Music

ANTARA COLDPLAY, PYTHAGORAS DAN MUSIC OF SPHERES

Album Music of The Spheres konon terinspirasi dari matematikawan Yunani Kuno Pythagoras. Berikut penjelasannya.

title

FROYONION.COM - Perang tiket resmi berakhir dengan menyisakan banyak cerita, antara fans yang kecewa dan fans yang berbahagia. Euforia gegap gempita menyambut kedatangan Coldplay di tanah air pun sungguh kian terasa. 

Tepatnya 15 November 2023 akan menjadi momentum klimaks yang paling ditunggu para penggila musik termasuk coldplayers se-nusantara. Lebih dari 70 ribu pasang mata akan memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) untuk menyaksikan konser paling prestisius sepanjang masa.

Tur dunia perdana setelah pandemi kali ini mengusung tema “Music of The Spheres World Tour” yang diambil dari album kesembilan Chris Martin dan kolega. Stage actsound systemslighting arts pastinya akan memanjakan mata. Dilansir dari USA Today, lirik dalam album Music of The Spheres menyuarakan tentang nilai-nilai kebaikan, harapan dan condong ke arah melankolis. 

Album yang rilis 15 Oktober 2021 ini memiliki 12 judul lagu yang 5 diantaranya hanya bersimbolkan emoji seperti hati, bumi dan beberapa emoji lainnya. Album yang diproduseri Max Martin ini juga menggaet ikon musisi muda top dunia seperti BTS, Selena Gomez, We Are King hingga Jacob Collier. 

BACA JUGA: MENGENAL RAHMANIA ASTRINI: DARI PENYANYI COVER HINGGA JADI SPECIAL GUEST DI KONSER COLDPLAY JAKARTA

Musik dengan nuansa luar angkasa yang kental, futuristik dan beat-beat lagu yang asyik akan membawa penikmatnya menuju alam ekstraterestrial. “My Universe”, “Higher Power”, “Emoji bintang”, “Emoji gerhana” dan “Emoji infinity” seakan ingin menyampaikan pesan bahwa musik itu mampu menjangkau seluruh alam semesta. Tak terlepas hanya didengar oleh manusia, melainkan seluruh benda angkasa dan makhluk di jagat raya.

Namun, yang menjadi perbincangan adalah sumber inspirasi Coldplay dalam merampungkan album ini. Pasalnya ada faktor filosofis dibalik pemberian nama Music of The Spheres. Secara harfiah Music of The Spheres sendiri berarti musik alam semesta atau  harmoni alam semesta. 

Berbagai literatur dan referensi menunjukkan bahwa istilah Music of The Spheres pertama kali dipopulerkan oleh seorang filsuf Yunani bernama Pythagoras. Beliau hingga hari ini dikenal sebagai ahli Matematika. Tapi apakah Music of The Spheres dalam album Coldplay memiliki keterkaitan dengan Pythagoras? Silahkan baca sampai tuntas.

PYTHAGORAS, BUKAN SEKEDAR AHLI MATEMATIKA

Berasal dari sebuah pulau yang bernama Samus atau Samos, lahir pada abad ke-6 SM. Bukan sekedar ahli matematika, lebih daripada itu ia ternyata pionir di bidang teori musik. Beliaulah yang merumuskan pembagian 8 oktaf yang kita kenal dengan do-re-mi-fa-so-la-si-do. Selain itu ia juga merupakan pemikir penting di bidang filsafat dan kosmologi. 

Dilansir dari Aurora Orchestra dikisahkan Pythagoras suatu kali melewati bengkel pandai besi dan melihat 4 orang pandai besi saling memukulkan palunya secara bergantian. Pythagoras langsung memahami prinsip konsonan dan disonan dari perbandingan irama suara palu keempat pandai besi tersebut. 

Palu pertama dan kedua melantunkan nada yang sama yaitu satu oktaf. Ia mengamati bahwa palu-palu tersebut memiliki berat 12 pon dan 6 pon yang artinya 2:1. Palu ketiga yang beratnya 9 pon memiliki suara sempurna, sedangkan yang keempat dengan berat 8 pon bernada paling rendah diantara palu lainnya. 

Lalu terbentuklah rasio 4:3 dan 3:2. Lantas ia menguji teorinya dengan membandingkan panjang seutas senar dengan rasio tadi, akhirnya saat senar tersebut dipetik ia menemukan bahwa teorinya bekerja dengan sempurna. 

Tak sampai disitu Pythagoras bahkan memiliki pikiran yang lebih revolusioner, ia meyakini bahwa harmoni musik mampu melampaui bumi dan langit. Jika benda-benda bumi seperti besi atau logam saja mengeluarkan suara saat digerakkan atau dibenturkan, maka menurutnya benda-benda langit seperti bulan, bintang, planet hingga matahari yang selalu bergerak pastilah menghasilkan suara-suara tertentu sesuai dengan jaraknya dari bumi. Sehingga muncullah konsep Music of The Spheres. 

ADAKAH RELEVANSI ALBUM MUSIC OF THE SPHERES DENGAN PYTHAGORAS?

Pythagoras dan konsep Music of The Spheres-nya sudah clear. Sekarang apakah benar Coldplay dan album tema antariksa mereka memiliki relevansi dengan Pythagoras? Penulis ternyata menemukan jawabannya langsung dari ‘Orang Dalam’.

Plsn.com dalam wawancaranya dengan Produser Desainer Coldplay Misty Buckley mengungkap fakta  yang sesungguhnya. Ia mengatakan bahwa matahari, bulan dan planet menciptakan alunan suara dan harmoni yang tak bisa didengar manusia, namun mampu dirasakan oleh jiwa. 

Selain itu kata ‘spheres’ juga merujuk pada keindahan pergerakan cahaya dan arsitekturnya. Sesuai dengan konsep panggung Coldplay yang indah dan memiliki arsitektur yang memukau, namun tetap eco-friendlyMusic of The Spheres menggambarkan bahwa makhluk dan benda-benda langit menciptakan alunan suara nan lembut yang memiliki irama. 

Layaknya planet-planet yang bergerak sesuai orbitnya masing-masing. Indah, harmonis namun tak bertabrakan satu sama lain. Mungkin inilah yang Coldplay inginkan, mengeksplorasi keindahan angkasa dan alunan musik yang tersembunyi didalamnya. Ternyata nilai filosofis dalam album ini memang bersumber dari Pythagoras.

Genre space rock, ambient dan synth pop semakin menambah suasana aerospace di album ini. Coldplay ingin menyampaikan pesan bahwa musik adalah bahasa tubuh seluruh makhluk di alam semesta. Bahkan album kesepuluh mereka sudah dikonfirmasi berjudul Moon Music. Masih dengan tema selestial namun ruang lingkup yang lebih spesifik, yaitu bulan.

Ungkapan yang mengatakan bahwa musik merupakan bahasa universal seluruh umat manusia memang benar adanya. Bukan hanya sebagai bahasa di dunia, melainkan jembatan bagi seluruh makhluk di alam semesta. “Music is the universal language across the universe”. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhammad Adib

Seorang PNS (Pegawai Ngeri Swasta), guru ngaji, sarjana komputer yang suka nulis