Music

KENAPA LAGU K-POP SEKARANG INI LEBIH BANYAK MENGGUNAKAN LIRIK BERBAHASA INGGRIS?

Pendengar musik pop Korea mungkin sudah ngeh kalau belakangan semakin banyak grup yang merilis lagu baru mereka dengan mayoritas liriknya berbahasa Inggris. Ada apa nih?

title

FROYONION.COM Tren musik Korea seakan nggak ada habisnya. Satu grup hiatus atau disband, 1000 grup lain bermunculan sebagai gantinya. Regenerasi akan selalu terjadi dan ini membuat para penggemarnya bisa dibilang nggak pernah mati.  

Kalau kalian termasuk salah satu yang mengikuti gelombang K-Pop, kalian pasti menyadari kalau belakangan ini, lagu-lagu baru dari boygroup atau girlgroup Korea memiliki satu kesamaan. Yaitu, sama-sama lebih banyak menggunakan lirik berbahasa Inggris daripada Korea.  

Dulu, penggunaan bahasa Inggris dalam lagu K-Pop hanya sejumlah beberapa kata atau kalimat saja dalam keseluruhan lagu. Sekarang, hampir keseluruhan lagunya berbahasa Inggris dan hanya satu dua kalimat berbahasa Korea.  

Beberapa grup juga secara rutin mengeluarkan single berbahasa Inggris atau merilis versi Inggris dari lagu Korea yang sudah ada.  Padahal, huruf K dalam K-Pop adalah kepanjangan dari Korea, tapi kenapa lirik yang digunakan justru mayoritas menggunakan bahasa lain? 

Bahkan, saking sedikitnya lagu K-Pop sekarang ini yang menggunakan lirik full Korea, boygroup TXT mendapat perhatian tersendiri saat merilis mini album terbaru mereka, The Name Chapter: Freefall. Salah satu lagunya yang berjudul Skipping Stones dipuji habis-habisan oleh netizen Korea karena memakai lirik penuh berbahasa Korea. 

Beberapa alasan berikut bisa jadi ada di balik fenomena ini. 

BACA JUGA: APAKAH IDOLA VIRTUAL AKAN JADI MASA DEPAN KPOP? 

1. DAMPAK KESUKSESAN BTS 

Ini memang bukan kali pertama musisi K-Pop merilis lagu dalam bahasa Inggris. Sebelumnya ada Wonder Girl yang mengeluarkan hits mereka Nobody pada 2018 dan SNSD yang mencoba peruntungan karir di Amerika Serikat lewat perilisan versi berbahasa Inggris untuk lagu The Boys pada 2011. 

Namun, nggak bisa dipungkiri kalau kesuksesan mereka belum menyentuh sedikit saja dari single Dynamite milik BTS pada 2020 silam. Lagu berbahasa Inggris pertama dari boygroup asuhan BigHit Entertainment ini bisa dibilang sebagai pembuka jalan bagi grup-grup K-Pop lain untuk merilis lagu berbahasa Inggris juga.  

Nggak heran karena performa Dynamite memang meledak di pasaran. Ia mengantongi 32 trofi acara musik mingguan di Korea Selatan, memenangkan Top Selling Song di ajang Billboard Music Awards 2021 dan bahkan masuk nominasi Best Pop/Duo Group Performance pada gelaran Grammy Awards 2021. 

Pasca Dynamite, BTS kembali merilis dua lagu berbahasa Inggris yaitu Butter dan Permission to Dance. Pencapaian keduanya juga nggak kaleng-kaleng, baik di tangga musik Korea Selatan maupun internasional.  

Inilah yang besar kemungkinan memicu banyaknya grup-grup lain untuk melakukan hal serupa. Mereka mencoba peruntungan dengan merilis lagu berbahasa Inggris juga demi menoreh prestasi serupa Dynamite.  

2. MERAMBAH PASAR MUSIK INTERNASIONAL 

Selain dampak dari kesuksesan lagu BTS, alasan lain yang membuat banyaknya lagu K-Pop menggunakan lirik berbahasa Inggris belakangan ini bisa jadi juga demi pasar internasional. K-Pop telah menyebar dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir. Penikmatnya bukan hanya dari negara-negara Asia saja tapi juga Amerika dan Eropa.  

