Esensi

APAKAH IDOLA VIRTUAL AKAN JADI MASA DEPAN KPOP?

Popularitas AI menarik industri musik Korea Selatan merancang idola virtual untuk generasi barunya. Apakah idola virtual akan menggantikan idola manusia di masa depan?

title

FROYONION.COM - Industri musik Korea Selatan nampaknya semakin serius merambah teknologi Artificial Intelligence (AI). Popularitas AI yang meningkat menarik industri musik Korea Selatan merancang idola virtual untuk generasi barunya.

Baru-baru ini, girl group virtual bernama MAVE: sukses menarik perhatian publik. Dibandingkan dengan idola virtual lainnya, MAVE: mendapatkan instant stardom berkat penampilan yang hyper-realistic dan lagunya yang enak didengar.

Pada Juni 2022, boy group SUPERKIND debut di bawah naungan Deep Studio Entertainment. Memiliki tekad untuk menemukan cara baru menikmati Kpop, perusahaan tersebut memadukan manusia dan AI sebagai member-nya.

Meskipun sempat dikritik karena memiliki konsep dan visual AI yang mirip dengan idola Kpop sebelumnya, SUPERKIND berhasil bertahan hingga sekarang. SUPERKIND telah merilis single keduanya ‘MOODY’ pada 17 Maret 2023.

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI AI DI INDUSTRI MUSIK KOREA

Berbicara tentang teknologi AI (kecerdasan buatan) di industri musik Korea. Negara ginseng tersebut sebenarnya telah tertarik pada teknologi AI sejak tahun 1990-an.

Perusahaan IT Adam Soft memperkenalkan idola virtual pertama yang diberi nama Adam. Meskipun berhasil menjual 200 ribu kopi untuk 2 album, namun Adam tidak bisa bertahan hingga sekarang.

Penciptaan Adam kemudian memantik perusahaan lain untuk mengembangkan hal serupa, seperti Lusia dan Cyda. Namun, tren ini sempat menurun pada awal tahun 2000-an dan kembali populer dalam dekade terakhir ini.

Kemudian industri musik Korea seakan bersaing untuk mendebutkan idola virtual dengan konsep yang unik. Begitu pula dengan CEO Pulse9, Park Ji Eun yang mendebutkan girl group virtual ETERNITY pada bulan Maret 2021. 

Park Ji Eun mengungkapkan bahwa ada banyak keuntungan ketika mendebutkan idola virtual. Di antaranya mereka tidak memiliki keterbatasan fisik maupun tekanan mental yang mungkin terjadi pada manusia, mereka juga mudah untuk dikontrol.

Efisiensi waktu juga menjadi alasan mengapa idola virtual dikembangkan. Proses menjadi seorang idola Kpop biasanya memerlukan waktu yang cukup lama, dengan masa trainee yang bahkan bisa mencapai lebih dari 5 tahun.

Untuk mengembangkan idola virtual, perusahaan biasanya mengombinasikan potensi dari setiap orang. Seperti suara dan tarian dilakukan oleh orang yang berbeda. 

Hal tersebut sebenarnya dinilai menguntungkan bagi mereka yang ingin mengekspos suaranya, namun tidak ingin menunjukkan visualnya. Walaupun begitu, beberapa orang mengkritik hal tersebut. 

Idola virtual tidak bisa disebut sebagai idola AI jika masih ada campur tangan manusia dalam pembuatan vokal ataupun tarian mereka. Daripada disebut sebagai idola AI, penyebutan avatar digital lebih cocok menurut Rolling Stone India

Saat ini perkembangan AI semakin pesat. Teknologi AI mampu mengubah tulisan menjadi sebuah suara. Baru-baru ini, Google juga berhasil membuat teknologi AI yang dapat mengubah teks menjadi musik. 

Di media sosial TikTok pun banyak penggemar yang memanfaatkan AI voice generator. Mereka menggantikan suara penyanyi asli menjadi suara idola favoritnya.

