Music

BUKAN SOAL PUITIS, MUSIK INDIE LEBIH DARI KOPI DAN SENJA!

Nyatanya nggak harus gondrong dan puitis dulu buat jadi pencinta musik indie.

title

FROYONION.COM - Mulai dari Efek Rumah KacaSal Priadi, Barasuara sampai deretan musisi-musisi berlabel indie lainnya, berhasil menjadi spotlight anak-anak muda Indonesia untuk beberapa tahun ke belakang bahkan hingga sekarang ini. 

Istilah “indie” ini banyak digunakan kalangan muda sebagai panggilan untuk orang-orang yang bergelut di bidang sastra sekaligus penulis lagu dengan alunan musik syahdu ala Fariz RM. Tak jarang, istilah ini juga merujuk kepada hal-hal berbau puitis seperti senja di sore hari dan segelas kopi susu hangat. 

Namun, istilah indie sebenarnya tidak terpaku kepada hal-hal dasar seperti kata-kata puitis, senja maupun kopi sore hari. Kalau kalian penggemar musik indie, fakta-fakta di bawah ini wajib kalian baca!

AWAL MULA MUSIK INDIE

Dilansir dari orami.co.id, istilah indie merupakan kependekan dari “Independent” yang berarti merdeka atau bebas. Fakta lainnya adalah indie bukanlah sebuah aliran musik melainkan identitas musisi atau band yang tidak dinaungi oleh label rekaman manapun. 

Biasanya musisi maupun band indie menamakan genre musik mereka dengan indie rock atau indie pop seperti yang dikenal oleh banyak penggemar indie saat ini. Jadi, musik indie ini awalnya dari mana?

Banyak dari penggemar musik indie yang hanya mendengar genre indie rock atau indie pop saja, namun nyatanya genre punk rock yang terkenal dengan musik kerasnya juga termasuk kedalam musik indie. Siapa sangka musik indie pertama kali berkembang setelah munculnya band punk rock dari Inggris bernama Buzzcocks.

Di tahun 1977, Buzzcocks menciptakan, memproduksi sekaligus merilis EP debut mereka yang berjudul “Spiral Scratch” dan berhasil menjadi salah satu rilisan pertama untuk band musik indie. Ep (extended player) debutnya pun diterima baik oleh banyak penggemar dan penjualan albumnya mencapai ribuan eksemplar. 

Seluruh dana produksi EP debut Buzzcocks dibiayai secara mandiri oleh anggota band, teman dan keluarga mereka. Pencapaian yang besar dengan pendanaan mandiri ini menjadikan band Buzzcocks sebagai pelopor musik indie pertama di dunia. 

Dalam perkembangannya, mulai muncul beberapa genre band indie seperti indie rock dan indie pop yang sekarang banyak dinikmati oleh penggemar musik khususnya dari kalangan muda. 

Sampai akhirnya pada tahun 1990an – 2000an, musik indie menjadi lebih populer. Banyak dari musisi-musisi di seluruh dunia yang mulai mendanai biaya produksi lagu secara mandiri dan mulai mempromosikan lagunya melalui media-media yang ada pada tahun tersebut, seperti majalah maupun radio. 

BACA JUGA: EFEK RUMAH KACA AKAN MAINKAN SET PANJANG ALBUM RIMPANG PADA JULI MENDATANG

Biasanya, para musisi indie mengawali karirnya tanpa naungan perusahaan atau label rekaman. Tak jarang banyak dari musisi indie yang akhirnya dikontrak oleh label rekaman dan proses produksinya dinaungi oleh perusahaan tersebut sesuai kontrak yang ada. 

Di Indonesia sendiri, perkembangan musik indie dimulai pada tahun 1970an, dimulai dari munculnya band Bernama God Bless dan Super Kid. Namun perkembangan musik dan tren indie yang signifikan di Indonesia mulai terjadi pada tahun 1980an - 1990an dengan istilah underground

Seiring berjalannya waktu, istilah underground tidak lagi digunakan oleh musisi-musisi indie. Mereka akhirnya tetap memakai istilah indie untuk memperkenalkan musiknya.

PLUS MINUS MUSIK INDIE

Sampai sekarang perkembangan musik indie dinilai semakin pesat seiring bermunculannya banyak musisi-musisi muda indie yang berbakat dan sangat ekspresif dalam menyampaikan pesan di setiap lagunya. 

