Stories

RIDWAN MIFRO: WNI YANG BERKARIR DI NEGARA KONFLIK

Menurut data United Nations Human Development Index 2021/2022, Sudan Selatan merupakan negara peringkat pertama dalam kategori negara terburuk untuk ditinggali. Tapi anehnya pria satu ini malah memilih kerja di sana.

title

FROYONION.COM - Pria yang bernama lengkap Ridwan Miftakhul Rochman ini adalah warga negara Indonesia yang saat ini berkarir sebagai Peacebuilding Specialist untuk UNDP di Sudan Selatan, negara paling baru di dunia. Pasca kemerdekaannya pada tahun 2011 dari Sudan, negara ini masih mengalami beberapa konflik internal dan berbagai masalah kemanusiaan. Begitu menginjakkan kaki pertama kali di Bandara Juba, Sudan Selatan, kesan kacau sudah kentara banget menurut Ridwan.

Malakal, kota tempat Ridwan bertugas kondisinya pun nggak lebih baik. Pasca perang saudara tahun 2013, kota yang terletak di tepi sungai Nil Putih ini hancur lebur karena mengalami 13 kali pergantian penguasa militer. Padahal, sebelumnya Malakal merupakan salah satu kota penting dengan lokasi strategis yang kehidupan masyarakatnya cukup maju. 

Meski Sudan Selatan merupakan negara landlocked, nyatanya untuk bepergian antar kota harus menggunakan pesawat karena tidak adanya akses jalur darat. Begitupun dari Juba ke Malakal, Ridwan harus menempuh penerbangan tambahan selama 1,5 jam dengan menggunakan pesawat United Nations Humanitarian Air Service (UNHAS).

Ridwan di tengah anak-anak Sudan Selatan. (Foto: Dok. pribadi penulis)
Ridwan di tengah anak-anak Sudan Selatan. (Foto: Dok. pribadi Ridwan)

Terus, pekerjaan seperti apa yang Ridwan jalankan sebagai Peacebuilding Specialist dan bagaimana rasanya tinggal berdampingan langsung dengan konflik?

BACA JUGA: KONFLIK RUSIA VS UKRAINA, BAGAIMANA NASIB INDONESIA?

BIDANG KEMANUSIAAN ADALAH IKIGAI 

Ketertarikan Ridwan akan dunia kemanusiaan, sudah ada sejak lama. Sedari kecil, mas-mas kelahiran Yogyakarta ini sudah aktif di pramuka dan sering terlibat dalam kegiatan sosial seperti menjadi relawan. 

Menempuh pendidikan S1 dengan jurusan Politik dan Hubungan Internasional di Universitas Internasional Islamabad Pakistan, Ridwan sering melihat secara langsung kehidupan pengungsi perang Afghanistan. 

Hal ini makin membulatkan tekadnya untuk dapat berkontribusi lebih kepada mereka yang membutuhkan lewat pengetahuan yang ia miliki. 

Sebelum berkiprah di UNDP, ia sudah malang melintang di berbagai organisasi yang bersifat sosial dan kemanusiaan seperti menjadi, Tim Riset untuk  Indonesia Peace & Conflict Resolution Association serta Peacebuilding Specialist dan Area Manager  untuk  Islamic Relief Worldwide atau IRW yaitu organisasi kemanusiaan internasional yang berpusat di Birmingham, Inggris.

Diakui Ridwan, bersentuhan dengan dunia kemanusiaan memiliki berbagai tantangan seperti keterbatasan fasilitas, keamanan, dan waktu. Selain itu, mencegah potensi kecurangan dalam distribusi bantuan di lapangan, juga menjadi tantangan tersendiri dalam kiprahnya pada sektor ini. 

Ridwan saat bertugas di Sudan Selatan. (Foto: Dok. pribadi penulis)
Ridwan saat bertugas di Sudan Selatan. (Foto: Dok. pribadi Ridwan)

Dari tantangan-tantangan yang menguji mental ini lah, Ridwan terlatih untuk tetap tenang dalam menghadapi berbagai ujian serta menempanya menjadi pribadi yang mudah beradaptasi. 

“Saya pribadi merasa senang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat yang benar-benar membutuhkan, sambil berada di tempat-tempat baru yang tidak semua orang mungkin terpikirkan untuk ke sana. Bekerja di organisasi internasional juga menjadi platform untuk relasi, dan belajar profesionalitas. Saya rasa ini merupakan manifestasi dari Ikigai saya pribadi,” jelas pria yang hobi fotografi ini dalam wawancara via email 7 Maret 2023 lalu. 

BACA JUGA: MENGATASI KRISIS IDENTITAS DENGAN KONSEP IKIGAI ALA JEPANG

BERKARIR DI NEGARA KONFLIK, JALANI SAJA 

Menempuh pendidikan S1 dan S2 yang berfokus pada bidang perdamaian dan konflik, membuat Ridwan tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk mengamalkan ilmunya pada sektor riil. Makanya, pas tahu UNDP buka kesempatan untuk Peacebuilding Specialist, ia langsung satset untuk kirim lamaran. 

