Esensi

APAKAH APLIKASI DATING UBAH WAJAH PERKENCANAN KITA SEKARANG?

Zaman sekarang tanggal jadian dihitung dari ‘check in’ pertama, ketemunya di aplikasi dating setelah sebelumnya beberapa kali ‘test drive’ dengan yang lain.

title

FROYONION.COM - Saya pernah membuka TikTok dan menemukan video yang kurang lebih mendeskripsikan pengalaman perkencanan masa kini. Perkembangan teknologi terutama keberadaan aplikasi dating mengubah definisi mengenai relasi dan memperluas pemaknaannya serta upaya mendapatkan seks di masa sekarang. 

Ketika kecil dulu saya sering mendengar cerita bagaimana orang tua saya bertemu. Kakek saya dari pihak ibu adalah atasannya ayah saya, keduanya bertemu dalam suatu momen, kemudian berlanjut menjadi komitmen (cinta)—pertemuan khas orang “zaman dulu”. 

Di era 90-an (periode dimana saya tumbuh besar) juga, orang-orang bertemu, berkomunikasi, kemudian memulai relasi cinta/asmara/seks diawali pertemuan tatap muka, surat-suratan, atau setidaknya dikenalin oleh kerabat.

Kalian merasa nggak sih, di masa sekarang, pertemuan organik tersebut sudah hampir ditinggalkan? Perkembangan teknologi memudahkan siapa saja untuk mengenal siapapun di ujung dunia manapun tanpa harus bertemu tatap muka. 

Perubahan cara berkomunikasi dan menjalin interaksi sosial ini sedikit banyak membawa perubahan pada cara masyarakat memaknai suatu hubungan—terutama relasi romansa. Aplikasi dating adalah salah  media perkenalan romansa yang memberikan perubahan besar pada pemaknaan relasi dan seks.

Dalam jurnal penelitian yang berjudul “Liquid Love” (2003), Zygmunt Bauman berpendapat kencan digital telah memberikan transformasi pada hubungan jangka panjang dan mengikis kemitraan monogami. Pengadaan teknologi membuat cara-cara pengekspresian seks menjadi mutakhir. Bahkan tak jarang orang melakukan masturbasi lewat video call baik untuk pasangannya, teman tapi mesranya, atau juga dikomersilkan.  

Judith Butler juga bilang, tidak ada orientasi seks yang yang tetap. Manusia akan selalu mereproduksi seksualitasnya yang membuatnya tidak pernah memaknai seks secara tetap. Seksualitas akan selalu bermetamorfosis menjadi sesuatu yang berbeda tergantung pengalaman hidup, lingkungan, serta peristiwa-peristiwa lain yang beririsan dengan personalnya. 

Teknologi adalah salah satu faktor yang mengubah cara manusia berelasi. Dari zaman surat-suratan, telpon-telponan, sampai akhirnya beralih ke berkirim pesan entah lewat WhatsApp, direct message Instagram, Line, dan lain-lainnya. Ada banyak perluasan dan akibat dari perkembangan teknologi yang memicu perubahan relasi dan bagaimana manusia memandang diri dan orang di sekitarnya. 

BACA JUGA: MASANG FOTO KUCING DI DATING APP BISA MENARIK PERHATIAN CEWEK, EMANG IYA?

PENGALAMAN ‘AJAIB’

Sejak pertama kali menggunakan aplikasi dating sejak tahun 2018, ada banyak pengalaman ajaib yang saya dapatkan—dan saya rasa enggak saya sendiri, kamu juga pernah kan?

Mulai dari yang konyol sampai yang ekstrim. Ada yang menunjukkan penisnya, sampai ada yang mengajak untuk threesome dengan pasangannya. 

Tapi sebenarnya, kalau dipikir-pikir, laku-laku seks mulai dari yang sifatnya transaksional sampai mau sama mau sudah ada sejak dulu. Menurut Gayung Kasuma dalam bukunya berjudul “Dari Privat ke Publik: Kehidupan Seksual di Jawa Awal Abad ke-20” (2020), perilaku seksual masyarakat Jawa abad ke 20 mengalami perubahan seiring dengan kedatangan orang-orang Eropa.

Kebiasaan orang Eropa yang membeli perempuan untuk pemuasan seks atau mengambil gundik, memunculkan bisnis baru di kalangan pribumi. Ini diwujudkan lewat membuka tempat-tempat hiburan yang menyediakan perempuan dan juga obat-obatan, mulai dari obat kuat dan obat untuk penyakit kelamin. 

Jadi, bisa dibilang perilaku seks yang variatif dengan pasangan yang beragam juga, telah lama ada. Bila merunut lagi ke belakang, zaman para Nabi, menurut ajaran agama Kristen, laku-laku perselingkuhan, masturbasi, homoseksual sudah ada. 

Cara kita mengekspresikan seksualitas bisa mengalami perubahan, salah satunya dari lingkungan. Dalam hal ini perubahan teknologi aka aplikasi dating menjadi faktor eksternal yang memicu perubahan cara ekspresi seksualitas tersebut, termasuk cara berkenalan dengan lawan jenis atau calon pasangan. 

