
Normcore, budaya perlawanan dalam dunia fesyen yang menjadi trend wave akhir-akhir ini. Simak artikel selengkapnya, Civs!
FROYONION.COM - Kalo kita coba ngomongin tentang budaya dan tren anak muda di Indonesia maupun di dunia emang nggak pernah ada habisnya ya, Civs? Terutama kalo kita ngomongin tentang dunia kreatif anak muda Indonesia di ranah industri fesyen yang terus bergulir dari masa ke masa.
Kalo kita coba perhatiin apapun yang menjadi sebuah tren maupun hal-hal yang berbau pop culture dari dulu hingga sekarang emang terus bergulir dan berulang-ulang aja ya Civs? Kaya repetitif aja gitu, meskipun juga banyak si sebenarnya tren anak-anak muda yang kreatif dan inovatif. Kaya contohnya di era 90-an yang kita tahu sedikit berbeda dari era sebelumnya. Sepakat nggak Civs?
Dan hal tersebut yang menjadi salah satu alasan mengapa era 90’s bisa disebut juga sebagai golden era atau era keemasan, karena katanya era 90’s adalah era lahirnya beberapa tren ataupun budaya baru yang nggak berulang lagi seperti tahun-tahun sebelumnya, kaya dari mulai musik, film, olahraga, game hingga ke ranah berbusana kawula mudanya juga ikut berbeda, Civs.
Nah, di atas sebenernya bridging tipis-tipis aja ya Civs hehe. Tapi kalo ngebahas tentang tren fesyen 2023 ini, lo pernah denger nggak si Civs, istilah normcore? Sebuah tren fesyen yang akhir-akhir ini dibahas oleh para anak muda kreatif di Indonesia maupun di dunia.
Apa sih sebenarnya normcore?
Kalo menurut Bhismadiandra sendiri, seorang influencer sekaligus seorang pemerhati fashion dan sebagai seorang yang cukup lama berkecimpung di dunia kreatif asal Indonesia, menurut dia definisi dari normcore yaitu merupakan suatu gerakan anti fesyen yang nggak mengikuti hype.
Atau bisa dikatakan gaya normcore adalah gaya yang anti-gaya. Wait, bingung nggak tuh, Civs? Wkwkwk.
BACA JUGA: MENGULIK LEBIH DALAM TREN FASHION “BLOKE CORE” YANG LAGI VIRAL DI TIKTOK
Dia juga bilang bahwa normcore adalah suatu gaya berpakaian yang normal seperti daily wear yang dipakai orang pada umumnya and just following the crowd aja. Nothing special.
Namun kalo menurut K-Hole, sebuah agensi tren dan brand consultant asal New York, Amerika Serikat. Sebelum istilah normcore ini populer dan digunakan sebagai tren mode, sebenarnya normcore sendiri yaitu merujuk pada suatu sikap atau perilaku sosial masyarakat yang lebih luas lagi loh, Civs.
K-Hole menandaskan: “Normcore: an attitude to find liberation in being nothing special.” Singkatnya kata normcore yaitu sebuah istilah yang menunjukan gaya berbusana yang sederhana seperti orang pada umumnya, nggak ada yang istimewa dan jauh dari kesan kemewahan.
BACA JUGA: REKOMENDASI 4 BRAND LOKAL MENGUSUNG STYLE BLOKECORE
Nama gaya berbusana normcore atau istilah “normcore” ini awalnya diciptakan oleh K-Hole sebuah agency trend Amerika pada Oktober 2013. Namun, gaya berpakaian normcore ini sebenarnya sudah lekat banget dari dulu dipakai oleh salah satu aktor dan juga sutradara asal Amerika Serikat, yaitu Shia LaBeouf.
Shia LaBeouf dari dulu terlihat cukup sering dan konsisten mengenakan gaya yang merepresentasikan berbusana ala normcore ini, seperti memakai t-shirt, sweater atau hoodie dan beberapa pakaian yang terlihat santai tapi sebenarnya memiliki konsep.
Selain itu, dia juga cukup konsisten memakai pakaian bawahan seperti skinny jeans dan di pairing dengan sepatu boots ala militer yang sederhana tanpa banyak aksesori.
Ia juga menegaskan bahwa ia juga banyak terinspirasi dari gaya military.
Style ala military yang sering ia pakai juga akhirnya membuat seorang rapper kelahiran Amerika yakni Kanye West juga terinspirasi dengan style military ala Shia LaBeouf dan menuangkannya pada koleksi sepatu yeezy 750-nya.
Selain Shia LaBeouf, style normcore juga identik dengan gaya berpakaian ala Steve Jobs dan Jerry Seinfeld yang terlihat biasa saja seperti selayaknya orang pada umumnya tapi tetap terlihat nyaman dan fit dengan karakter penggunanya.
Kalo menurut gue si, normcore adalah salah satu tren fesyen yang jadi subkultur dari tren-tren fesyen yang udah ada ya, Civs. Terlihat dari konsepnya yang berusaha terlihat biasa aja dan terlihat normal di era gempuran tren-tren dan style baru.
Kalo gue coba sambungin ke perkataan Sulaiman Said seorang founder dan creative director dari sebuah brand lokal Indonesia yaitu Kamengski, memang ada benarnya juga si.
Dia mengatakan, “Kalo sebuah subculture bisa jadi culture, berarti subculture itu sudah membesar atau yang menyadari udah banyak, dan nanti berikutnya akan ada lagi subculture baru lagi, begitu seterusnya. Kalo diibaratkan sebuah thesis, harus ada anti-tesisnya agar wacananya terus berkembang, jadi akan selalu ada budaya perlawanan baru”. Demikian ucapnya dalam acara IdeaFest 2022 lalu.
Dari situ kita bisa kaitkan dengan fenomena normcore ini atau apapun yang menjadi tren, jika sebuah subkultur (fesyen) sudah menjadi sebuah kultur, kayanya akan selalu ada budaya perlawanan baru deh biar tren maupun industrinya terus berkembang.
Tapi jika dilihat dari konsep normcore yang sederhana dan terlihat biasa-biasa aja atau bisa dibilang nggak pengen nge-highlight maupun menonjolkan sisi apapun, apakah fenomena ini akan merampas kreativitas dalam berpakaian atau ini malah menunjukan sikap self freedom dan personal identity seseorang, Civs?
But, what do you guys think? (*/)