Esensi

KENAPA SULIT BERKATA JUJUR, PADAHAL LEBIH MUDAH DARI BERBOHONG?

Berkata jujur sepertinya hal sepele yang mudah untuk dilakukan. Namun, faktanya manusia tidak lepas dari berbohong. Lalu, sebenarnya apa sih yang mendorong seseorang untuk berbohong?

title

FROYONION.COM Suatu hari seorang teman pernah cerita kalau dirinya lagi naksir cewek. Ia merasa segala effort untuk mendekatinya sudah dilakukan, tapi hasilnya nihil. Saat diajak untuk berkomitmen, dia hanya mendapat jawaban klise dan menggantung. Ia tidak mendapat kejelasan tentang perasaan cewek yang ditaksirnya.

Beberapa minggu berselang akhirnya si teman mendapat kepastian. Namun, bukan berupa jawaban tentang perasaannya, tetapi lewat fakta kalau ternyata cewek yang ditaksirnya sudah bersama orang lain. 

Cukup miris mendengar kisahnya, karena si teman merasa tersakiti. Alih-alih berkata jujur kalau sedang dekat dengan cowok lain, cewek itu malah menjawab dengan jawaban berbelit dan menggantung setiap diajak berkomitmen. Sehingga si teman merasa sangat kecewa.

BACA JUGA: DENGERIN LAGU SEDIH TERNYATA BIKIN LO SENENG

Dari kisah tersebut ada benang merah yang menarik untuk ditelisik. Sebagai pendengar, gue merasa kalau masalah utamanya adalah kejujuran. Kalau saja dari awal sudah berkata jujur, mungkin akan lain cerita.

Meskipun terdengar seperti sepele, berkata jujur ternyata memang tidak semudah itu. Bahkan, mungkin hampir semua orang pernah memilih untuk berbohong daripada berkata jujur. Dilansir iNLP Center, orang-orang Amerika sana rata-rata bisa berbohong sebanyak 11 kali dalam seminggu. 

Selain itu, menurut studi yang dipublikasikan oleh Journal of Basic and Applied Psychology, menemukan bahwa sekitar 60% orang-orang berbohong setidaknya sekali dalam 10 menit percakapan, dan mengatakan rata-rata sebanyak 2,92 hal yang tidak benar. Sebuah angka yang sedikit bukan, Civs? Namun, sebenarnya apa alasan seseorang lebih memilih bohong daripada jujur?

ALASAN BOHONG

Jika dibandingkan dengan berbohong, berkata jujur itu lebih sederhana. Kita hanya perlu memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi dan menjelaskan kenapa bisa demikian. Sedangkan berbohong perlu effort lebih untuk mengarang cerita. Belum lagi kalau terus-terusan ditanya yang mengharuskan kita menutupinya dengan kebohongan lain. 

Namun, keputusan seseorang untuk berbohong ternyata ada alasannya loh, Civs! Robert Feldman, seorang psikolog dari Universitas Massachusetts, mengatakan kalau kebohongan yang dilakukan oleh seseorang berhubungan dengan harga diri atau self-esteem. Seseorang yang berbohong merasa terancam akan harga dirinya di depan orang lain jika mengatakan kejujuran, sehingga mendorongnya untuk berbohong. 

Itu artinya kebohongan sudah dijadikan tameng untuk menjaga harga diri yang terancam. Berbohong menjadi pertahanan psikologis bagi orang-orang yang terlalu takut untuk menghadapi anggapan sosial yang buruk atau social disapproval. Padahal anggapan buruk tersebut belum tentu terjadi, dan mungkin malah menimbulkan permasalahan yang lebih kompleks saat memutuskan untuk berbohong.

Seperti kisah di awal tadi, si cewek mungkin berpikir kalau berkata jujur saat itu bisa membuat dirinya terkesan jahat, atau mungkin bisa membuat dirinya dibenci oleh si teman. Sehingga si cewek memilih untuk memberi jawaban menggantung daripada berkata jujur.

Selain itu, dilansir iNLP Center, berkata bohong juga bisa disebabkan oleh kebiasaan masa kecil. Hal itu muncul sebagai insting anak untuk pertahanan diri dari penolakan, omelan, atau kemarahan orang tua saat melakukan kesalahan. 

