Movies

REVIEW FILM ‘WOMEN FROM ROTE ISLAND’, ANGKAT ISU PELECEHAN SEKSUAL YANG DEPRESIF

Jadi buah bibir yang kerap diperbincangkan cineville, film ‘Women from Rote Island’ akan tayang perdana di layar lebar pada 22 Februari mendatang. Ber-genre thriller, film yang angkat isu pelecehan seksual ini hadirkan cerita yang–dirasa–amat depresif.

title

FROYONION.COM - Film Women from Rote Island adalah salah satu film Indonesia yang ditayangkan di Busan International Film Festival pada Oktober 2023 lalu. 

Sesuai dengan semangat yang diusung oleh Busan International Film Festival untuk mengekspos kekayaan sinema Asia, film berdurasi 108 menit ini juga dipandang sebagai salah satu film panjang yang sukses angkat keresahan sosial yang nyata terjadi di Indonesia, khususnya Pulau Rote. 

BACA JUGA: FILM DIRTY VOTE UNGKAP KECURANGAN MENJELANG PEMILU 2024, BENARKAH NETRAL?

SINOPSIS

Mengisahkan tentang Martha (Irma Novita Rihi), gadis asal Rote yang merantau ke Malaysia untuk bekerja. Kematian ayahnya membuat Martha harus kembali ke kampung halaman. 

Disambut dengan rasa duka dan pilu, Martha beserta sang ibu, Orpa (Linda Adoe), dan adiknya, Bertha (Sallum Ratu), harus berjuang untuk menyambung hidup. 

Seakan tak cukup dengan duka ditinggal sang ayah, Martha berkali-kali mengalami histeris dengan bayang-bayang sosok lelaki yang ia sebut Datuk. Imaji Datuk yang menyakiti Martha ini kemudian semakin diperkuat dengan kehadiran Ezra (Willyam Wolfgang), sang predator seksual yang membuat semuanya runyam. 

Di tengah keterpurukan inilah, Orpa harus berjuang demi keadilan anaknya, dan demi harga dirinya sendiri sebagai perempuan. Namun akankah keadilan berhasil ditegakkan? Atau itu hanyalah angan-angan yang selamanya akan menjadi mimpi?

TERINSPIRASI DARI KISAH NYATA

Dalam acara press conference Plaza Indonesia Film Festival (PIFF) pada Selasa (20/2) lalu, Jeremias Nyangoen selaku sutradara dan penulis film Women from Rote Island menceritakan sebuah kisah pilu yang melatarbelakangi karyanya ini. 

BACA JUGA: BELAJAR DARI KASUS PELECEHAN MISS UNIVERSE INDONESIA, KORBAN TAK HARUS BUNGKAM

“Di dekat rumah saya di Bekasi, ada seorang perempuan yang mentalnya kurang sehat. Dia sering jalan-jalan di sekitar daerah kami tanpa mengenakan busana. Lama tidak melihat dia, suatu hari saya melihat dia lagi. Masih berjalan-jalan tanpa busana, namun kali ini dia hamil. Saya heran. Siapa yang sampai hati menghamili dia, perempuan yang kita anggap gila, yang mungkin nggak sadar kalau dia sedang dilecehkan, lalu meninggalkan dia begitu saja tanpa bertanggung jawab?” ceritanya. 

Dari kejadian ini, Jeremias kemudian tidak langsung menulisnya menjadi naskah film. Namun ia endapkan, hingga suatu saat ia pergi ke Pulau Rote untuk mengobservasi kehidupan masyarakat di sana untuk keperluan naskah film. Baru kemudian ia teringat dengan kisah perempuan tersebut dan memutuskan untuk mengangkatnya ke dalam film. 

Film Women from Rote Island
Deretan produser, sutradara, dan pemeran film Sara dan Women from Rote Island di acara press conference Plaza Indonesia Film Festival. (Foto: Froyonion/Grace Angel)

“Saya rasa, permasalahan pelecehan seksual ini tidak hanya menimpa perempuan, tapi juga laki-laki. Kalau orang zaman dulu sering bilang ‘Hati-hati punya anak perempuan’, sekarang kita juga harus bilang ‘Hati-hati punya anak laki-laki’. Semoga film ini bisa jadi teguran dan pengingat, bahwa kekerasan seksual bisa terjadi pada siapa saja,”jelasnya. 

