Tips

STRATEGI HADAPI TECH WINTER BUAT ANAK MUDA PENCARI KERJA

“Tech winter” bikin startup dan perusahaan pikir-pikir rekrut karyawan baru. Namun, pada saat yang sama, jumlah pencari kerja setiap tahunnya terus meningkat.

title

FROYONION.COM - Warganet kali ini tengah geger perkara tech winter. Fenomena yang terjadi secara global ini berdampak pada hiring freeze yang berarti tertundanya atau bahkan ketiadaan aktivitas rekrutmen pada perusahaan teknologi

Nggak berhenti sampai di situ aja, tech winter juga jadi biang kerok PHK massal di perusahaan raksasa seperti Meta yang merumahkan 11.000 pegawainya. Dan ini juga diikuti banyak perusahaan teknologi besar. Yang terbaru, perusahaan penyedia layanan video conference yang selama pandemi lalu sangat populer, Zoom, mem-PHK 1300 pegawainya, yang setara dengan 15% jumlah pegawainya.

Sebelum kita bahas makin jauh, sebenarnya apa sih tech winter? Kenapa sampai membuat jagat internet ribut? Singkatnya, tech winter itu adalah kondisi yang membuat investor kurang berminat buat menginvestasikan uangnya ke perusahaan-perusahaan teknologi

Hal ini berdampak langsung terhadap nilai perusahaan, dan juga berdampak dengan kondisi psikologis individu yang sudah terlanjur beli saham dengan harga tinggi dan harus menerima kenyataan kalau nilai perusahaan yang mereka beli harus turun nilai sahamnya. 

Jika tidak banyak investasi yang masuk, mau nggak mau perusahaan teknologi melakukan efisiensi terhadap pengeluaran terbesarnya. Pengeluaran terbesar perusahaan teknologi pada umumnya tidak lain tidak bukan adalah gaji karyawan. Nggak heran kalau isu tech winter ini selalu berkaitan dengan hiring freeze dan PHK massal.

Di saat yang sama, berkurangnya daya serap tenaga kerja dari sektor teknologi yang berkurang ini justru dibarengi dengan jumlah pencari kerja justru semakin banyak. Seperti kita tahu, setiap tahun berbagai universitas dan sekolah tinggi di seluruh dunia tidak berhenti meluluskan mahasiswanya ke pasar tenaga kerja global. 

Di Indonesia angka pencari kerja juga nggak bisa dibilang sedikit, . Mengutip pernyataan dari Nizam sebagai Plt. Dirjen Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi pada tahun 2021 lalu, di negara kita ini ada 1,7 juta sarjana baru setiap tahunnya! Sudah jelas ini nggak sebanding dengan jumlah lowongan kerja yang tersedia setiap tahunnya. Kondisi ini diperparah dengan fenomena tech winter.

Belajar dari peristiwa ini, sebagai anak muda pencari kerja (baik yang masih kuliah maupun yang sudah lulus), kita harus menyikapi kondisi seperti ini dengan strategi yang kreatif juga. Apa aja sih siasat kita dalam bertahan hidup di dalam kondisi tech winter?

1. BERLATIH SKILL SET YANG HIGH DEMAND, JANGAN MENGANDALKAN ILMU DARI KAMPUS

Memang kuliah itu penting banget, . Karena kuliah ini kita juga mendapatkan gelar yang dibutuhkan pada saat melamar kerja. 

Tapi gelar aja sebenarnya gak cukup karena rata-rata perusahaan tidak mau mengeluarkan uang lebih untuk pelatihan kerja lagi. Jadi mereka lebih suka memilih kandidat kerja yang sudah memiliki skill set yang mereka butuhkan. 

Ilmu yang ada di kuliah pun sebenarnya cuma berkutat pada basic-nya saja. Sedangkan problem yang harus diselesaikan di dalam industri itu sangat unik dan dapat berubah setiap waktu. Kecepatan perkembangan industri jauh melebihi kecepatan penyesuaian kurikulum perkuliahan yang konon di-update setiap 3-5 tahunan aja.

Maka dari itu, kita sebagai mahasiswa harus mempelajari high demand skill set seperti codingdesign, digital marketing, dan jangan lupa tambahkan kreativitas karena tidak cukup hard skills.

BACA JUGA: 10 SKILLS MASA DEPAN YANG PALING DIBUTUHKAN ANAK MUDA KREATIF

2. PERLUAS RELASI SUPAYA SKILL KITA DIAKUI BANYAK ORANG

Setelah belajar tentang hal fundamental, kita berlanjut untuk memperluas network atau jejaring relasi. Percuma kalau kita punya skills yang bagus tapi orang-orang tidak tau tentang kita, dan skills apa yang kita punya.

Terus gimana cara buat nambah relasi? Haruskah kita menjadi orang ber-privilege buat dapet relasi yang banyak? Kita cuma butuh value yang orang lain jadi membutuhkan kita. Salah satu value yang kita punya ya cuman skills kita terhadap bidang tertentu. 

Misal ada temen yang lagi buat bisnis kaos distro dan butuh seseorang yang bisa mengelola media sosial bisnisnya. Tawarkan value kita yang bisa desain grafis dan paham digital marketing. Itu yang dinamakan relasi yang bermakna karena saling bertukar value.

3. TINGKATKAN JAM TERBANG DENGAN MAGANG

Hiring freeze ini bukan berarti kegiatan rekrutmen berhenti total, tapi kebutuhan perusahaan untuk memiliki pekerja individual dengan skills, dan jam terbang yang tinggi semakin dibutuhkan. 

