
Kalo lo cermati ada banyak pelajaran yang bisa diambil setelah nonton Drama seri Jepang ‘Life’s Punchline’ buat lo yang menekuni industri kreatif dan jadi content creators.
FROYONION.COM - Ada yang unik dari serial Jepang Life’s Punchline. Jika tayangan serupa mengangkat perjuangan dan kegigihan para karakternya untuk merintis, mencapai puncak, di serial yang judul aslinya adalah Konto ga Hajimaru ini kita malah disuguhi dengan keruntuhan sebuah trio sketsa komedi.
Digawangi oleh tiga anak muda umur 20-an selama 10 tahun sejak masa SMA mereka, Macbeth—demikian nama grup komedi ini—bisa dikatakan bukan grup yang populer. Bahkan di mata banyak orang mereka bisa dikatakan para pecundang.
Grup ini selama 1 dekade berdiri tak pernah melejit dan menorehkan prestasi mencengangkan yang bisa dibanggakan. Mereka cuma pentas di panggung-panggung terbatas dan dihadiri oleh audiens yang tak banyak. Kesempatan demi kesempatan datang tapi tak pernah membuat mereka melejit dan terkenal.
Di tahun kesepuluh menjalani karier komedian ini, ketiganya sesuai kesepakatan awal akan menentukan apakah mereka akan meneruskan profesi ini atau bubar saja dan menjalani profesi dan jalan hidup lain yang lebih menjanjikan.
Terlepas dari pertanyaan apakah mereka jadi bubar atau enggak, kita bisa memetik beberapa pelajaran berharga dari kisah yang tiada duanya ini. Sebagai anak muda kreatif yang akrab dengan dunia kreator konten digital, ada lho sejumlah poin penting yang kita bisa serap dari serial ini dan bisa diaplikasikan ke kehidupan kita sebagai kreator konten. Apa saja poin itu? Simak sampai tuntas di bawah ini, Civs.
BACA JUGA: JAMUR AJAIB ATAU ‘MAGIC MUSHROOM’ BISA BIKIN KREATIF, BENARKAH BEGITU?
POIN 1: Konten yang lo bikin bisa berdampak pada kehidupan orang lain.
Di serial Life’s Punchline ini, diceritain kalo ketiga komedian ini punya seorang penggemar berat yakni seorang cewek yang namanya Rihoko Nakahama (diperankan Kasumi Arimura). Kebetulan dia lagi berada di fase terberat dalam kehidupannya.
Ia baru menganggur dan kehilangan kekasih juga hampir di saat bersamaan. Suatu saat ia menemukan konten komedi trio Macbeth ini merasa terhibur banget. Pelan-pelan semangat hidupnya kembali terbangun. Ia mulai bekerja di kafe dan menata hidupnya dari waktu ke waktu.
Begitu trio Macbeth berkunjung ke kafe tempatnya bekerja secara rutin, cewek ini jadi makin ngefan berat dan berinteraksi dengan intens. Kedekatan tempat tinggal juga makin mengeratkan mereka. Dari sini sang penggemar mengutarakan bahwa meski trio ini bukan grup komedian tersohor, tapi baginya Macbeth adalah sebuah penghiburan dan penyemangat hidupnya.
Dari sini kita bisa petik satu hikmah bahwa sering kita meremehkan dampak konten yang kita buat pada kehidupan dan pemikiran orang-orang di sekitar kita. Namun, Civs, sebenarnya seremeh apapun konten itu kayaknya di mata kita, pasti ada pengaruhnya buat mereka yang mengonsumsinya.
Besar atau kecilnya, dalam atau dangkalnya pengaruh itu bisa bervariasi tapi yang gue mau tekanin di sini adalah kenyataan bahwa tiap konten itu mirip tetesan air di batu cadas.
Meski kayaknya ringan dan enggak berdampak tapi karena dikonsumsi tiap hari bisa juga lho mengubah cara pikir dan persepsi orang tentang banyak hal, kayak air yang menetes dikit-dikit tiap hari tapi konsisten dan pasti bakal bikin batu sekeras apapun berlubang, atau bahkan lama-lama hancur.
