
Kalau kamu lebih milih kerja di startup atau jadi abdi negara nih Civs?
FROYONION.COM - Harus diakui bersama nih Civs kalau startup memang sempat jadi primadona buat para pencari kerja berlabuh dan merintis karirnya. Tren bekerja di startup pun menjamur di kalangan anak muda yang baru lulus kuliah. Seolah mereka jadi yang paling sukses ketika berhasil masuk ke kantor startup yang identik dengan fasilitas lengkap, mewah, dan memanjakan karyawannya.
Tentunya hal ini berbeda banget dengan generasi yang lebih tua, di mana mereka cenderung memilih buat berkarir dalam jangka waktu yang panjang di badan usaha milik negara (BUMN) ataupun sebagai abdi negara, bisa jadi polisi, tentara, ataupun pegawai negeri sipil (PNS). Kalaupun nggak di instansi pemerintah, pilihan berikutnya mungkin untuk perusahaan-perusahaan besar yang sudah berdiri untuk waktu yang lama.
Tapi sejak fenomena yang sering terjadi belakangan ini, mungkin beberapa anak muda jadi lebih skeptis untuk bekerja di startup yang sudah mereka diincar sebelumnya. Salah satu alasannya mungkin karena fenomena layoff di perusahaan-perusahaan teknologi yang makin masif. Bukan cuma di Indonesia, kondisi ini kurang lebih sama juga di banyak negara lain.
BACA JUGA: LAYOFF DI MANA-MANA, KITA KUDU GIMANA?
Secara kumulatif, puluhan atau bahkan mungkin ratusan ribu karyawan big tech companies kena phk secara massal kayak yang kejadian di Amazon, Meta, Microsoft, Twitter, Cisco, dan lainnya. Kenapa begitu? Sebenarnya fenomena ini sering mungkin disebut sebagai tech winter atau kondisi penurunan minat terhadap investasi di bidang teknologi.
Banyak penyebabnya, mulai dari situasi geopolitik di dunia yang menyebabkan perekonomian anjlok hingga peningkatan suku bunga oleh bank sentral yang bikin investor enggan mengucurkan duitnya dan lebih memilih menyimpannya. Nah, salah satu cara bagi perusahaan rintisan yang sangat bergantung sama pemodal adalah efisiensi biaya produksi alias bisa dilakukan dengan PHK.
BACA JUGA: LIRIK PELUANG KARIR DI 2023 BUAT FRESH GRADUATE, PILIH PERUSAHAAN STARTUP ATAU KONVENSIONAL?
Memang kerja di startup itu bikin ketar-ketir, seringkali mungkin lo bakal menghadapi situasi pemecatan secara sepihak yang mendadak. Artinya, lo nggak akan tahu kapan dan gimana kondisi keuangan perusahaan itu bakal terpuruk.
Gue nemuin satu penelitian dari hasil social media monitoring yang dilakukan sama NoLimit IndSight sepanjang 2022 kemarin (1 Januari-30 November 2022). Dari perbincangan di sosial media, terangkum ada sekitar 825.720 percakapan dengan keyword Startup, Start-Up, Start up, BUMN, PNS, Layoff, dan PHK. Hingar-bingar antusias bekerja di startup pun sebenarnya cukup positif.
Kebanyakan netizen yang diteliti sama NoLimit IndSight berpersepsi kalau bekerja di startup menguntungkan karena bisa work from home (WFH), terus punya waktu yang fleksibel, gaji yang besar dan komunikasi yang lebih santai. Tapi nyatanya, bukan keuntungan itu ternyata yang paling banyak dibicarakan. Isu tentang kasus layoff mendominasi perbincangan itu secara keseluruhan.
Tercatat sekitar 77 persen isu fenomena yang dibicarakan tentang startup mengenai layoff itu sendiri. Dominasi itu mengalahkan fenomena lain seperti Bakar uang (6%), IPO Startup (6%), dan Bubble Burst (11%).
Nah, sejak isu layoff meningkat, didapat fakta kalau 63 persen netizen jadi lebih tertarik untuk bekerja di BUMN atau bahkan menjadi PNS dibandingkan di startup. Alasan utamanya adalah karena tunjangan, dana pensiun, dan gaji yang besar.
Kekhawatiran kerja di startup jadi nampak nyata kan sekarang?
BACA JUGA: WAJIB TAU! INI ALASAN DI BALIK STARTUP INDONESIA YANG RAMAI PHK KARYAWAN
Salah seorang Gen Z yang gue ajak ngobrol, Robin Boy (25) juga beranggapan sama ternyata. Menurutnya efek kejut dari fenomena layoff yang terjadi di banyak perusahaan besar membuatnya jadi ragu untuk merintis karir panjang di startup. Kecuali untuk menambah pengalaman sesaat, mungkin hal tersebut masih bisa dilakukan.