Format aplikasi dating pada umumnya seperti lamaran kerja dimana pengguna harus mengisi data pribadi dengan keterangan semenarik mungkin. Misalnya mencantumkan hobinya, musik yang dia senangi, belum lagi memasukkan beberapa foto diri yang membuat calon match tertarik sehingga melakukan swipe right (memilih dia untuk dimasukkan ke pool target yang sesuai). 

Selain itu, keunikan lain dari aplikasi dating ini dalam hemat saya adalah keberagaman pilihan orientasi seks yang membuat orang dengan orientasi seks non-heteroseksual tidak bisa mendapatkan tempat dan menemukan pasangan. Buat mereka yang masih mencari jati diri dan kecenderungan-kecenderungannya juga bisa mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan preferensi seksnya lewat aplikasi dating

Kemudahan bertemu dengan calon pasangan juga sedikit banyak membuat seks menjadi sesuatu yang gampang untuk dilakukan. Lalu, bila ternyata hubungan ini gagal ada kecenderungan untuk begitu saja melepas karena masih banyak cadangan lain.

Begitu banyak pilihan dan kemudahan untuk mendapatkan intimasi membuat manusia zaman sekarang kurang mau berusaha untuk membuat hubungannya berhasil. Namun, di satu sisi memang kaum urban dengan segala kesibukannya mencari uang seperti tidak punya waktu untuk menjalin relasi dengan lawan jenis, di sinilah peran teknologi (aplikasi dating) memberi kemudahan bertemu calon-calon yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan pengguna. 

BACA JUGA: MENYIASATI BUDGET KENCAN ANTI RISKAN!

PELUANG LEBIH LEBAR

Fenomena aplikasi dating ini menjadi menarik karena semi-anonim (belum bertemu langsung tapi mengenal profilnya), pengguna bisa sebebas mungkin mewujudkan mimpi terliarnya akan seks pun fetish-nya.

Ada juga untuk beberapa pengguna aplikasi supaya kondisi tidak berat di biaya, mereka memangkas biaya hiburan (seperti nonton, makan, dan lain-lain) sehingga langsung ke seksnya. Mungkin ini karena saking banyak match-nya kalau semuanya ditraktir kan berat di sisi finansial juga. 

Ada T (29) laki-laki heteroseksual punya kecenderungan untuk beronani sambil melihat pakaian dalam teman match-nya. B (27) perempuan heteroseksual pengguna aplikasi Bumble yang menggunakan dating apps memang untuk mencari seks. Sejauh ini sudah ada 20 orang laki-laki yang dia tiduri. Dia mencatati nama-nama pasangan seksnya. 

V (37) perempuan heteroseksual yang kerap menggunakan aplikasi dating untuk kencan dan sekadar bercumbu tanpa penetrasi. Buatnya penetrasi itu terlalu spesial, tapi kalau sekadar ciuman, blow job, hand job dia masih menganggap aktivitas tersebut tidak membawa kepada kebaperan, jadi menurutnya masih aman.

B (30) seorang laki-laki homoseksual yang berharap mendapatkan cinta sejati melalui seks. Kurang lebih sudah ada 30-an juga laki-laki yang berhubungan seks dengannya. Awalnya dia berharap dengan memberikan seks, dia bisa mendapatkan pacar/pasangan, tapi ternyata sejauh ini dari pelukan satu lelaki ke lelaki lainnya, belum ada yang mau menjalin hubungan serius untuk kemudian bermonogami dengannya. 

H (20-an) laki-laki heteroseksual yang kerap menggunakan aplikasi kencan ketika dia sedang horny. Dia sering melakukan one night stand dan kalau misalnya cocok, hubungan seks tersebut akan diulangi di hari-hari selanjutnya (bila pertemuan selanjutnya memungkinkan).

Ini hanya sebagian contoh kecil saja yang menggambarkan bagaimana laku-laku manusia zaman sekarang memandang seks dan teknologi yang memberi kemudahan untuk memenuhi hasrat seksuil tersebut. 

Sekali lagi, seks dan “kecairannya” sudah ada dari dulu. Teknologi mempermudah eksekusi dan membedakan teknisnya. Karena online, kita harus tahu “menjual diri” dengan cara memasang foto yang menarik, kata-kata yang bagus di laman profil dan lain-lain. 

Kemudian setelah bertemu tatap muka langsung, juga ada kejutan-kejutan tak terduga, seperti ternyata orangnya tidak sesuai dengan yang difoto. 

Jadi, sebenarnya baik bertemu dengan cara tradisional maupun dengan bantuan teknologi masing-masing ada tantangannya. Kalau dulu di semak-semak, sekarang di Oyo. Dulu banyak basa-basi, sekarang langsung aksi. Mana yang lebih tricky menurut kamu? (*/)

BACA JUGA: KEBANYAKAN ORANG MENYEMBUNYIKAN IDENTITAS ASLINYA DI DATING APP, LO BEGITU JUGA NGGAK?

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Ester Pandiangan

Penulis buku "Maaf, Orgasme Bukan Hanya Urusan Kelamin (2022)". Tertarik dengan isu-isu seputar seksualitas.