Movies

KENAPA TREN FESYEN SELALU NGULANG KAYAK SEJARAH?

Celana gombrong ala Rhoma Irama kalo kita pake 5 tahun lalu mungkin dibilang kampungan dan ketinggalan zaman. Lah sekarang, celana cutbray malah nge-tren lagi. Penasaran, kira-kira apa ya alasannya?

title

FROYONION.COM - Celana gombrong, topi ember, baju denim, rok plisket, dan kemeja kotak-kotak yang sekarang jadi tren anak muda Indonesia, ternyata adalah tren fesyen di era 1960-1990-an. 

Kalo kata para pegiat fesyen, tren fesyen itu layaknya sejarah yang mengulang dirinya sendiri. Baju-baju yang kita pake sekarang tuh identik sama tren waktu zaman 1990-an. Misal baju crop top yang hits banget deh di kalangan cewek-cewek, itu juga yang mungkin dipake sama mama dan tante kita di masa mudanya. 

Hal yang menarik kalo ngomongin tren anak muda Indonesia. Salah satunya adalah fesyen. Sekarang kalo kelihatan fashionable dibilangnya ‘culture’ abis. Ternyata formula biar bisa dibilang ‘culture’ ternyata untuk kembali mengulangi sejarah fesyen, dengan beberapa modifikasi.
Tren baju crop top ternyata pertama kali hits di tahun 2000. Sekarang cewek-cewek juga kembali mengikuti tren ini dengan berbagai perubahan desain. (Foto: Pinterest

Nggak heran kalo bisnis-bisnis thrifting yang menjual baju-baju jadul malah laku keras di pasaran. Karena tren fesyen vintage emang lagi hype banget di kalangan anak muda Indonesia. 

Ternyata fenomena tren fesyen yang selalu mengulang ini terjadi juga di zaman-zaman sebelumnya. Kalau diibaratkan, tren fesyen kayak lingkaran/ siklus yang akan terus mengulang. 

Kira-kira, apa ya alasan dari fenomena ini? Terus, kalo tren fesyen selalu mengulang apakah membuat tren baru menjadi penting? 

ALASAN KENAPA TREN FESYEN BERULANG

Mengutip perkataan Karina Nasywaseorang fashion designer di Studio Moral, fesyen itu layaknya buku sejarah yang menjadi saksi akan suatu masa. 

Pernyataan Karina ini juga didukung oleh penelitian berjudul Fashion Trends and Its Impact on Society yang diterbitkan tahun 2015. Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa fesyen itu cerminan akan karakteristik, kepercayaan, dan budaya pada masyarakat tertentu. 

Fesyen juga bisa diibaratkan sebagai instrumen komunikasi non-verbal untuk menunjukkan gimana sih kehidupan di suatu masa. 

Contohnya, pakaian kebaya dulu dikenal sebagai pakaian khas rakyat Jawa saja. Tapi kalo ditilik dari sejarah, kebaya diperkirakan justru berasal dari Tiongkok dan menyebar ke Jawa, Bali, Sumatera, hingga Sulawesi. 

Kebaya zaman sekarang mungkin dipakai untuk acara-acara adat atau ke kondangan nikah aja. Kebaya di tengah tren anak muda Indonesia mungkin hanya bagian warisan sejarah. Padahal dari kaca mata fesyen, kebaya juga cerminan perempuan di masa itu.
Kebaya sebagai contoh tren fesyen sebagai cerminan suatu era. (Foto: Fimela

Sebelum ada kebaya, perempuan Indonesia terbiasa pake kemben dan dipadukan dengan rok yang berasal dari kain. Namun saat penjajahan Belanda, perempuan Indonesia jadi terbiasa memakai kebaya agar terkesan lebih sopan, patuh, lembut, selayaknya sifat-sifat yang diidamkan dari seorang perempuan. 

Kebaya pada masa tersebut, mencerminkan bagaimana ‘seharusnya’ perempuan berpakaian. Ini merupakan salah satu contoh bahwa fesyen merupakan cerminan kehidupan sosial. 

