Tech

PENELITI AMERIKA SERIKAT LAGI NGEMBANGIN BRAINOWARE, TEKNOLOGI APA LAGI ITU?

Salah satu AI yang dikembangkan belakangan ini adalah Brainoware; AI yang bisa mengikuti kerja otak manusia. Kira-kira seperti apa sih teknologi ini?

title

FROYONION.COM - Dunia teknologi berkembang dengan sangat pesat dari waktu ke waktu tanpa disadari. Misalnya adalah artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan. 

Namun, apa jadinya jika AI tersebut dikembangkan lebih jauh lagi melampaui apa yang bisa dilakukannya sekarang ini. Khususnya, pendekatan AI yang disatukan dengan kepintaran manusia. 

Ternyata teknologi tersebut bukan tak mungkin akan hadir di tengah kehidupan kita sehari-hari. 

Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Electronics, para peneliti di Amerika Serikat kini tengah mengembangkan sebuah hardware AI yang disebut sebagai Brainoware

Teknologi Brainoware akan menggunakan sistem komputasi yang adaptif dengan jaringan saraf organoid otak. FYI, organoid adalah miniatur dari sebuah organ. Menyatukannya dengan AI … terdengar mengerikan? 

BACA JUGA: HUAWEI RILIS TWS BERBENTUK ANTING, DIJUAL DI INDONESIA SEHARGA 2,7 JUTA

Mungkin kita harus memahami cerita di balik pengembangan teknologi Brainoware dulu. Sebenarnya, para peneliti mencoba mengembangkan teknologi ini karena terinspirasi pada jaringan sel yang ada pada otak manusia. 

Bagian tubuh tersebut memiliki efisiensi yang optimal dalam penggunaan energi, neurogenesis, hingga plasticity saraf yang memungkinkan pemrosesan data terjadi efektif. 

Meskipun saat ini sudah ada teknologi chip neuromorphic yang punya fungsi meniru kerja otak, tapi para peneliti beranggapan jika saat ini ada kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memproses informasi, mengatasi ketidakpastian, hingga menggunakan energi. 

Makanya, Brainoware didesain untuk bisa mengatasi itu semua. 

APAKAH REALISTIS PROYEK BRAINOWARE INI? 

Saat ini kita dihadapkan pada pengembangan teknologi yang jauh melampaui peradaban. 

Mungkin sikap skeptis orang awam akan bertanya, apakah teknologi ini berbahaya? Lalu apakah memang proyek yang dikembangkan ini bisa terwujud dan realistis? 

Tim Froyonion.com berbincang dengan pakar keamanan siber dan forensik digital, Alfons Tanujaya untuk memahami lebih jauh mengenai pengembangan Brainoware ini. 

Menurutnya, teknologi ini pada dasarnya memang ditujukan untuk memberikan efisiensi pada AI yang selama ini membutuhkan sumber daya tinggi serta mahal. 

Tapi menurut dia, untuk bisa menggabungkan AI dengan manusia ini masih sangat jauh untuk diwujudkan. 

"Terlalu awal Brainoware ini, rasanya sampai tahap implementasi masih jauh. Kalaupun Brainoware bisa berhasil, value terbesar yang bisa diberikan adalah penghematan daya dan efisiensi dibandingkan sistem training AI saat ini," kata Alfons saat berbincang. 

Menurutnya, hingga saat ini, seluruh penelitian tersebut pun masih dalam perencanaan dan belum ada aplikasi nyata yang berhasil untuk didemonstrasikan ke publik. 

BACA JUGA: MENGULIK KECANGGIHAN HYUNDAI IONIQ 6 YANG RESMI DIJUAL DI INDONESIA

Alfons beranggapan jika Brainoware ini merupakan sesuatu yang memerlukan tahap penelitian sangat dalam dan dikerjakan dalam waktu lama. 

Sebenarnya, bagaimana kira-kira penelitian ini dilakukan? Fungsi apa yang nantinya bakal diemban oleh Brainoware sehingga bisa memaksimalkan potensi penggunaan AI sehari-hari bagi manusia? 