Pernah nggak kalian lihat lowongan pekerjaan untuk fresh graduate aja butuh pengalaman kerja di bidang yang sama selama satu sampai dua tahun!? Jelas hal itu kurang make sense buat teman-teman mahasiswa yang kurang memiliki jam terbang. 

Bagaikan paradoks telur dan ayam, sebenarnya mana yang benar? Mencari kerja untuk menambah pengalaman? Tapi untuk dapet kerja harus punya pengalaman? Bingung, kan?

Solusi tepat untuk mengatasi kegundahan itu adalah magang, bahasa kerennya itu internshipDengan magang, kita bisa dapet pengalaman tanpa harus bingung memikirkan pengalaman kerja yang kita punya sebelumnya. 

Selama kita jadi mahasiswa, banyak kok kesempatan magang yang berseliweran di info kampus kita masing-masing. Apalagi Kemendikbudristek telah merilis program kampus merdeka, ada banyak perusahaan yang bermitra dengan sejumlah universitas di Indonesia.

Tips pribadi dari gue, lamar magang di posisi dan perusahaan yang sesuai dengan gambaran karir lo ke depannya. Jadi misal lo ada gambaran berkarir di dunia desain grafis dan pengen jadi seorang desainer grafis, coba carilah magang dengan posisi demikian. Namun, jika belum memiliki gambaran tentang karir lo, bisa bertanya tentang diri sendiri tentang gambaran karir lo dengan First Principle Thinking.

BACA JUGA: ‘KEPOIN’ DIRI SENDIRI DENGAN FIRST PRINCIPLE THINKING

4. BUAT PORTOFOLIO UNTUK DOKUMENTASI HASIL KARYA

Udah punya skills, udah pernah magang. Terus ngapain lagi? Bikin portfolio dong!

Apa itu portfolio? Emang apa pentingnya?

Portofolio itu sebuah media yang isinya dokumentasi hasil karya atau apa yang kamu telah kerjakan selama ini. Portfolio itu penting banget, . Dengan portfolio ini kamu bisa dilirik sama calon perusahaan, dan calon klien buat freelancer. Masih jarang banget mahasiswa yang paham atau punya portfolio, jadi lo bisa curi start dari sini. 

Media portfolio itu bisa bermacam-macam, tergantung dengan karir yang kita incer. Kalau lo mau berkarir di bidang web development, buatlah web yang isinya hasil karya lo saat belajar ngoding atau proyek yang lo kerjain saat magang. Kalau untuk desainer, buat akun Instagram yang isinya hasil desain, atau lo juga bisa taruh hasil desain lo di platform khusus desainer seperti Dribble, Behance, dan lain-lain.

Kalau kita udah punya portfoliokita akan dapet pengakuan lebih luas kalau kita adalah orang yang punya skills dan punya jam terbang. Jadi peluang kita dapet pekerjaan dan klien akan semakin besar, .

5. MENCARI PERUSAHAAN TEKNOLOGI YANG TIDAK DOMINAN ATAU DI DOMISILI YANG TIDAK BANYAK KOMPETISI

Lo pernah mencoba melamar pekerjaan di tempat yang bonafide dan gak diterima karena persaingan terlalu banyak?

Jangan berkecil hati dan meragukan segala kemampuan yang lo punya karena bisa jadi perusahaan seperti itu memiliki kualifikasi khusus yang hanya diketahui oleh mereka-mereka para talent hunter.

Tapi kesempatan bekerja gak cuma ada di tempat-tempat seperti itu kok. Coba lo mulai hunting posisi pekerjaan yang lo incer tapi perusahaan dan tempatnya gak terlalu dikenal banyak orang.

Bukan berarti perusahaan seperti itu memberikan benefit yang lebih sedikit daripada perusahaan besar lho. Ada perusahaan yang baru berdiri dan memang belum banyak diketahui orang, bukan berarti juga sistem kerja di tempat itu jelek. Memang ada sedikit perbedaan adalah sistem kerja perusahaan besar lebih mature dan tertata, dan perusahaan start-up masih penuh dengan dinamika. 

Justru bekerja di tempat seperti itu kita malah mendapatkan kesempatan belajar yang tinggi, malah bisa menambah skill set baru seperti pemecahan masalah, komunikasi, kerja tim, dan lainnya.

6. TERBUKA DENGAN BANYAK OPSI 

Sehubungan dengan efisiensi perusahaan teknologi, justru membuka peluang freelancer untuk mendapatkan cuan. Loh kok bisa?

Karena perusahaan lebih condong memilih opsi termurah dengan membeli jasa seorang freelancer. Daripada harus banyak menggaji untuk soal project kecil-kecilan dan tidak masif, dan freelancer lebih dipilih karena bisa menyelesaikan project lebih cepat karena memotong banyak prosedur seperti yang dilakukan oleh pekerja penuh waktu.

Berbekal dengan skill set, relasi, jam terbang, dan portfolio kita dapat survive dengan ketidakpastian ekonomi kala tech winter. Saran tambahan dari gua adalah sabar dan tetap konsisten untuk membangun hal-hal yang gua sebutkan tadi, memang tidak mudah dan tidak sebentar tapi lihat aja hasilnya di masa depan.

Jadi, apakah kalian bersiap untuk berubah ke survival mode untuk cari kerja? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Luki Setiawan

Pernah jadi jurnalis waktu SMA, tahun ini gapyear tapi nyambi jadi penulis dan desainer freelance