Sebagai Gen Z, menurutnya lebih menggiurkan kerja sebagai abdi negara di instansi negara maupun BUMN sekarang ini. Alasannya nggak jauh-jauh dari faktor 'keamanan' bagi para pekerjanya buat jangka panjang. Dia beranggapan kalau berada di bawah naungan pemerintah, maka perusahaan atau instansi tersebut nggak akan berada dalam kondisi ekonomi yang sulit.
"Karena ada di bawah naungan pemerintah, jadi pasti lebih aman nggak sih? Terus juga biasanya perusahaan atau instansi pemerintah bakal lebih tegas sama aturan perundang-undangan dalam hal ketenagakerjaan. Misalnya kita kena layoff, pasti dikasih uang PHK sesuai. Beda mungkin sama perusahaan di luar yang bisa saja kadang bermain di area perundang-undangan itu," kata Robin dalam perbincangan kami di Jakarta, Sabtu (28/1).
Menurut dia, banyak juga fasilitas yang disediakan oleh instansi negara terasa lebih menguntungkan buat generasinya saat ini. Misalnya, gaji yang diberikan sebenarnya bisa bersaing dengan apa yang ditawarkan oleh startup. Kemudian, jika lo sudah masuk ke sebuah instansi negara maka lo bakal menikmati apa yang namanya tunjangan serta remunerasi yang menggiurkan.
Selain itu, lo nantinya bakal punya kepastian kerja untuk jangka waktu yang panjang. Sangat jarang ada perusahaan BUMN yang mengalami kebangkrutan secara mendadak, sebab keuangan mereka disubsidi oleh pemerintah. Sehingga perusahaan milik negara lebih cocok buat lo yang mau kerja buat waktu lama.
Nah, selain itu jenjang karir yang stabil disediakan perusahaan BUMN ataupun instansi negara juga bisa jadi alasan berikutnya. Banyak promosi dan kenaikan jabatan yang bisa lo dapatkan ketika bekerja dengan baik, nantinya akan ada juga kenaikan gaji ataupun fasilitas lain buat lo.
“Makanya ini sebenarnya tergantung kebutuhan dan kemauan lo sih. Memang mungkin kerja di BUMN atau jadi PNS menggiurkan sekarang ini, tapi nggak ada salahnya juga sih kerja di startup. Tinggal gimana lo menyusun rencana jangka panjang saja buat karir yang lo rintis mau kaya apa,” tambah dia.
Namanya kerja buat cari cuan, nggak semuanya bakal indah-indah saja nih Civs. Kata siapa kerja di BUMN bakal cocok buat semua orang? Pasti akan ada kalanya juga kok lo nemuin kekurangan kerja di BUMN ataupun jadi PNS.
Misalnya, banyaknya aturan di BUMN dan instansi pemerintah. Jadi lo harus terbiasa nih buat datang atau pulang kerja sesuai dengan waktu absen yang ditentukan. Selain itu, jangan males juga buat pakai seragam kerja ataupun dresscode yang ditentukan perusahaan selama waktu kerja.
Hal ini tentu beda banget dengan environment di startup yang cenderung lebih bebas. Makanya lo seringkali dengar istilah work from anywhere (WFA) di kalangan anak-anak startup. Mereka dapat kebebasan buat kerja di mana pun asalkan produktif.
BACA JUGA: APA KATA ANAK-ANAK FROYONION TENTANG CPNS?
Selain itu buat lo yang seringkali mungkin sudah terikat di tempat tinggal yang saklek, hal ini juga bisa jadi pertimbangan. Perusahaan BUMN atau instansi negara biasanya bakal sering menggeser penempatan kerja pegawainya dalam periode waktu tertentu. Artinya lo harus lebih pandai buat beradaptasi dengan daerah baru kalau misalnya lo dipindah tugaskan ke tempat lain. Hal ini biasanya sering dikenal dengan mutasi.
Terakhir nih, buat lo yang ngerasa anaknya millenial dan gen z banget pasti harus banyak sabar-sabar karena ada perbedaan generasi yang cukup jauh di BUMN atau instansi pemerintah. Biasanya rentan usia antar karyawan senior dan junior bakal jauh banget.
Makanya lo mesti pintar-pintar dah menyesuaikan gap generasi yang ada supaya nggak mengganggu kerjaan lo sehari-hari. (*/)