Stories

HARYADHI, SOSOK DI BALIK KOMIK INDONESIA ‘JITU’ DAN AKUN ‘KOSTUMKOMIK’

Komik berjudul Jitu volume terbaru akan segera rilis. Dalam artikel ini, Haryadhi sebagai komikus akan bercerita tentang industri komik di Indonesia, serta komiknya yang akan dijadikan film oleh sutradara Timo Tjahjanto.

title

FROYONION.COM - Buat lo pencinta komik Indonesia, lo tentu familiar dengan akun kostumkomik di media sosial. Sosok di balik komik strip tersebut adalah Haryadhi. Sebagai komikus, ia juga membuat komik fisik yang berjudul Jitu.

Komik Jitu sudah rilis sampai volume ke-4. Haryadhi mengisahkan pada komik tersebut bahwa di Indonesia terdapat organisasi rahasia bernama J.I.T.U. yang terinspirasi dari satuan penembak misterius (Petrus) pada zaman Orde Baru.

Rudra sebagai tokoh utama adalah anak muda yang berada di dalam keadaan yang sulit. Ia terpaksa melakukan pekerjaan yang membawanya ke dalam situasi yang berbahaya. Haryadhi memberitahukan kepada Froyonion.com bahwa komik Jitu volume ke-5 akan rilis pada bulan Februari. Nantikan volume terbarunya!

KOMIK JITU AKAN DIADAPTASI MENJADI FILM

Komik Jitu karya Haryadhi telah tersedia hingga volume ke-4 dan akan segera merilis volume ke-5 pada bulan Februari ini. (Sumber: Re:on comics)
Komik Jitu karya Haryadhi telah tersedia hingga volume ke-4 dan akan segera merilis volume ke-5 pada bulan Februari ini. (Sumber: Re:on comics)

Sutradara Timo Tjahjanto pun sudah mengumumkan secara resmi lewat akun Instagram-nya bahwa dia akan mengadaptasi komik Jitu menjadi sebuah film. Timo terkenal dengan banyak film action garapannya seperti The Big 4The Night Comes For Us dan Sebelum Iblis Menjemput.

Genre action dan gore yang disajikan pada komik Jitu dengan latar tempat di Indonesia cukup memancing banyak orang untuk mengikuti cerita di dalamnya. Bisa dibilang, komik Jitu karya Haryadhi ini adalah film The Raid versi komik.

Lo bakal melihat banyak fenomena orang pinggiran dan realitanya yang begitu kelam. Walau komik ini fiksi, Haryadhi selalu menyajikan lokasi kejadian yang familiar, seperti kota Jakarta, Bogor dan Bandung. 

“Gagasan utama dari komik Jitu berfokus pada tema dan para karakternya yang menyajikan ranah abu-abu kehidupan; di mana tidak ada yang sepenuhnya baik, dan sepenuhnya jahat,” terang Haryadhi kepada Froyonion.com. 

Pada zaman Orde Baru, Petrus merupakan satuan yang dibentuk oleh pemerintah dan bekerja dengan begitu represif dalam mengatasi permasalahan negara. Haryadhi membawakan kisah satuan Petrus dan membawanya ke zaman sekarang dengan meraciknya sedemikian rupa, untuk menonjolkan sisi dilematis satuan tersebut.

Membaca komik Jitu turut menimbulkan pertanyaan di kepala pembaca: “Jika berbagai institusi penegak hukum di negara ini sudah begitu korup, apakah dibutuhkan organisasi bayangan yang represif untuk bisa melindungi masyarakat?” 

Komik Jitu termasuk volume terbarunya bisa lo dapatkan langsung di marketplace seperti Tokopedia atau Shopee pada toko Re:on comics. Perlu lo ketahui kalau komik ini diperuntukkan bagi pembaca 21 tahun ke atas.

BACA JUGA: PUPUS PUTUS SEKOLAH: KOMIK KARYA ANAK BANGSA PENUH PELAJARAN HIDUP

INDUSTRI KOMIK DI INDONESIA

Membaca panel bergambar seperti komik, manga dan manhwa merupakan suatu hobi di kalangan anak muda. Froyonion menanyakan satu pertanyaan kepada Haryadhi: “Bagaimana iklim industri komik di Indonesia saat ini?”

“Untuk menjawab bagaimana kondisi industri komik di Indonesia ini cukup gampang-gampang susah,” ujar Haryadhi. “Kalau dibilang berkembang, ya belum berkembang banget seperti di Amerika, Eropa, dan Jepang. Karena masih banyak problema seperti pasarnya yang belum terlalu besar.”

Haryadhi menjelaskan bahwa komik masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat awam pun oleh pemerintah. Kesejahteraan para komikus masih belum terjamin, apalagi jika dibandingkan ketika komikus lokal menerima pekerjaan komik dari luar negeri, misalnya dari Amerika, Eropa dan Jepang.

Haryadhi sebagai komikus mengedepankan riset mendalam dalam proses membuat komik.
Haryadhi sebagai komikus mengedepankan riset mendalam dalam proses membuat komik.

Di sisi lain, banyak kreator komik dari Indonesia yang hanya fokus menerima proyek-proyek dari luar negeri, seperti menjadi Ilustrator untuk Marvel dan DC. dan mereka menjadi sangat sejahtera dari pekerjaannya itu, karena bayarannya yang cukup besar.

Para komikus Indonesia juga sudah banyak yang bisa menempatkan diri menjadi influencer atau content creator di media sosial. Komikus bisa memanfaatkan jumlah followers di media sosial untuk meraup keuntungan besar dari membuat konten yang bekerjasama dengan berbagai brand. 

Selain itu, komikus/influencer ini pun bisa mendapatkan profit dari menjual merchandise dalam berbagai format. Masyarakat pun lebih mengenal Haryadhi sebagai komikus dari akun kostumkomik yang ada di media sosial (Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok) dengan jumlah followers yang cukup banyak. 

BACA JUGA: KREATOR KOMIK 'BRANDAL' AMIR MALIQ: 'KARYA YANG BAGUS ADALAH KARYA YANG JUJUR'

Haryadhi juga membuat beberapa judul komik lain dengan genre yang berbeda, seperti genre anti-hero dengan judul Setan Jalanan yang ditulis oleh Franki Indrasmoro (alias Pepeng eks-drummer ‘Naif’ ). Lalu di genre fiksi sains ada Rixa, dan di genre horor remaja dalam format Webtoon ada App’s Orbs yang bisa dibaca di aplikasi atau website INKR.

Dalam membuat komik Jitu, Rixa dan App’s Orbs sebagai komik yang alurnya panjang dan gaya penceritaan yang cukup serius, tantangan paling utama bagi Haryadhi terletak pada proses riset. 

Menurut Haryadhi,  penulisan cerita yang baik itu adalah penulisan cerita yang dilandasi oleh riset mendalam. Lalu komikus perlu meracik hasil riset sedemikian rupa dan membuatnya menjadi plot-plot bagus supaya menarik untuk dibaca.

“Pesan saya pribadi untuk anak-anak muda yang ingin menjadi komikus. Menurut saya sih, tidak ada aturan yang baku. Mau buat komik yang diterbitkan penerbit lokal; atau mau buat webtoon; atau mau buat komik di media sosial sehingga nantinya menjadi influencer; atau mau fokus menjadi ilustrator untuk penerbit luar seperti Marvel atau DC, semuanya sah-sah saja,” ujar Haryadhi. “Tinggal kamu temukan jalur mana yang paling cocok untukmu.” (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Fadhil

Content writer Froyonion, suka pameran seni dan museum, sesekali naik gunung