BACA JUGA: TIPS MENGHASILKAN DUIT BUAT LO KAUM MAGERAN
POIN 2: Sebuah akhir bagi satu perjalanan adalah awal bagi perjalanan lainnya.
Banyak orang menganggap perpisahan itu menyedihkan dan enggak patut dirayakan. Tapi di serial ini kita malah diajak merayakan momen perpisahan (bubarnya trio Macbeth ini) dengan merunut dan menggali kenangan-kenangan yang dimiliki oleh setiap anggota trio dan sejumlah orang di sekitar mereka.
Dikisahkan setiap anggota Macbeth berusaha menemukan jalan hidup mereka masing-masing pasca bubarnya grup itu. Ada yang berusaha untuk meyakinkan ayahnya agar bisa mewarisi pengelolaan bisnis keluarga yang tengah berjuang untuk bertahan di tengah derasnya persaingan demi membangun kehidupan yang lebih stabil sehingga bisa menyunting kekasih yang masih setia sejak masa SMA.
Ada juga anggota yang memutuskan berkelana untuk mencari jati dirinya. Dan ada juga yang masih bingung hendak melakoni profesi apa tapi toh ia menemukan jalan hidupnya kemudian entah bagaimana caranya.
Di sini karena mereka sudah tahu bakal bubar dan berpisah, mereka justru malah makin menikmati setiap momen berkumpul. Pada saat manggung, mereka juga justru merasa lebih lepas, tampil lebih all out. Ya karena udah ngerasa nothing to lose juga mungkin.
Kita seolah diajak merenungi kembali bahwa perpisahan dalam kehidupan itu bukan hal yang harus dihindari atau dibenci tapi bisa kok dirayakan sedemikian rupa sehingga kita enggak perlu berlinang air mata dan meraung-raung.
POIN 3: Prestasi kreatif itu pada dasarnya akumulasi dari kontribusi banyak orang.
Diceritakan dengan apik di seri ini bahwa ketiga orang anggota Macbeth justru mulai mengetahui bagaimana peran dan kontribusi masing-masing dalam membangun trio tersebut hingga sanggup bertahan selama 10 tahun.
Di saat beberapa bulan mereka bakal bubar, mereka malah baru tau peran masing-masing dalam grup. Ada yang menyadari bahwa dirinya menjadi seorang konseptor. Ada yang lebih jadi kolaborator. Dan ada juga yang menjadi penyemangat alias cheerleader yang ingin bantu temennya mewujudkan impian. Dari semua peran berbeda ini terbangunlah sebuah pertemanan sekaligus hubungan profesional yang makin erat dari waktu ke waktu.
Tak cuma itu. Ternyata juga ditemukan adanya peran katalis dari seorang guru di masa SMA. Guru ini begitu dekat dengan mereka karena sejak awal guru ini percaya bahwa penampilan perdana trio ini di panggung acara seni sekolah itu dianggapnya lumayan lucu.
Enggak aneh pak guru ini menyarankan mereka untuk coba menekuni profesi ini lebih serius di masa datang. Dukungan guru ini seolah jadi validasi bagi trio Macbeth buat melaju dan menjajal jalur karier sebagai komedian.
Di sini kita seolah dingetin bahwa sebuah pencapaian tak peduli besar atau kecil itu bukan cuma hasil kerja satu atau segelintir orang tapi buah kerja keras dan akumulasi dari kerja keras dan sumbangsih banyak orang yang berada di balik layar. Tapi ya emang yang tampak cuma satu atau beberapa orang aja. Sehingga kita enggak ada alasan buat sombong dan melupakan jasa orang lain kalo udah melejit dan sukses. (*/)
BACA JUGA: ‘STRESSLAXING’: MENCOBA RILEKS MALAH NGEBIKIN LO SEMAKIN STRES?