Food

TOMORO COFFEE BUAT KAMU BETAH WFC LAGI

Satu lagi kedai kopi favorit buat kamu Gen Z yang mau WFC atau sekadar nongkrong: Tomoro Coffee.

title

FROYONION.COM - Sudah tidak terhitung berapa banyak gerai coffee shop di Jakarta. Dari yang banyak cabangnya sampai yang tunggal saja. Sebagai generasi millennial yang malas ‘berpindah ke lain hati’, penulis selalu suka tempat ngopi yang itu-itu saja. Sampai akhirnya penulis dipertemukan dengan Tomoro Coffee

Lokasi kedai kopi satu ini ada di bilangan Jatiwaringin, kecamatan Pondok Gede, kota Bekasi. Penulis bisa menemukan lokasi tanpa sengaja karena terpaksa berteduh hujan saat itu. 

Karena memang di luar rencana, bingung mau pesan apa, penulis meminta rekomendasi. Direkomendasikan oleh sang barista agar mencoba breve latte dan croissant yang waktu itu sedang dijual dengan promosi—beli minum gratis roti. Penulis pun memutuskan untuk mencobanya.

BACA JUGA: INI ALASAN POHON KETAPANG KENCANA BANYAK DITEMUKAN DI COFFEE SHOP AESTHETIC

Ternyata oh ternyata, rasanya sama sekali tidak mengecewakan lidah. Sebagai informasi, penulis biasanya selalu memesan cappucino atau kalau tidak, piccolo. Itu artinya, memang penulis tidak terlalu suka minuman ‘yang kopi banget’. Harus ada ‘sentuhan’ susu di dalamnya, tapi juga harus tetap terasa espresso-nya ‘tipis-tipis’. Secara tak terduga, breve latte di Tomoro Coffee berhasil menjawab kebutuhan penulis yang banyak maunya itu.

Lama tidak menjejakkan kaki di Jatiwaringin, baru kemudian penulis terkejut karena Tomoro dulunya cuma ada di Sabang, dan tak lama kemudian seperti virus The Last of Us, mendadak gerai Tomoro sudah ada di mana-mana!

Tampilan dalam kedai Tomoro Coffee.
Tampilan dalam kedai Tomoro Coffee. (Foto: Dok. pribadi penulis)

BACA JUGA: ALASAN KENAPA LAPTOPAN DI COFFEE SHOP BISA BIKIN LO BERPIKIR KREATIF

Beberapa hari lalu, penulis baru tahu bahwa Tomoro membuka cabang di Atrium Mulia yang dekat dengan tempat tinggal. Sejak saat itu, penulis makin sering mampir ke Tomoro. Soalnya harga breve latte-nya terbilang worth it, ‘cuma’ Rp28.000 dan enak.

Di kedatangan penulis yang ke sekian kalinya di kedai mereka, akhirnya penulis berhasil sejenak berbincang dengan seorang supervisor perempuan Tomoro yang kebetulan sedang sibuk memeriksa situasi gerai cabang Atrium. Dari obrolan singkat dengan perempuan tersebut, terdapat banyak fakta menarik terkait kopi favorit penulis saat ini.

PASAR TERUS BERUBAH

Fakta mengejutkan adalah bahwa ternyata Tomoro adalah anak perusahaan dari salah satu brand gadget. Sejak awal berdiri, Tomoro menyasar area-area perkantoran. 

Maka dari itu, tak heran kedai-kedai kopi Tomoro lebih mudah ditemukan di gedung-gedung perkantoran. “Kalau perkantoran kan marketnya jelas, orang-orang kantor biasanya butuh kopi pas kerja,” ucap sang supervisor.

Namun belakangan, Tomoro tidak hanya merambah di gedung-gedung perkantoran saja, tapi juga di area ‘biasa’ alias non-perkantoran, misalnya kedai mereka di Jalan Sabang. 

Alasannya mereka hadir di area non-perkantoran ialah karena jika gedung wajib mengikuti jam kerja (office hour), sementara weekend orang kantoran tidak mungkin ngopi di gedung-gedung karena semuanya tutup. 

BACA JUGA: KOPI ROBUSTA VS ARABIKA, MANA YANG LEBIH POPULER DI INDONESIA?

Tomoro di Atrium Mulia saat Sabtu buka dari jam 7 pagi hingga 2 siang, dan hari Minggu libur. Sementara, ada saja orang yang suka datang saat akhir pekan yang walau kantornya tidak di Atrium Mulia tapi malah berkunjung.

Makanya, demi kemaslahatan umat, Tomoro juga buka gerai di tempat yang non-perkantoran. Walaupun tidak membidik “anak senja”, toh Tomoro ramai-ramai saja. Tidak terlalu spesifik dan menyasar masyarakat luas, penggemar Tomoro dari berbagai kalangan. 

Saking terlalu seringnya nongkrong di Tomoro Atrium Mulia, penulis mengamati karakteristik pembeli di sana. Mulai dari pekerja kantor—sudah pasti, orang tua, sampai ekspatriat yang mungkin tinggalnya di area Kuningan.

BACA JUGA: MENGKONSUMSI KOPI TIAP HARI BISA MENGUBAH STRUKTUR OTAK LO, EMANG IYA?

MOOD BERBEDA SESUAI KEBUTUHAN

Kalau diperhatikan memang tiap gerai punya market dan spesifikasinya sendiri. Misalnya, di Atrium Mulia cukup tenang dan sepi di weekend dan cocok untuk menjadi spot merenung atau menikmati kopi sehabis bersepeda. 

Gerai di SPBU MT Haryono agak ramai dan sering juga didatangi keluarga. Tomoro MT Haryono ini buka 24 jam! Kalau kamu lagi insomnia atau merasa butuh kafein, bisa coba datang ke gerai di sini.

Sebagai pecinta kawasan Sabang, sebenarnya penulis agak sedih karena Tomoro di Sabang nggak terlalu nyaman untuk berlama-lama duduk. Soalnya, bangkunya agak keras. Tempatnya juga mungil, jadinya kurang nyaman.

KESAMAAN MENUJU KEBERSAMAAN

Satu hal lagi yang penulis senangi dari Tomoro adalah password wifi yang sama di sekira 200 gerainya! Jadi, kalau kamu sudah pernah nyambungin wifi di gerai A, kalau masuk buka laptop atau gawai lain di gerai B, C, atau D sudah otomatis tersambung. Menurut penulis, hal ini sangat memudahkan dan praktis khususnya untuk mereka yang ‘fakir’ wifi.

Yang tak bisa dilupakan adalah baristanya yang selalu menyapa setiap kali penulis akan pulang dari coffee shop: “See you tomorrow..”. Tomorrow Tomoro…ear catchy banget!

BACA JUGA: TAK CUMA SERING BELI KOPI, ANAK MUDA SULIT PUNYA RUMAH KARENA INI

Ada begitu banyak coffee shops. Kalau hanya modal enak saja, kalcer saja, dan viral saja—penulis rasa ini tidak akan membuat bisnis tersebut bisa bertahan lama. Perlu citra (image) yang jelas, pasar yang adaptable sesuai dengan kebutuhan dan kondisi terbaru, tapi tentu saja tanpa mengabaikan kualitas dan identitas.

Menurut penulis, hal-hal ini tidak hanya berlaku di industri coffee shop, melainkan juga di segala bidang, lini usaha/bisnis jika kita mau bertahan di bidang—apa pun—yang sedang kita geluti. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Ester Pandiangan

Penulis buku "Maaf, Orgasme Bukan Hanya Urusan Kelamin (2022)". Tertarik dengan isu-isu seputar seksualitas.