Membuat lagu dalam bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang paling banyak digunakan di dunia dianggap akan mempermudah jalan karir grup K-Pop agar semakin dikenal. Jumlah pendengar lagunya akan semakin banyak karena ada lebih banyak orang yang mengerti liriknya.  

Ini sebenarnya nggak beda jauh dari strategi grup-grup K-Pop yang melakukan ekspansi ke Jepang. Bukan hal baru bagi musisi K-Pop untuk merilis lagu atau album berbahasa Jepang karena Jepang adalah salah satu pasar musik terbesar di dunia.  

Sekarang, bukan hanya Jepang, musisi K-Pop mulai merambah jangkauan yang lebih luas dengan menargetkan pasar musik Amerika dan Eropa. Jadilah mereka memutuskan untuk merilis lagu-lagunya dalam bahasa Inggris.  

BACA JUGA:

BUKAN LAGI GIRL CRUSH, BEGINI TREN KONSEP GIRLGROUP KPOP SEKARANG 

3. MEREKA HANYA SEDANG MENCOBA HAL BARU 

Namanya juga entertainer. Harus bisa menghibur dan menyesuaikan diri dengan tren yang ada. Kebetulan sekarang trennya adalah merilis lagu dalam bahasa Inggris. Biar nggak ketinggalan sama yang lain, ikut saja lah! 

Industri musik Korea sendiri mengenal adanya kutukan tujuh tahun. Durasi tujuh tahun ini adalah lamanya kontrak sebuah grup dengan agensinya saat pertama debut. Setelah tujuh tahun, sebuah grup bisa memutuskan apakah akan memperpanjang kontrak, bubar atau meninggalkan agensi namun masih mempertahankan grup dan sewaktu-waktu comeback bersama. 

Grup yang masih memperpanjang kontrak setelah tujuh tahun dianggap bisa melewati kutukan ini. Pasalnya, hanya sedikit yang bisa bertahan setelah tujuh tahun debut. Biasanya akan ada beberapa member yang memutuskan bersolo karir atau satu dua member tersandung masalah sehingga grupnya nggak lagi utuh.  

Salah satu cara terhindar dari kutukan tujuh tahun adalah dengan memiliki karir yang stabil. Dan salah satu cara memiliki karir yang stabil adalah dengan terus memproduksi lagu-lagu yang ramah di telinga publik. Termasuk di antaranya dengan merilis lagu berbahasa Inggris yang memang sedang hits.  

Memang nggak ada jaminan kalau lagu berbahasa Inggris itu adalah penyelamat karir. Tapi seenggaknya, melalui lagu berbahasa Inggris ini sebuah grup sudah mencoba hal baru yang mungkin bisa saja menjadi titik balik karir mereka. Nggak ada yang nggak mungkin, dan industri musik K-Pop selalu penuh dengan plot twist menarik.  

Contohnya, siapa sangka kalau grup dari agensi nggak dikenal seperti FIFTY FIFTY bisa tiba-tiba booming dengan hanya berbekal satu lagu Cupid? Siapa yang bisa memprediksi kalau Brave Girls yang berada di ambang kebubaran justru mencapai puncak karirnya lewat Rolling?  

Jika ditanya, kira-kira sampai kapan tren merilis lagu berbahasa Inggris ini akan terus terjadi, jawabannya entah. Bisa saja, di kemudian hari lagu berbahasa Inggris nggak dilirik lagi. Grup-grup mulai fokus kembali pada lirik berbahasa Korea.  

Atau, bisa juga terjadi lagu-lagu full English akan tetap ada dan diminati. Pasarnya akan tetap ada, kok! Bahkan, nggak menutup kemungkinan juga kalau nantinya musisi Korea akan merilis lagu-lagunya dalam bahasa lain lagi. Bahasa Indonesia, misalnya? Siapa tahu? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Wahyu Tri Utami

Sometimes I write, most of the time I read