Tips

SERING MERASA KESAL TIAP MENDENGAR SUARA ORANG MENGUNYAH MAKANAN? BISA JADI KAMU TERKENA MISOFONIA!

Walau nggak termasuk masalah kesehatan yang membahayakan, tapi tetap saja kondisi ini harus mendapat penanganan biar nggak mengganggu aktivitas sehari-hari.

title

FROYONION.COM - Suka merasa kesal, marah, jijik atau bahkan takut saat mendengar suara tertentu? Apalagi suara orang mengecap makanan yang  langsung bikin kalian bilang, “iiihhhh jijik!” Bisa jadi, hal itu adalah salah satu pertanda kalau kalian mengidap misofonia. 

Misofonia dikenal juga dengan istilah hyperacusis atau sindrom sensitivitas suara tertentu. Seseorang yang mengidap misofonia akan merasa sangat terganggu melebihi orang normal ketika mendengar suara tertentu. Termasuk di antaranya adalah suara orang yang sedang mengunyah atau bahkan suara nafas. 

Saat mendengarkan suara-suara tersebut, seorang penderita misofonia akan sangat mungkin mengeluarkan beberapa reaksi berlebih, mulai dari marah, kesal, berteriak bahkan menghindari kontak sosial hanya agar nggak lagi mendengar suara-suara itu. 

Pada kondisi yang normal, memang mendengar suara-suara tertentu apalagi secara berulang akan bisa cukup mengganggu. Akan tetapi, biasanya seseorang akan dapat membiarkan atau menoleransi hal tersebut. Beda dengan penderita misofonia yang punya kepekaan tinggi akan jenis-jenis suara tertentu dan bahkan merasa jijik hingga memicu serangan panik. 

PENYEBAB DAN GEJALA MISOFONIA

Penyebab pasti dari masalah kesehatan ini belum secara pasti diketahui. Akan tetapi, kondisi ini diduga erat kaitannya dengan proses otak ketika memilah suara tertentu.  

Suara yang kita dengar akan ditangkap oleh telinga untuk kemudian dikirim ke otak. Pada bagian otak tertentu, suara ini kemudian akan diproses dan otak akan membagi fokusnya pada suara tersebut.  

Seseorang dengan kondisi misofonia akan mengalami hipersensitivitas pada bagian otak yang fungsinya memproses suara. Inilah yang menimbulkan otak menjadi terlalu peka dan memicu timbulnya respon negatif dalam tubuh akan suara tertentu.

BACA JUGA:

JANGAN RAGU MENCARI BANTUAN, INI 10 TANDA KAMU PERLU PERGI KE PSIKOLOG

Walau belum ditemukan penyebabnya secara pasti, namun kondisi misofonia lebih rentan ditemukan pada orang-orang yang memiliki gangguan mental seperti OCD, ADHD dan sindrom Tourette. Mereka yang memiliki gangguan telinga berdenging dan riwayat misofonia dalam keluarga juga sangat mungkin untuk mengidapnya. 

Penderita misofonia yang satu dengan yang lain sangat mungkin akan dapat terpicu oleh jenis suara yang berbeda. Pada awalnya, mungkin penderita hanya akan terpicu oleh satu suara. Akan tetapi seiring waktu, penderita juga bisa terpicu oleh jenis suara lain. 

Beberapa jenis suara yang dapat memicu penderita misofonia di antaranya adalah suara mengunyah makanan, menyeruput minuman, menghembuskan nafas, bersiul, mengecap bibir, mengetik, menelan hingga memainkan pena. 

Gejala utama dari misofonia adalah adanya reaksi negatif hingga ekstrem ketika mendengar suara pemicu. Respon negatif ini meliputi rasa marah serta kesal hingga dapat melakukan tindak kekerasan fisik ataupun verbal, keinginan kuat dalam menghindari sumber suara, rasa terganggu, jijik, cemas, panik hingga takut. 

Selain beberapa respon negatif tersebut, penderita juga akan sangat mungkin mengalami beberapa gejala fisik tertentu ketika mendengar suara pemicu. Termasuk di antaranya adalah tubuh terasa kaku, tekanan darah meningkat, otot tegang, jantung berdetak lebih cepat, sakit perut hingga rasa tertekan di pada bagian dada.

DIANGGAP SEPELE, PADAHAL…

Misofonia sendiri termasuk dalam kondisi langka dengan kurang dari 150.000 kasus per tahun di Indonesia. Biasanya, kondisi ini bisa didiagnosis sendiri serta nggak butuh uji laboratorium. Misofonia juga merupakan gangguan kronis yang bisa bertahan bertahun-tahun hingga seumur hidup. 

BACA JUGA: MANFAAT TERAPI MUSIK UNTUK KESEHATAN MENTAL 

Karena kasusnya yang masih langka inilah maka kondisi misofonia masih belum banyak diketahui dan bahkan mungkin dianggap remeh oleh orang lain. Padahal, mereka yang hidup dengan kondisi ini besar kemungkinan akan merasa nggak nyaman saat berada di keramaian, atau bahkan takut. 

Pasalnya, ada kemungkinan mereka akan mendengar suara tertentu yang bisa memicu misofonianya kambuh. Nggak jarang pengidap misofonia akan menghindari kegiatan di luar rumah yang mengharuskannya bertemu dengan banyak orang.  

Jika memaksakan diri untuk berada di tengah suara yang memicu reaksi negatif, penderita misofonia sangat mungkin untuk merasa tertekan serta berujung pada kondisi depresi. Dampak lebih parah yang nggak bisa hindari adalah menyerang seseorang yang jadi sumber suara. 

Apalagi, hingga kini belum ditemukan pengobatan khusus yang bisa seratus persen menyembuhkan misofonia. Dokter biasanya hanya akan mendeteksi suara yang memicu reaksi negatif lalu mencari cara untuk menghentikan reaksi itu dan mengurangi kepekaannya. 

Guna meredakan gejala, pasien biasanya akan mendapat pengobatan medis yang meliputi terapi perilaku kognitif, Tinnitus Retraining Therapy (TRT) hingga pemberian obat anti depresi dan gangguan kecemasan. 

Pengobatan mandiri juga bisa dilakukan jika kalian memiliki gejala misofonia. Di antaranya ialah dengan menggunakan penutup telinga saat berada di keramaian, mendengarkan lagu ataupun suara-suara yang bisa menenangkan, mengelola stress hingga melakukan teknik pernapasan khusus saat perasaan negatif muncul ketika mendengar suara pemicu. 

Misofonia memang bukan masalah kesehatan yang bisa menyebabkan akibat fatal pada penderitanya. Namun, jika terus dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini akan membuat kehidupan sosial terganggu.  

Beberapa komplikasi lain yang mungkin muncul ialah gangguan kecemasan, depresi, serangan panik hingga munculnya keinginan menyakiti diri sendiri ataupun orang lain. Jangan ragu untuk menghubungi dokter atau tenaga kesehatan profesional jika kalian memerlukan bantuan lebih lanjut. (*/) (Photo credit: Samson Katt)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Wahyu Tri Utami

Sometimes I write, most of the time I read