Oleh karena itu, produk-produk fesyen bukan sekedar gabungan kain yang dijahit, tapi mengandung nilai dan fungsi di dalamnya. Nilai dan fungsi inilah yang membuat tren fesyen bisa berulang. 

Selain itu, keterbukaan akses ke tren fesyen juga jadi faktor yang bikin tren bisa berulang. Misal, zaman Victoria di Eropa, perempuan yang bisa pake gaun yang bagus cuma kalangan bangsawan. Karena nggak semua perempuan bisa punya akses ke gaun-gaun bagus itu, jadilah gaun ala Victoria di-rework jadi dress yang lebih sederhana dan bisa dipake semua kalangan. 

Ketiga, tren fesyen yang berulang juga banyak dipengaruhi sama gaya berpakaian public figure

Pengilustrasian tren fesyen yang selalu berulang juga dipengaruhi sama gaya berpakaian tokoh masyarakat atau artis yang lagi hits pada masa itu. Pengaruh yang mereka berikan juga turut mempengaruhi tren berpakaian anak muda termasuk di Indonesia.
Ilustrasi pengulangan tren fesyen dari masa ke masa. (Foto: BBC)

Dari gambar kita ambil contoh yang rok pensil. Di tahun 1940-an, rok itu nge-tren banget karena dipake sama artis Amerika, Joan Crawford. Satu dekade berlalu, rok pensil yang tadinya hits banget jadi nggak diminati lagi. Tapi kita lihat 30 tahun kemudian, tren rok pensil selutut naik lagi karena dianggap keren dan esensial. Hingga akhirnya di tahun 2000-an rok ini jadi salah satu favoritnya istri David Beckham. 

PENGARUH TREN FESYEN PADA KEHIDUPAN SOSIAL

Selain tentunya berpengaruh banyak ke desainer-desainer fesyen, tren fesyen yang berulang juga ngasih dampak sosial. 

Balik lagi ke contoh pertama soal crop top. Tadinya pakaian ini emang awam dipakai perempuan di tahun 2000-an, apalagi karena Britney Spears kala itu sering pake baju jenis crop top. 

Tren crop top yang balik lagi setelah 20 tahun redup, dipadukan dengan maraknya kampanye sosial tentang kesetaraan gender, menjadikan tren crop top juga bisa dipakai sama laki-laki

Tren fesyen yang berulang ditambah dengan maraknya pengupayaan kesetaraan gender menghasilkan satu produk budaya lagi yaitu crop top yang bisa dipakai sama laki-laki. Hal ini juga turut mempengaruhi tren berpakaian anak muda termasuk di Indonesia.
Will Smith sebagai ikon yang mempopulerkan crop top untuk dipakai laki-laki. (Foto: L’Officiel

Dilansir dari L’Officiel, baju crop top pertama kali dipake sama cowok-cowok yang main American Football. Mereka memotong kaos jadi di atas perut supaya panas tubuh bisa disalurkan dengan lebih baik. Kemudian beberapa artis Amerika mempopulerkan hal tersebut. Salah satunya adalah Will Smith. 

Selain dia, Harry Styles juga turut memakai crop top, menjadikan crop top untuk laki-laki jadi fashion statement. Hal ini merupakan bukti kalo tren fesyen yang berulang juga turut menyesuaikan dengan kondisi masyarakat di zaman tersebut. 

Jadi, apakah tren fesyen yang ngulang berarti bikin dunia fesyen jadi nggak kreatif? Jawabannya enggak ya. 

Karena bagaimanapun di dunia kreatif prinsip amati, tiru, dan modifikasi harus selalu dilakukan. Begitu juga dalam tren manapun kayak musik, film, desain, dan lainnya. (*/) 

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Sehari-hari menulis dan mengajukan pertanyaan random ke orang-orang. Di akhir pekan sibuk menyelami seni tarik suara dan keliling Jakarta.