Books

MENYUSURI SEJARAH DAN KEINDAHAN BANDA NEIRA MELALUI NOVEL ‘BUNG DI BANDA’

Melalui novel sejarah dengan latar tempat Banda Neira ini, kalian akan menemukan makna kalimat yang diutarakan oleh Sutan Sjahrir ‘Jangan Mati Sebelum ke Banda Neira’.

title

FROYONION.COM - Salah satu daerah di Indonesia yang sering diperbincangkan di media sosial adalah, Banda Neira. Baik diperbincangkan karena keindahan dan kekayaan alamnya, kisah pejuang yang menjalani masa pengasingan di sana hingga ungkapan Sutan Sjahrir yang berbunyi, “Jangan mati sebelum ke Banda Neira.”

Selain keindahan alamnya yang membuat gugusan pulau yang terletak di Kepulauan Maluku ini sering  disebut sebagai surga di timur Indonesia, Banda Neira menyimpan banyak kisah yang berhubungan dengan sejarah bangsa Indonesia bahkan dunia. 

Melalui novel Bung di Banda, kamu akan dibawa menelusuri sejarah Banda Neira di mata dunia, budaya dan kepercayaan masyarakat Banda, dan perjalanan para tokoh bangsa dalam masa pengasingan hingga kisah romansa  yang rumit.

BACA JUGA: REVIEW NOVEL ‘AROMA KARSA’: TENTANG OBSESI, AROMA, DAN MITOS

Buku “Bung di Banda” dengan latar Gunung Api Banda
Buku “Bung di Banda” dengan latar Gunung Api Banda, kepulauan Banda, provinsi Maluku Tengah. (Sumber Foto: Dok. Pribadi Penulis)

FIKSI SEJARAH YANG DIKEMAS INDAH 

Bung di Banda menceritakan tentang perjalanan Sutan Sjahrir dan tiga tokoh revolusioner lain yakni, Muhammad Hatta, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Iwa Koesoema Soemantri menjalani masa pengasingan di Banda Neira. 

Di awal cerita, pembaca akan diajak untuk mengikuti awal mula Sutan Sjahrir dan Muhammad Hatta ditangkap, divonis dan menjalani masa pengasingan di bawah kepemimpinan Belanda. Selain itu, pembaca juga akan diajak untuk menelusuri sejarah kelam pembunuhan massal yang terjadi di pulau yang masyhur akan kekayaan rempah di mata dunia, Banda Neira.

BACA JUGA: DARI FIKSI HINGGA BUKU LAWAS, 10 WEBSITE INI MENYEDIAKAN E-BOOKS GRATIS

Tokoh utama dalam buku ini adalah Sutan Sjahrir (Sjahrir). Dalam perjalanan masa pengasingannya, ia kerap kali memendam rindu dan menulis surat kepada kekasihnya, Maria Duchateau. Perempuan yang dipanggil Mieske oleh Sjahrir itu, merupakan perempuan asal dan asli Belanda. 

Di zaman kolonialisme penjajahan Belanda kala itu, hubungan spesial atau khusus antara inlander dan orang Belanda sering mendapat diskriminasi. Inlander merupakan sebutan yang ditujukan kepada masyarakat nusantara dengan tujuan mengejek. Bagi orang Belanda, masyarakat nusantara tidak layak untuk sejajar dengan bangsa Belanda.

Oleh sebab itu, proses pernikahan Sjahrir dan Maria banyak menemui kendala yang rumit untuk diselesaikan. Selain sudah menjajah nusantara, Sjahrir makin kesal karena urusan pribadinya juga harus dijajah Belanda. Kisah romansa dua insan berbeda bangsa ini pun semakin rumit tatkala Maria dan kedua anaknya harus kembali ke Belanda. 

BACA JUGA: 5 REKOMENDASI AKUN BOOKSTAGRAM YANG BISA BIKIN AKTIVITAS BACA BUKUMU LEBIH SERU

Fatwa haram telah dikeluarkan oleh pemuka agama di Medan perihal status pernikahan Sutan dan Maria. Hubungan mereka semakin rumit saat Sutan Sjahrir ditangkap oleh polisi Belanda dan menjalani masa pengasingan di Digoel (Boven Digoel) hingga akhirnya ke Banda Neira bersama Mohammad Hatta, Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Iwa Koesoema Soemantri. 

Novel Bung di Banda seolah paket lengkap dengan kemasan yang indah, kaya dan unik sehingga membuat pembaca tidak cepat merasa bosan, walaupun banyak memuat unsur sejarah. Kalian juga secara tidak langsung akan mengantongi beberapa informasi destinasi apa saja yang harus dikunjungi saat di Banda Neira.

NOVEL KARYA SINEAS FILM SERGIUS SUSANTO 

Selain dikenal sebagai penulis dan jurnalis, Sergius Sutanto juga dikenal di dunia film baik sebagai penulis naskah, sutradara hingga produser. Sebelumnya, Sergi (panggilan sapaan) telah menulis novel antara lain: Mangun: Sebuah Novel (2016) dan Hatta: Aku Datang Karena Sejarah (2013)

Bung di Banda merupakan novel yang terbit pada tahun 2021 dan diterbitkan oleh penerbit Gagas Media. Selama menulis novel ini, Sergi melakukan riset dan tinggal di Banda Neira selama kurang lebih satu bulan. 

BACA JUGA: DIGITAL NOMAD ISLAND: PULAU PRIBADI YANG CUMA BISA DIAKSES PARA PEMILIK NFT

Novel Bung di Banda juga telah diangkat melalui pertunjukan teater yang dibintangi oleh aktor dan aktris Indonesia seperti, Reza Rahardian, Julia Estelle dan Tanta Ginting dengan judul Mereka yang Menunggu di Banda Neira. Sebelumnya, penulis juga telah membuat film dokumenter pendek dengan judul yang sama, Bung di Banda. 

Mengunjungi Banda Neira tidak cukup jika hanya menikmati keindahan alamnya. Ada serangkaian sejarah dan budaya yang wajib kalian telusuri jika berkunjung ke pulau yang juga disebut sebagai pulau rempah ini. Bung di Banda merupakan novel yang  akan jadi teman perjalananmu, baik sebelum berangkat atau saat di Banda Neira. Ingat kata Sutan Sjahrir, “Jangan Mati Sebelum ke Banda Neira!” (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Anisah Meidayanti

Mantan anak FOMO yang sekarang hijrah jadi JOMO. Suka riset, suka nulis dan suka kucing!