In Depth

TAK CUMA SERING BELI KOPI, ANAK MUDA SULIT PUNYA RUMAH KARENA INI

Isu yang sering menjadi perbincangan ketika anak muda belum memiliki rumah gara-gara sering beli kopi. Namun, apakah benar-benar kebiasaan ini yang menjadi penyebab utama sulitnya anak muda memiliki rumah? Bahas yuk!

title

FROYONION.COM - Kebiasaan mengonsumsi kopi memang menjadi tren di kalangan anak muda. Setiap hari, kita bisa melihat mereka berjejer panjang di berbagai kedai kopi, membeli segelas kopi dengan berbagai rasa dan varian yang ditawarkan.

Fenomena ini telah menjadi gaya hidup yang cukup dominan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Namun, apakah mengkonsumsi kopi dapat benar-benar menjadi alasan utama sulitnya anak muda membeli rumah?

Pertama-tama, kita perlu memahami bahwa mengkonsumsi kopi di kedai bukanlah satu-satunya kebiasaan yang bisa mempengaruhi kondisi keuangan seseorang.

IYA, TAPI BUKAN SATU-SATUNYA KEBIASAAN

Ada banyak faktor lain yang juga berperan dalam menentukan sejauh mana seseorang bisa menghemat dan mengalokasikan uang mereka untuk membeli properti.

Beberapa faktor ini termasuk tingkat pendapatan, pengeluaran secara keseluruhan, besarnya cicilan yang harus dibayarkan setiap bulan, serta perkiraan kenaikan harga properti.

Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa harga rumah di berbagai kota besar di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. 

Hal ini bisa menjadi salah satu faktor utama yang membuat anak muda kesulitan untuk memiliki rumah. Sebagai contoh, di Jakarta, harga rumah atau apartemen di daerah pusat kota bisa mencapai angka yang sangat tinggi.

BUKAN CUMA MENGHINDARI BELI KOPI TIAP HARI

Dalam situasi seperti ini, kendala harga properti bukanlah hal yang bisa diatasi dengan hanya menghindari membeli kopi di kedai.

Selain itu, tingkat pendapatan juga memainkan peran penting dalam kemampuan seseorang untuk membeli rumah. Banyak anak muda yang memiliki pekerjaan dengan gaji yang tidak cukup tinggi untuk membeli rumah yang mahal. 

Dalam beberapa kasus, mereka bahkan harus merasa cukup beruntung jika bisa menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan mereka untuk menabung.

Pengeluaran lainnya, seperti biaya transportasi, makanan, pendidikan, dan kesehatan juga memakan sebagian besar pendapatan anak muda.

Sehingga, jika ingin menyalahkan kebiasaan membeli kopi sebagai penyebab utama sulitnya memiliki rumah, kita harus mempertimbangkan sejumlah pengeluaran lain yang tak kalah berpengaruhnya terhadap keuangan mereka.

Nah, mengonsumsi kopi di kedai mungkin salah satu contoh kecil dari banyak pengeluaran harian yang bisa kita kendalikan.

Sebagai contoh, jika seseorang membeli kopi seharga Rp 30.000 setiap hari kerja selama satu tahun, maka total pengeluarannya untuk kopi akan mencapai Rp 7.200.000 dalam setahun.

Jumlah ini mungkin tidak signifikan jika dibandingkan dengan harga properti, tetapi bisa menjadi cukup besar jika ditabung atau diinvestasikan.

YUK, MULAI PAHAMI PRIORITAS KEUANGAN

Dalam hal ini, perencanaan keuangan yang baik sangatlah penting. Ada baiknya memahami prioritas keuangan mereka dan mengalokasikan uang dengan bijak. Termasuk menyusun anggaran, menabung secara teratur, dan menghindari pemborosan yang nggak perlu.

Selain itu, anak muda juga dapat mempertimbangkan cara-cara lain untuk menghemat uang. Misalnya, mereka bisa mencari cara untuk meningkatkan pendapatan mereka melalui pekerjaan sampingan atau investasi.

KATA MEREKA SOAL SULITNYA PUNYA RUMAH GARA-GARA KOPI

Beberapa anak muda Indonesia mencoba memberikan pandangan soal kebiasaan membeli kopi yang banyak dibahas jadi alasan sulitnya memiliki rumah. 

Dua anak muda ini bernama Leo (28 tahun) dan Angel (27 tahun). Mereka merupakan karyawan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Bisa dibilang penggemar kopi, namun belum di tahap addict seperti teman-teman kantornya.

Menurut mereka, kebiasaan membeli kopi memiliki dampak yang besar bagi keuangan seseorang. Apalagi membeli kopi setiap hari dengan jumlah yang cukup banyak.

“Gue lihat temen-temen sering ngabisin uang untuk kopi setiap hari, dan kadang-kadang jumlahnya cukup besar. Kalo menurut gue, ini uang yang sebenarnya bisa dialokasikan untuk menabung atau membayar cicilan rumah,” ujar Leo sambil tertawa saat diwawancarai di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (5/9/2023) malam.

Celetukan Leo disambar Angel dan menyatakan setuju kalau teman-teman di lingkungan kantor menganggap kopi sebagai kebutuhan sehari-hari. Katanya, belum lengkap jika tak menyeruput kopi hari itu.

“Nah sebenernya kalo dihitung jangka panjang, pengeluaran itu bisa menjadi signifikan. Apalagi beli (kopi) setiap hari. Gue nggak nyalahin kopi sebagai penyebab utama nggak bisa beli rumah ya. Gue yakin, ada banyak faktor lain,” ujarnya.

Nah selain kopi, mereka mengatakan kalau hal utama penyebab anak muda belum bisa beli rumah adalah pendapatan yang mungkin nggak sebanding dengan kenaikan harga properti.

“Harga properti di daerah tempat gue tinggal (Depok) terus naik, sedangkan gaji gue nggak naik-naik. Ini lebih kompleks daripada sekadar kopi,” ucap Leo, lagi-lagi sambil tertawa.

Mereka juga menyampaikan jika masalah ini nggak hanya tentang kopi, tetapi juga tentang bagaimana mengelola uang dan mencari peluang di tengah tantangan ekonomi saat ini.

“Mungkin alternatif kayak investasi bisa menjadi pilihan yang baik selain kepemilikan rumah, selain mengurangi kopi. Penting juga punya rencana keuangan yang terstruktur,” kata Angel.

Kesempatan ini juga dimanfaatkan oleh mereka dengan memberikan sedikit saran yang mungkin bisa pembaca lakukan demi tujuan baik dalam hal finansial.

“Buat kalian, punya rumah adalah tujuan yang baik, tetapi juga penting untuk merencanakan dan mengelola uang dengan bijak. Kebiasaan kecil seperti membeli kopi bisa mempengaruhi keuangan dalam jangka panjang,” kata mereka.

Jadi, mengelola pengeluaran harian dengan bijak jadi langkah yang baik, jangan lupa memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kondisi keuangan ya! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Abdurrahman Rabbani

Cuma buruh tinta yang banyak cita-cita.