Rasa sakit yang dirasakan oleh korban pelecehan seksual, tampaknya juga masih berbekas di hati Sallum Ratu, pemeran Bertha. 

“Sakit sekali. Saya acungi jempol bagi korban pelecehan seksual yang masih bisa bertahan hidup dan kalian luar biasa,” katanya singkat, dengan suara tercekat dan mata berkaca-kaca. 

BACA JUGA: RUU TPKS DISAHKAN: KINI KORBAN PELECEHAN SEKSUAL NGGAK PERLU LAGI TAKUT LAPOR

ALUR CERITA YANG DEPRESIF

Sejak awal, kita akan disuguhkan dengan berbagai masalah. Pertama, kematian ayah Martha menunjukkan kegentingan yang dihadapi keluarganya karena tidak bisa mengubur sang ayah demi menunggu kepulangan Martha. Di sini lah kita pertama kali diekspos kepada adat istiadat suku asli Pulau Rote. 

Kemudian penonton akan dibuat bertanya-tanya dengan kondisi Martha yang histeris dengan bayang-bayang Datuk. Pasalnya, kita belum tahu latar belakang Martha–yang usut punya usut–sempat dilecehkan selama bekerja di Malaysia. 

Bak jatuh tertimpa tangga pula, adegan di mana Martha mengalami pelecehan seksual di kampungnya. Willyam Wolfgang yang memerankan Ezra, sukses menguras emosi penonton karena adegan bejat yang ia lakukan. 

BACA JUGA: PELECEHAN BAGI PEREMPUAN PASTI PANJANG UMUR SELAMA ADA PATRIARKI

Saat Martha ingin memperjuangkan keadilan bagi dirinya sendiri pun, penonton harus menelan pil pahit saat Dewi Fortuna tidak memihaknya. Walaupun menjadi korban, Martha dan keluarganya tetap menerima sanksi sosial dari masyarakat sekitar. 

Women from Rote Island
Still dari film Women from Rote Island saat Martha berlari dari Ezra. (Sumber: Women from Rote Island)

Hingga akhir film ini, hampir tidak ada titik terang dari kasus pelecehan Martha. Bahkan hingga ia ditemukan hamil, hingga anaknya lahir, pelaku dari pelecehan yang dialami Martha tidak kunjung tertangkap.

Belum lagi masalah pelik yang menimpa Bertha–yang hanya ingin menegakkan keadilan bagi kakaknya. Saga Bertha inilah yang menjadi puncak dari peliknya penanganan kasus pelecehan seksual yang nyata terjadi di Indonesia.

Walaupun masalah yang disuguhkan Women from Rote Island berlapis-lapis, namun penonton masih bisa menemukan unsur humor dan sinematik yang memanjakan mata dengan pemandangan Pulau Rote yang indah. Bisa dibilang, kedua hal inilah yang menjadi ‘antidepresan’ di tengah alur cerita yang depresif. 

BACA JUGA: KORBAN PELECEHAN SEKSUAL BERUBAH JADI PELAKU PELECEHAN, APAKAH BISA?

Keberanian Jeremias untuk mengangkat isu pelecehan seksual patut diacungi jempol. Film ini juga berhasil meraih sederet penghargaan bergengsi. Seperti Piala Citra FFI 2023 dalam kategori Film Panjang Terbaik, mengalahkan film unggulan lainnya seperti Budi Pekerti dan 24 Jam Bersama Gaspar. 

Tak heran jika banyak orang yang sudah menanti-nantikan pemutaran film ini di bioskop reguler. Kabar baiknya, mulai 22 Februari mendatang, kalian sudah bisa menyaksikan Women from Rote Island di bioskop terdekat. (*/) 

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Sehari-hari menulis dan mengajukan pertanyaan random ke orang-orang. Di akhir pekan sibuk menyelami seni tarik suara dan keliling Jakarta.