersama dengan personil dan kru Pisah Ranjang Band. (Foto: Dok. Pribadi Penulis)
Penulis (paling kiri) berfoto bersama dengan personil dan kru Pisah Ranjang Band. (Foto: Dok. Pribadi Penulis)

Yang tak kalah mengasyikkan ialah saat penulis bisa duduk berbincang dengan para personel Pisah Ranjang Band, yang dibentuk di Kampus UIN Raden Mas Said Solo. Band lokal ini menjadi langganan di setiap perhelatan konser lokal di Soloraya.

1.    MENGENAL LEBIH DEKAT PISAH RANJANG BAND

Band yang lahir di lingkungan kampus UIN Solo tahun 2014 ini dengan senang hati menerima kehadiran penulis untuk berbincang. Ditambah salah satu personil tersebut mengaku bahwa sering menonton konten Froyonion di Youtube. Hal itu menambah semangat penulis untuk mengulik lebih dalam lagi

Band yang beranggotakan Fatah (Vokalis), Musthafa  (bass), Zain (gitar), Anis (Kyboard), Adi (Drum) dan Koko (Manajer) sekarang ini telah mendapat atensi yang sangat besar dari masyarkat Solo. Bisa dilihat dari jadwal manggung Pisah Ranjang yang sangat padat sekali. Kemarin sehabis acara saja, seusai berbincang dengan penulis para personil bergegas ke mobil untuk melanjutkan konser selanjutnya di Universitas Sebelas Maret (UNS).

Arti dari nama band “Pisah Ranjang” ini membuat penasaran bagi masyarakat Solo, dan bahkan banyak sekali para audiens yang mengira bahwa inspirasi nama tersebut berasal dari hubungan yang kandas. Namun, tanda tanya besar tersebut dijawab oleh Fatah dan personil lainya.Mereka mengatakan bahwa makna dari kata “Pisah Ranjang “ ini tak terlepas dari masa kuliah para personil. 

Ia mengatakan bahwa nama band tersebut diambil dari kondisi yang mana mengharuskan para personil ini untuk berpisah setelah kuliah. Sambil mengingat masa perkuliahanya dulu, Fatah menceritakan awal mula terbentuk band tersebut berawal dari UKM musik Kampus “ Para personil disini beda angkatan. Ada yang dari angkatan  2012, 2013, 2014 dan 2015. Kita semua juga bukan dari fakultas yang sama,” tutur Fatah.

2.    SUKA DUKA MENJADI MUSISI DI SOLO

Mungkin selama ini kota yang paling banyak mendatangkan musisi berasal dari Kota Bandung dan Jogja. Bisa kita lihat banyak sekali para musisi dari beragam genre yang telah melalang buana manggung di kota-kota besar Indonesia. Entah kenapa hal tersebut tidak terjadi di Kota Solo. Padahal di Solo terdapat napak tilas rumah produksi rekaman paling tua di Indonesia bernama Lokananta. Demi menjawab rasa penasaran tersebut, penulis mempertanyakan rasanya bertahan di industri musik di Kota Solo.

Dari band yang usianya hampir berusia 10 tahun itu, mereka menceritakan perjuangan yang amat besar untuk mempertahankan eksistensi band yang mereka gaungi. Duka yang mereka dapatkan sudah mereka terima sejak awal band mereka berdiri. Mereka masih menyimpan pengalaman kelam tersebut untuk dijadikan sebagai pembelajaran, misalnya dari panggung ke panggung mereka pernah sekali manggung tanpa bayaran sama sekali, bahkan yang paling parah, pernah suatu kali mereka manggung dengan para audiens malah lebih asyik untuk ngejogetin botol ketimbang mengikuti alunan musik.

Namun, sisi baiknya setelah sekian lama menelan pil pahit , genre dari band satu ini dapat diterima oleh masyarakat Solo.”Para audiens semakin hari mudah untuk diajak berinteraksi.Kalau kita kasih aba-aba untuk jingkrak-jingkrak bareng, para audiens dengan senang hati mengikuti permintaan dari aba-aba vokalis,” ucap  Fatah.