Seorang anak tidak siap secara fisik, intelektual, emosional, dan spiritual untuk menghadapi penolakan dan ketidaksetujuan dari orang tua. Sehingga mendorong mereka lebih memilih untuk berbohong. Jika hal tersebut dibiarkan, maka kebiasaan itu akan terbawa sampai dewasa dan dianggap sebagai “jalan pintas” untuk menyelamatkan diri dari social disapproval.

DEMI SELF-ESTEEM 

Bagi seseorang yang selalu cemas terhadap anggapan orang lain, membuat berbohong menjadi lebih mudah dilakukan daripada berkata jujur. Kebohongan yang sering terjadi untuk melindungi self-esteem adalah melebih-lebihkan atau mengurangi sebuah kebenaran. 

Misalnya dalam pekerjaan, lo punya target untuk mendapatkan engagement di sosial media sebanyak 10.000 likes. Lalu, ternyata lo mendapatkan 10.000 likes, pas-pasan dengan target. Untuk membuat tenang atasan, lo memutuskan untuk melaporkan sebanyak 10.100 likes. Mungkin maksudnya baik, tapi dalam jangka panjang, hal itu akan berdampak buruk.

Selain itu, masih banyak bentuk kebohongan untuk melindungi self-esteem, di antaranya, prestasi yang dilebih-lebihkan, mengecilkan kegagalan, memberikan pujian palsu, mengatakan “ya” padahal “tidak”, menyebarkan gosip yang belum diketahui kepastiannya, menyembunyikan aktivitas sebenarnya, dan masih banyak lagi.

AKIBAT KESERINGAN BOHONG

Ketika melakukan suatu kebohongan, akan memancing kebohongan-kebohongan baru untuk memvalidasi kebohongan pertama. Hal itu akan menciptakan sebuah “rantai kebohongan” sampai orang lain berhenti menanyakan kebenarannya. 

Pada saat itu, mungkin lo bisa selamat dari anggapan buruk orang lain. Namun, ketika kebohongan lo ketahuan, bisa menimbulkan masalah baru. Mungkin lo akan sulit dipercaya lagi, ucapan lo selalu diragukan, dan bahkan bisa sampai hilang teman, jabatan, atau saudara. 

Selain itu, ketika berbohong, seseorang akan merasa terbebani secara mental. Dia akan merasa cemas dan tidak tenang karena takut kebohongannya terbongkar. Sehingga membuatnya mengalami kesulitan tidur dan mengganggu produktivitas. Dalam jangka panjang, hal itu akan berdampak juga pada gangguan fisik, seperti obesitas, darah tinggi, dan lainnya.

Dilansir Everyday Health, asisten profesor psikologi Universitas Willimantic, Deirdre Lee Fitzgerald, mengatakan bahwa kebiasaan berbohong dalam jangka panjang bisa berdampak pada kesehatan fisik dan mental. Berbohong meningkatkan risiko obesitas, anxiety, depresi, adiksi, relationship yang buruk, hingga kanker.

BIASAKAN BERKATA JUJUR TAPI PAHIT 

Maka dari itu, biasakanlah untuk berkata jujur, meskipun itu pahit. Saat lo melakukan kesalahan, mungkin lo akan ditegur dan dimarahi, tapi setelah lo bisa melaluinya dan memperbaikinya, orang lain justru akan lebih respect. Hubungan dengan orang lain di sekitar pun akan menjadi lebih baik. 

Anggapan buruk dan self-esteem yang ternodai justru akan terjadi ketika kebohongan yang dilakukan itu ketahuan. Alih-alih melindungi self-esteem, lo akan semakin tidak disukai oleh orang sekitar.

Selain itu, dengan berkata jujur secara konsisten akan berdampak baik bagi kesehatan fisik dan mental. Hidup lo akan menjadi lebih tenang, damai dan bahagia, karena terhindar dari rasa cemas yang berkelanjutan. Sehingga, kesehatan jasmani pun akan terjaga. Jadi, jangan takut untuk berkata jujur, ya! (*/)

BACA JUGA: BIKIN HUBUNGAN JADI MAKIN ERAT DENGAN KENALAN SAMA LOVE LANGUAGE

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Fakhrizal M

Punya cita-cita jadi penulis dan blogger. Suka nyobain coffeshop baru di pinggir jalan.