Melihat perkembangan tersebut, besar kemungkinan bagi perusahaan untuk mengembangkan idola virtual sepenuhnya dengan teknologi AI. Perusahaan bisa mengurangi campur tangan manusia di masa depan.

Selain idola grup virtual, Korea Selatan juga mengembangkan Artificial Intelligence untuk menciptakan karakter virtual lainnya. Di antaranya yaitu, solois, avatar, model, influencer, hingga YouTuber.

Seperti SM Entertainment yang menciptakan avatar AI bagi aespa. SM juga mengembangkan SM Culture Universe, alternative universe yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan masa depan dengan mengolaborasikan AI dan manusia.

Teknologi avatar AI juga digunakan oleh BTS saat mereka mengisi panggung MAMA 2020. Suga yang saat itu tidak dapat hadir karena kondisi kesehatannya digantikan oleh bentuk virtual dari dirinya.

YG Entertainment bersama Lightspeed Studio berkolaborasi menciptakan avatar BLACKPINK x PUBG Mobile. Mereka bahkan menggelar konser virtual dan berhasil memenangkan ‘Best Metaverse Performance’ di penghargaan VMAs 2022.

Selain itu, ada Runa, Lucy, Theo, dan SuA yang merupakan influencer virtual. Kemudian ada Ayan dan Saena, model virtual. Serta ISEGYE IDOL, Kimite, dan MOTAEBARBIE girl group berbasis AI anime.

Alih-alih mengembangkan teknologi AI, banyak pecinta Kpop yang menyayangkan perilaku agensi Kpop yang malah berfokus pada pengembangan AI. Mereka berharap agar agensi lebih fokus mempromosikan artis dan traineenya.

KEKURANGAN MENGADOPSI TEKNOLOGI AI DALAM INDUSTRI KPOP

Walaupun memiliki beberapa kelebihan, mengadopsi teknologi AI untuk menciptakan generasi baru juga memiliki kekurangan. Perkembangan ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang aspek etika dan hak cipta.

Boy group SUPERKIND yang menghadirkan manusia dan AI sebagai membernya pun menghadapi kesulitan. Kehadiran member AI terkadang menghalangi pertunjukan live karena perlu melakukan rekaman klip terlebih dahulu. 

APAKAH IDOLA VIRTUAL DAPAT MENGGANTIKAN IDOLA MANUSIA DI MASA MENDATANG? 

Perkembangan AI saat ini bisa memperluas gagasan tentang Kpop di masa depan. Jeong Areum, seorang asisten profesor Humanities mengatakan jika idola virtual bisa menjadi versi yang lebih baik daripada idola biasanya. 

"Mereka pasti bisa menjadi produk yang lebih aman yang dapat diinvestasikan oleh perusahaan, asalkan mereka sukses dan orang-orang menyukainya," ungkap Jeong Areum.

Mengingat banyak keuntungan yang diperoleh perusahaan jika mereka menginvestasikannya. Walaupun begitu ada perasaan yang berbeda ketika seseorang menjadi penggemar idola manusia dan idola virtual.

Perasaan tulus yang diberikan oleh idola manusia akan lebih terasa dibandingkan idola virtual. Pesan yang disampaikan melalui lagu yang mereka rilis pun tentunya lebih menyentuh hati penggemar. 

Jeong Yu Kim mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk menilai apakah idola virtual akan memengaruhi kaum muda. Kita pun belum tahu apakah idola virtual ini akan menjadi tren dalam jangka panjang atau pendek seperti pada tahun 1990-an.

Kalau menurut kalian sendiri bagaimana nih, apakah industri Kpop dengan idola virtual akan lebih sukses? Kira-kira bagaimana ya dampak perkembangan AI terhadap industri Kpop di masa depan?

Jadi, lebih tertarik dengan idola manusia atau idola virtual nih? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Hesti YA

Mending nulis daripada overthinking