Esensi

PELECEHAN BAGI PEREMPUAN PASTI PANJANG UMUR SELAMA ADA PATRIARKI

Pernah denger kalo ada orang tua yang lebih bangga kalo punya anak cowok? Contoh sederhana itu nunjukin kalo patriarki emang masih kental banget di Indonesia. Selain berdampak buruk buat sosial dan politik, ternyata patriarki juga turut melanggengkan pelecehan seksual, khususnya pada perempuan.

title

FROYONION.COM - Pasti lo juga udah bosen sama berita atau artikel yang nyeritain soal kasus-kasus pelecehan seksual. Kesannya kok nggak ada yang bisa ngilangin, atau setidaknya ngurangin kasus-kasus pelecehan ini terulang lagi. 

Ternyata, salah satu faktor yang bikin pelecehan bisa terus-terusan ada adalah budaya patriarki yang masih kentel di Indonesia. 

Patriarki adalah konsep hubungan sosial, politik, dan ekonomi yang menunjukkan ketidaksetaraan gender dengan laki-laki dipandang lebih dominan dari pada perempuan.  

Patriarki ini yang dulu diperjuangkan sama R.A. Kartini supaya perempuan pada masa itu juga bisa mengenyam pendidikan. 

Seiring berkembangnya zaman, sekarang perempuan emang udah mulai punya hak-hak yang setara sama laki-laki. Kayak udah bisa sekolah, bisa berpendapat, hingga bisa jadi pejabat. 

Tapi semua kesuksesan itu ternyata nggak serta-merta menghilangkan patriarki. 

Patriarki, sejatinya, hingga kini masih ada. Masih terasa dan terlihat nyata. Bahkan jadi salah satu faktor pelanggeng pelecehan seksual buat perempuan. 

APA HUBUNGANNYA SAMA PATRIARKI? 

Berkesempatan untuk wawancara dengan dua psikolog dari Yayasan PULIH, Kak Delfian dan Kak Rininda, ternyata patriarki adalah salah satu faktor utama penyebab pelecehan seksual masih ada sampe sekarang. 

“Yang melanggengkan pelecehan seksual itu ya patriarki. Karena ada patriarki, pria jadi punya privilese lebih sehingga mereka merasa harus lebih dominan dibanding perempuan. Anggapan inilah, yang membuat mereka bisa melecehkan perempuan. Ketika anggapan pria harus dominan digabungkan dengan perasaan submisif mereka, jadilah pendorong untuk melecehkan,” jelas Rininda. 

BACA JUGA: KORBAN PELECEHAN SEKSUAL BERUBAH JADI PELAKU PELECEHAN, APAKAH BISA?

Patriarki ini udah ada dari dulu loh. 

Raja Salomo punya 700 istri. Fat’h Ali Shah Qajar, Shah kedua di Iran, punya 1000 istri. Bahkan seorang raja di Afrika, Raja Abumbi II, punya 100 istri. 

Dari hal ini, bisa dilihat kalo bahkan dari dulu, laki-laki cenderung mempunyai privilese untuk bisa memilih dan memutuskan. 

Budaya patriarki yang celakanya terus dilestarikan ini, menuai satu paradigma pada masyarakat kita bahwa laki-laki punya privilese lebih dibanding perempuan.

TERUS, APA HUBUNGANNYA SAMA PELECEHAN SEKSUAL?

Bayangin kalo orang-orang sekitar lo selalu bilang, “Lo kan cowok. Tugasnya sebagai pemimpinlah,” atau, “Cowok tuh emang udah seharusnya ngelindungin cewek.”

Sekilas kalimat-kalimat itu positif ya?

Padahal dari kalimat yang diulang-ulang dari generasi ke generasi itu, bisa membuat identitas bagaimana seorang laki-laki harus berperilaku. Kalo kita kenal fenomena ini sebagai toxic masculinity. 

Dampaknya, saat laki-laki tidak punya ruang untuk merealisasikan itu, dia akan lari ke hal yang lain. 

BACA JUGA: FROLOG: FROYONION BERDIALOG TENTANG COWOK SEBAGAI KORBAN PELECEHAN SEKSUAL

Contohnya? Saat ada pelecehan, kalo masih ada cowok di sekitar lo yang bilang,”Ya kucing kalo dikasih ikan, masa nggak mau?”, itu tandanya patriarki masih punya peran besar dalam pelecehan seksual. 

Karena, respon itu secara gamblang menunjukkan kalo cewek yang berparas cantik, bertubuh elok, berpakaian seksi, yang lewat di depan mereka, pantas untuk dilecehkan. Padahal, perempuan bukan umpan dan bagaimana perempuan berpenampilan bukan undangan untuk dilecehkan. 

Tidak menggeneralisir kalo semua laki-laki kayak gini, tapi itulah dampak budaya patriarki ke panjangnya umur kasus-kasus pelecehan seksual di tanah air. 

Yang bisa menghentikan langgengnya patriarki ya kita sendiri. Lewat gerakan-gerakan sosial untuk mendukung kesetaraan gender, sadar atau enggak, itu juga turut mendukung penghapusan pelecehan seksual. (*/)

BACA JUGA: KORBAN PELECEHAN SEKSUAL BERUBAH JADI PELAKU PELECEHAN, APAKAH BISA?

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Sehari-hari menulis dan mengajukan pertanyaan random ke orang-orang. Di akhir pekan sibuk menyelami seni tarik suara dan keliling Jakarta.