Music

EKOSISTEM PERMUSIKAN LOKAL DI PANDAAN SELALU BERNYAWA

Pandaan adalah nyawa Permusikan lokal di Pasuruan. Kecamatan yang satu ini, nyaris setiap bulan selalu mengadakan pertunjukan musik. Pesantren Kilat Z adalah bukti eksistensinya.

title

FROYONION.COM - Pekan terakhir bulan Ramadhan (6 April 2024), kami mengunjungi kedai kecil yang terletak di sudut jalan bypass Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Digelarnya pertunjukkan dengan konsep yang sangat kreatif menjadi alasan kami mendatangi kedai yang akan segera melakukan “grand opening” itu, yakni Westwood.

Digelar sejak sore hingga malam, acara itu didatangi banyak pengunjung. Padahal pamflet acara mulai menyebar kurang lebih hanya seminggu sebelumnya.

Bak peregangan sebelum bertanding, meskipun Westwood masih soft opening, Westwood telah memulai pemanasan dengan diadakannya acara dengan tajuk “Pesantren Kilat Z”. menyematkan kata pesantren, tapi ini bukanlah acara religi. Panitia acara, Siban, mengatakan bahwa tajuk acara terbesit begitu saja. 

“Perihal nama, Mas Ular itu yang membuat ide hahaha. Awalnya Ramadhan Kareem, tapi terdengar terlalu relijius. Akhirnya ada celetukan nama itu, mungkin karena bulan Ramadhan,” terang Iban mengekeh. 

BACA JUGA: KRITIK MUSIK DAN PERIHAL EKOSISTEM MUSIK DI KEDIRI

Acara itu menampilkan pertunjukkan musik dari berbagai band berbeda aliran, pameran karya kolase, dan berbagai stan produk usaha kreatif anak muda. Yang memprakarsai acara ini adalah Ular, bassis band Superchips and The Young Mother Hunter. 

Lalu ide baik itu disambut positif oleh kawan-kawan lainnya, yakni Opang bassis CV Luar Angkasa, Daniel pemilik Westwood, dan Siban dari Gimme Danger.

Untuk menikmati “Pesantren Kilat Z” ini penonton tidak dikenakan biaya. Menurut Siban, acara ini diadakan sebagai sarana untuk saling dukung pegiat kreatif di Pandaan dan sekitarnya serta sebagai ajang senang-senang. 

“Dapat sponsor sudah cukuplah buat modal. Kita tidak cari keuntungan, inginnya senang-senang kumpul sama teman-teman. Pokoknya have a fun,” kata pria dengan nama lengkap Achmad Subchi ini. 

TIDAK SEKADAR BERMUSIK TAPI JUGA SALING DUKUNG

Pesantren Kilat Z
Available dan Wickedness saat melapak di Pesantren Kilat Z. (Sumber: Ugik Endarto)

Selain itu, para pelaku usaha kreatif yang ikut melapak di acara tidak dikenakan biaya. Bukan tanpa alasan, para panitia ingin memberi ruang agar usaha para pelaku usaha semakin berkembang. Beberapa lapak yang ada yakni Available yang bergerak di bidang pembuatan aksesoris unik. Lainnya ada Wickedness sebuah unit usaha jasa pembuatan custom pin. 

“Kalau ada gigs, kebiasaan di sini pasti berkolaborasi dengan usaha-usaha milik teman-teman,” kata Siban.

BACA JUGA: LAND OF PLEASURE, RESPONS ATAS SENI INDUSTRIAL YANG SERAGAM NAN MEMBOSANKAN 

Bagi pria berusia 29 tahun itu, ekosistem musik lokal di Pandaan sudah bagus. Namun baginya harus lebih hidup lagi. Baginya, langkah yang perlu ditempuh adalah dengan mengundang band-band luar kota untuk merangsang inspirasi.

Langkah lainnya, bagi Siban para pengunjung yang lebih luas harus lebih diedukasi lagi agar memiliki kesadaran untuk membeli tiket demi keberlanjutan acara-acara selanjutnya. Karena yang ia temui, masih ada sebagian kecil pengunjung yang enggan membeli tiket dengan alasan “acaranya teman sendiri”.

EKOSISTEM MUSIK PANDAAN
Kolase yang dikerjakan oleh komunitas Tiba-Tiba Kolase. (Sumber: Ugik Endarto)

Kami menanyai seorang pengunjung bernama Bartot. Lelaki yang kesehariannya juga bergelut sebagai musisi itu mengatakan sangat senang dengan diadakan acara seperti ini, terutama yang mengelaborasi antara musik, usaha kreatif, dan pameran. Menurutnya, elaborasi ketiga hal itu sudah menjadi tradisi pertunjukan musik di Pandaan yang harus tetap dipertahankan.

“Agar ekosistem di lingkungan temen-temen sendiri terus berkarya, berkembang, juga sebagai sarana saling mendukung kreatifitas antar band dan usaha teman-teman,” kata vokalis band Nass itu.

BACA JUGA: MEMAHAMI ALASAN KENAPA SENIMAN MURAL DAN GRAFITI SUKA CORET-CORET TEMBOK

Ia termasuk musisi yang cukup rajin menyambangi berbagai gigs di sekitaran Pasuruan. Terlepas dari circle mana yang mengadakan, ia tak peduli. Baginya, memberi dukungan dengan hadir di berbagai acara adalah sebuah keharusan. 

“Saya tertarik dengan movement anak muda yang terlihat unik lah menurut saya. Pertama saya juga ingin tahu. Kedua, tentu ingin support dengan teman-teman yang bikin event,” ujarnya. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Ugik Endarto

Pegiat di Perpustakaan Jalanan Wahana Baca juga berkecimpung di Metallagi.com