Dilansir dari Medical Life Science, peneliti bernama Sushama R Chaphalkar menjelaskan jika Brainoware ini rencananya akan diintegrasikan ke dalam kerangka komputasi dengan tiga komponen utama: input, reservoir, dan output. 

Sistem ini dibangun dengan memasang sebuah organoid otak fungsional yang fungsinya untuk menerima sinyal dari lapisan input. 

Salah satu uji coba yang dilakukan ialah, Brainoware harus mengidentifikasi suara vokal dari pembicara dalam sebuah diskusi. 

Metodenya, peneliti memutarkan 240 clip audio vokal Jepang yang diucapkan oleh delapan pria berbeda. 

Dari penelitian tersebut, Brainoware bisa mendapat akurasi pengenalan suara 51 hingga 78 persen lebih baik. 

Hal tersebut, menurut para peneliti, menunjukkan jika Brainoware memiliki kemampuan belajar tanpa pengawasan yang mengesankan. 

APA TANTANGAN BAGI BRAINOWARE NANTINYA? 

Mengembangkan teknologi mutakhir tentunya nggak bisa lepas dari potensi kerawanan dan bahaya yang bisa saja muncul. Tentunya, hal ini terjadi pada setiap pengembangan teknologi sehingga para peneliti nggak bisa terburu-buru untuk mengeksekusi implementasi teknologi itu. 

Bagi Alfons, perkembangan industri AI yang sangat masif tak lepas dari peran para prompter atau pemberi perintah yang andal. 

AI bisa sangat membantu pekerjaan manusia ketika prompt yang diberikan kepada mereka sesuai sehingga mereka sebagai kecerdasan buatan bisa memahami dan mengolahnya dalam sekali jalan. 

Tapi lagi-lagi, hal tersebut menjadi salah satu tantangan ketika kita mengembangkan teknologi AI. 

"AI bisa saja diterapkan dalam mengamankan serangan siber asal prompternya jago. Sebagai catatan, sebaliknnya AI juga bisa digunakan untuk mencari celah keamanan dari sistem,” ujar Alfons. 

Jadi dalam hal ini semuanya kembali kepada manusia operator di belakangnya. Yang akan menang adalah yang paling bisa memanfaatkan AI untuk kepentingannya," tambahnya. 

BACA JUGA: DEEPFAKE: KEKHAWATIRAN DAN KONTROVERSI YANG TERCIPTA KARENA KECANGGIHANNYA

Jika kita merefleksikan prinsip tersebut pada Brainoware, tentunya proses mendapatkan organioid itu memerlukan proses persiapan yang sangat matang agar tidak menjadi batu sandungan bagi manusia yang menciptakan teknologi itu. 

Ke depannya juga, harus diperhatikan bagaimana agar maintenance teknologi AI ini berjalan baik sehingga fungsinya tetap sempurna dan bertahan untuk jangka panjang. 

Perangkat pendukung Brainoware juga harus diciptakan sehingga manajemen data bisa berlangsung dengan efisien. 

Di lain sisi, Alfons beranggapan pengembangan teknologi yang terlalu tergesa-gesar dan dilakukan dengan cepat bisa akan berbahaya bagi manusia. 

Hal tersebut tentunya perlu menjadi perhatian utama sebelum setiap pihak memutuskan untuk mengembangkan sesuatu. 

"Sejauh tidak melanggar norma dan etika, harusnya tidak masalah. Karena [Brainoware] ini tidak mengambil langsung dari makhluk hidup, tetapi membiakkan dari stem cell,” ujaar Alfons. 

“Namun, yang lebih penting sebenarnya adalah masalah yang ditimbulkan oleh AI itu sendiri. Pada suatu titik, jika berkembang terlalu cepat, apapun sarananya mau brainoware atau bukan akan mampu melebihi manusia dan berpotensi menjadi ancaman bagi manusia. Itu yang menurut saya lebih penting untuk menjadi perhatian," tandasnya. 

Bagaimana menurut kamu? Apakah Brainoware ini jadi salah satu teknologi yang patut dinantikan? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Michael Josua

Cuma mantan wartawan yang sekarang hijrah jadi pekerja kantoran, suka motret sama nulis. Udah itu aja, sih!