3.    BATU LONCATAN BEKARYA DI SOLO DAN PENETRASI AUDIENS

Branding bagi band Pisah Ranjang adalah sebuah batu pijakan untuk mengait para audiens. Dari sekolah ke sekolah dan kampus ke kampus, terbukti usaha untuk membawakan branding genre ska lokal ini membuahkan hasil. Perjalanan band Pisah Ranjang untuk tampil di atas panggung berjalan secara organik. Mereka mengaku kalau selama ini mereka tampil di atas panggung murni atas permintaan, bukan dengan cara melobby ke pihak EO.

Mereka juga menggatakan bahwa basis penetrasi audiens paling banyak berasal dari kalangan mahasiswa dan pelajar. Ada juga dari kalangan tentara dan satpam yang menyukai genre musik yang dibawakan band Pisah Ranjang yang sangat cocok sekali untuk menumbuhkan semangat sebelum beraktivitas. ”Seiring berjalanya waktu, insyaalah band kita akan terpetakan secara sendirinya, mengingat band kami ini masih berumur sangat muda,” sahut salah satu personil di belakang  Fatah.Mereka berharap, dengan single baru yang berjudul “Maaf Sayang” ini dapat menjadi role map baru untuk menarik atensi audiens dari berbagai kalangan.

4.    AMBISI PISAH RANJANG BAND KE KANCAH NASIONAL

Hal yang bikin penulis prihatin dengan kondisi skena Kota Solo saat ini juga turut dirasakan oleh band Pisah Ranjang. Mereka tetap akan terus konsisten membawakan ciri khasnya dan suatu saat akan ada masanya keluar dari regional Solo untuk masuk ke kancah yang lebih besar lagi. 

Di akhir sesi berbincang-bincang, mereka meminta doanya kepada seluruh masyarakat Kota Solo supaya diberi kemudahan dalam berkarya agar Kota Solo memiliki musisi cemerlang, seperti Denny Cakna dengan nuansa Ngawinya dan Shaggydog dengan Legendnya Sayidan di Kota Jogja.

MEMBERDAYAKAN UMKM DAN KOMUNITAS LOKAL SEBAGAI SKENA TONGKRONGAN ANAK MUDA KOTA SOLO

Performance penari lokal ( Foto: Dok. Tim Media Elangmas)
Performance penari lokal ( Foto: Dok. Tim Media Elangmas)

Masih bersama Bayu, setelah penulis menanyakan tentang keterkaitan acara tersebut dengan kampanye politik, Bayu menjawab bahwa acara tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan tahun politik 2024 nanti.

“Nggak (berkaitan dengan politik -red) sih. Dan karena acara ini dilaksanakan di tanggal 28 Oktober yang bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, biar nasionalisme anak muda sekarang ‘naik’ juga,” ucap Bayu.

Ia berharap komunitas anak muda di Solo semakin banyak menarik atensi publik. ”Festival 76 Indonesia Adalah Kita untuk pertama kali kita selenggarakan di tahun ini serentak di enam kota. Semoga tahun berikutnya bisa terlaksana di luar Jawa,“ jawab Bayu saat ditanya mengapa acara ini diadakan di Jawa. 

Di acara tersebut, hadir beberapa komunitas yang berkembang di Solo, seperti komunitas skateboard hingga sepeda BMX yang selama ini jarang terangkat di media sosial lokal Kota Solo.

Ketika penulis menyinggung soal RPP Kesehatan yang membatasi sponsorship dari produk tembakau, Bayu berharap agar kebijakan tersebut tidak membatasi Festival 76 ini pada tahun berikutnya. 

Ia juga mengatakan bahwa acara tersebut tidak hanya dari sisi penjualan saja. Terdapat misi yang sangat besar untuk mengenalkan potensi lokal yang ada di desa maupun di daerah. 

Bisa kita lihat juga di festival serupa di keenam kota tersebut telah menghadirkan perhelatan band lokal dengan potensi lokal yang ada.

Festival 76 Indonesia Adalah Kita benar-benar menjadi momentum tersendiri bagi penulis. Terharu saja dengan acara tersebut yang benar-benar mengenalkan potensi dari kota kelahiran hingga tempat nongkrong  penulis. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Fajar Novianto Alfitroh

Sedang menjalani masa gap year.Menulis artikel sebagai wadah healing di beberapa media,seperti Mojok,Geotimes Kompasiana dan Froyonion ini