Siapa yang tidak kenal dengan band Mocca, salah satu band indie popular yang mengawali debutnya pada tahun 1999. Mocca menjadi salah satu band yang mendukung perkembangan musik indie pada tahun 1990an setelah tidak lagi memakai istilah underground.

I remember, the way you glanced at me, I remember,” salah satu lagu Mocca yang sampai sekarang ini masih dinikmati oleh kalangan muda termasuk Gen Z. Eksistensinya di ranah musik indie bisa dibilang sukses, karena lagu-lagu yang eksperimental dan ekspresif. 

“Indie itu musik yang memang diciptakan dari hati dan tidak terikat dengan aturan-aturan pembuatan materi lagu,” ujar Achmad Pratama atau yang biasa dipanggil Toma, pemain bass Mocca (Dikutip dari laman djarumcoklat.com).

BACA JUGA: LOMBA SIHIR DAN KARYANYA YANG SELALU RELATE DENGAN KEHIDUPAN GENERASI Z

Peraturan dalam pembuatan materi lagu yang tidak terikat, pemilihan genre yang ekspresif dan eksperimental juga jadwal promosi lagu yang bisa diatur secara mandiri merupakan hal-hal yang menjadi nilai plus untuk musisi indie. 

Tidak adanya label rekaman pun menjadi dinilai menjadi kelebihan musisi indie, karena tidak ada tekanan dari peraturan-peraturan tertentu yang ditetapkan oleh perusahaan.

Dilain sisi, memproduksi lagu sekaligus mendanai proses perilisannya secara independent juga menjadi salah satu kelebihan dari musisi musik indie. 

Namun, ada beberapa yang menganggap hal ini merupakan kerugian dalam memulai karir bermusik dikarenakan faktor pengelolaan keuangan yang harus tepat sasaran dan biaya yang dikeluarkan cukup banyak. 

Kekurangan lainnya dalam memilih karir sebagai musisi musik indie pun tidak lain adalah ruang lingkup promosi yang kecil yang menjadikan proses promosi untuk memperluas fanbase terkesan lebih sulit dibandingkan dengan musisi yang dinaungi label rekaman tertentu. 

SURVIVE SEBAGAI MUSISI INDIE

Sekarang mulai banyak anak muda yang bergerak di bidang musik indie. Mulai dari obrolan di tongkrongan tentang hobi bermusik sampai menciptakan lagu-lagu mandiri bersama band tongkrongannya. Ini menjadikan tren dan musik indie semakin dikenal di masyarakat luas. 

Justru karena semakin meluasnya tren dan musik indie maka persaingannya pun semakin ketat. Setiap musisi indie, baik newbie maupun yang sudah beberapa tahun bermusik pasti harus memiliki strategi tertentu untuk mempertahankan eksistensinya. 

Kalau belajar dari band-band indie yang sudah lama berkarir dan masih eksis sampai sekarang ini, seperti Mocca dan Efek Rumah Kaca, ada beberapa personal branding yang mereka bangun di lagu-lagu mereka. 

Dari band Mocca sendiri, mereka memutuskan untuk konsisten menciptakan lagu-lagu dengan lirik berbahasa Inggris. Genre yang dipilih adalah jazz indie yang merupakan salah satu genre musik favorit di kalangan pendengar lokal maupun internasional. 

Kedua strategi pemasaran tersebut menjadikan Mocca tidak hanya eksis di kancah musik lokal tapi juga internasional, dimana beberapa lagunya sempat menjadi soundtrack pengiring iklan maskapai Asiana Airways dan alat elektronik LG di korea. (Dikutip dari goodnewsfromindonesia.id)

Last but not least, strategi band indie Efek Rumah Kaca yang di beberapa lagunya mengangkat isu-isu politik di Indonesia. Tidak aneh banyak generasi muda yang memiliki ketertarikan kepada isu politik dan pemerintahan, menjadi penggemar setia Efek Rumah Kaca.

So, kalian yang masih berpikiran kalau musik indie ini sebatas senja dan kopi pasti bisa dapat insight dari fakta-fakta baru diatas. Also, kalo tulisan ini kena ke kalian share this to your fellow gen Z and millennial yang mau memulai karir musik indie mereka! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Patricia Martha

Mahasiswa sastra dengan isi kepala penuh, anak jurnalisme ulung, pejuang tingkat akhir