
Tempat kerja yang sempurna memang tak ada. Tapi menciptakan suasana kerja yang cukup ideal, bisa kok!
FROYONION.COM - Menemukan tempat kerja yang sempurna rasa-rasanya seperti mencari jarum ditumpukan jerami. Alias, nyaris mustahil ditemukan. Hehe
Semua orang pasti bermimpi memiliki pekerjaan dengan gaji yang tinggi, benefit maksimal, teman kerja yang solid, jago, berhati baik, dan seru. syukur-syukur punya leader yang berbudi pekerti, luhur, tidak bawel dan galak juga.
Pokoknya pengen deh kerja di lingkungan yang nyaman, bikin bahagia, less pressure.
Atau kalau bisa sih, kerja yang nggak berat-berat banget, work life balance plus gaji melimpah.
Pertanyaannya, apakah ada tempat kerja sesempurna itu?
Menurut analisis ‘gembel’ gue, mencari tempat kerja yang “sempurna” itu nggak akan pernah kita temukan. Yang ada hanya dua pilihan.
Kalau kata bapak ibu expertise sih, do what you love or love what you do!
Dulu gue nggak begitu paham sama makna kalimat itu. Tetapi sekarang gue paham, ternyata nyaman atau enggaknya kita bekerja, senang dan sedihnya menjalani profesi, salah satu faktor penentunya ya kita sendiri.
Kalau nggak suka, nggak betah ya take it or leave it.
Take it punya risiko, leave it juga punya risiko.
Intinya, kedewasaan mengajarkan kita buat bijak dan bertanggungjawab dengan segala keputusan yang kita ambil.
Namun perlu diketahui tempat kerja ideal itu bisa kok kita ciptakan. Mungkin sulit dapat skor 10 bulat, tapi kalau dengan nilai 7,8,9 cukup membuat kita bahagia, its worth.
BACA JUGA: 3 CARA BERADAPTASI DI LINGKUNGAN KERJA BIAR LO NGGAK NGERASA KAYAK OUTSIDER
Ini dia 5 hal yang bisa kamu lakukan untuk menumbuhkan budaya kerja yang mengasyikkan walau kadang banyak hadeh-hadehnya.
Dalam mengerjakan daily pekerjaan, pasti pernah dong timbul masalah? Mulai dari hal-hal terkait teknis, komunikasi, sampai mungkin perbedaan pendapat. Terkadang, masalah pun muncul tanpa diduga. Datang begitu saja. Tetapi hal tersebut wajar kok, yang paling penting adalah fokus menemukan solusi bersama dan tidak saling menuduh. Kita bisa banget mengambil jalan tengah dengan mempertimbangakan “keputusan mana yang mempunyai risiko buruk paling kecil”.
Masalah pasti bisa diselesaikan bersama asalkan komunikasi lancar dan bisa saling kompromi.
Hal biasa kalau ditengah menjalani pekerjaan kita ada bosan-bosan dan capek melanda. Ada kalanya kerja musti satset, tapi nggak salah juga agak melambat untuk sekadar “tarik napas”.
Penting banget untuk bisa mengatur ritme pekerjaan juga mengatur priority. Agar pekerjaan tidak menumpuk dan bikin kehilangan motivasi.
Disiplin adalah koentji. Kalau lagi mentok banget dan butuh istirahat, nggak ada salahnya juga kok lo ambil cuti untuk rehat sejenak.
Ditengah persaingan kerja yang kadang bikin ngap-ngapan (red: terengah-engah) kadang jadi seorang “penolong” bukan sebuah pilihan. Padahal, jadi orang yang helpful itu sangat menguntungkan. Apalagi kalau kita bekerja secara tim.
Misalnya ada rekan kerja yang sakit, atau anak baru yang menemukan kendala, nggak ada salahnya loh kita membantu mereka. Pekerjaan orang lain yang cepat terselesaikan tentu menjadi achievement tersendiri buat kita. Selain kepuasan batin secara naluriah *cieilah tetapi juga memudahkan tim untuk menyelesaikan pekerjaan dengan efektif dan efisien secara menyeluruh.
Pernah menemukan rekan kerja yang super nyebelin karena garap kerjaan super lambat dan nggak maksimal? Beh apalagi alasannya terkesan nggak masuk akal, tentu bikin “gemes”.
Gue yakin semua orang pasti pernah ketemu manusia-mansia setengah unik seperti ini (plis, jangan bilang lo salah satunya ya). Xixi
Trus gimana dong? Dilema. Kalau rasa-rada bawel, nanti dicap ‘nggak santuy’, kalau dibiarin santuy kerjaan nggak kelar-kelar.
Perlu dipahami, kita nggak bisa selamanya menuntut orang lain untuk punya persepsi sama dengan kita. Kita nggak bisa meminta orang “satu pandangan” dengan kita, even itu di dunia profesional.
Solusinya cuma 1. Kompromi. Komunikasikan dengan cara yang tepat hal-hal apa yang bisa menjadi solusi. Berempatilah, karena dengan “seni memahami” biasanya akan lebih mudah meluluhkan hati rekan-rekan kerja yang seperti batu. Hehe
Setelah itu seperti poin 1 dan 3. Temukan solusi, buatlah kesepakatan, dan coba tawarkan bantuan bila memang rekan kerja lo butuh bantuan.
Kalau masih batu juga? Buang saja rekan kerja lo. Hehe, canda!
Nggak seperti masa sekolah dan kuliah, tempat kerja biasanya punya kesan serius, lempeng, dan cenderung membosankan.
Karena itu, berkah banget kalau punya rekan kerja satu tim yang punya sense of humor yang sama.
Suasana kerja jadi lebih cair, nyaman, dan asyik! Biasanya, punya tim yang jenaka bisa membuat komunikasi antar tim jadi lebih mudah.
Target KPI dan OKR yang kadang bikin nangis di pojokan, atasan yang menyebalkan, klien yang super rese, atau segudang masalah pekerjaan lainnya, biasanya akan hilang jika ada satu dua rekan yang pandai melawak. Tak jarang, kita malah bisa menertawakan masalah-masalah yang ada supaya bisa lebih tenang menghadapinya.
Serius! Poin nomor 5 Ini keliatan nggak penting tapi percayalah, punya tim yang lucu, humoris itu bisa jadi “pengobat lelah” dan menekan kadar setres yang ampuh! Xixi
BACA JUGA: DI-SPILL GAJI 1 MILIAR RUPIAH PER BULAN? AWAS OVERGLORIFYING
Lima cara tadi merupakan cara-cara yang bisa lo coba untuk menciptakan suasana kerja yang cukup ideal. Yaa kalau punya bos nyebelin mah nasib ya, kalau udah tabiat sih, biasanya susah dirubah. Hehe.
Eits! Tetapi jangan gundah gulana, ingat poin nomor 5! Kamu bisa menciptakan suasana kerja menyenangkan dengan banyak bercanda! Seperti, bertukar sticker lucu di WhatsApp, atau sekadar berbagi meme-meme kocak.
Semangat terus civs! Bekerja dengan hati, yang lain (semoga) mengikuti (termasuk) naik gaji! (*/)