Pas keterima, sebenarnya, pria yang juga suka jalan-jalan ini  belum tahu banyak soal Sudan Selatan, negara tempat ia bertugas. Pertama kali menginjakkan kaki di Bandara Juba, ia sempat kaget. Nggak heran sih, Sudan Selatan menempati peringkat pertama sebagai negara dengan kategori Worst Country to Live versi United Nations Human Development Index 2021/2022.

Pekerjaan sebagai Peacebuilding Specialist di UNDP, sebagai salah satu agensi dari PBB banyak banget. Mulai dari memberikan pelatihan manajemen konflik untuk berbagai segmentasi usia, memberikan pendampingan psikososial pada masyarakat terdampak konflik sampai berkoordinasi dan berkolaborasi dengan pemerintah dan pihak terkait untuk bersama membangun dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Sudan Selatan.

Berada di negara konflik, hari-hari pasti terasa menantang ya, tapi menurut Ridwan hari yang berat dan indah itu cuma bagian dari hidup aja. It’s just a bad day, not a bad life, katanya. Ia lebih memilih untuk menjalani sekaligus menikmati hal-hal yang nggak bisa diubah. 

Apalagi, pekerjaan di sektor peace and development bergantung pada situasi keamanan dan stabilitas negara, belum lagi banyaknya hambatan justru seringkali bersumber dari masyarakat dan pemerintah negara itu sendiri. 

Ditambah, hasil pekerjaan dalam sektor Peacebuilding ini bukan sesuatu yang bisa dilihat dalam waktu singkat, prosesnya memakan waktu yang cukup lama. Namanya juga membangun perdamaian lahir batin ya, dampaknya nggak bisa langsung kelihatan. 

Tapi, tantangan yang besar dan proses panjang ini nggak membuat Ridwan lantas mundur. Pria satu ini, komitmen banget sama tugas dan tanggung jawabnya.

“Saya masih bertahan karena memang saya tipikal yang tidak ingin meninggalkan tugas di tengah jalan. Takutnya nanti handover-nya sulit. Dan saya tahu proses rekrutmen di UN itu tidak mudah dan prosesnya lama,” ungkap Ridwan ketika ditanya, alasan ia tetap bertahan menjalani karir di negara konflik, selama 2 tahun berjalan. 

Meski begitu, tingkat stres dan tekanan bekerja di negara konflik seperti Sudan Selatan menurut Ridwan, sangat tinggi. Tingkat kesulitan serta mobilitas negara ini masuk dalam kategori E (A untuk kategori aman dan E untuk kategori paling tidak aman) dan merupakan lokasi kerja yang tidak diperbolehkan membawa keluarga karena kondisi keamanannya yang tidak kondusif. 

Sebagai hiburan Ridwan  bersama teman-teman Asia di Malakal, sering memasak bersama dan memancing di sungai Nil. Atau ketika  mendapatkan jatah cuti Rest and Recuperation (RnR) Ridwan memanfaatkannya untuk travelling ke negara sekitar. RnR merupakan jatah cuti di luar cuti tahunan, yang didapatkan staff internasional setiap 6 minggu sekali, selama 5 hari untuk dapat rehat sejenak dari lingkungan kerja yang memiliki tingkat stress cukup tinggi karena lokasi tempat bekerja tergolong negara konflik. 

BACA JUGA: MENTERI BASUKI JADI FOTOGRAFER DADAKAN DI G20, SAATNYA LO BELAJAR KALAU HOBI ITU PENTING

Ridwan menghabiskan waktu senggang di tengah tugas. (Foto: Dok. pribadi penulis)
Ridwan menghabiskan waktu senggang di tengah tugas. (Foto: Dok. pribadi Ridwan)

Jadi gimana? Ada tertarik juga untuk punya karir pada sektor kemanusiaan? Atau bekerja di salah satu agensi PBB?

Buat kamu yang memang punya ketertarikan pada bidang ini, Ridwan memberikan beberapa saran. Paling utama jelas niat untuk berkontribusi menyebarkan kebaikan ke berbagai elemen masyarakat tanpa memandang ras, gender, agama, maupun kewarganegaraan. 

Asah terus skill yang kamu miliki dan cari pengalaman sebanyak-banyaknya agar mental kamu terasah dan mudah beradaptasi terhadap lingkungan. Organisasi kemanusiaan juga memiliki banyak struktur organisasi seperti finance, logistik, dan IT. Jadi nggak melulu soal resolusi konflik. 

Selain itu, penguasaan bahasa juga merupakan faktor penting jika kamu ingin berkarir di PBB. Selain bahasa Inggris yang merupakan bahasa wajib, penguasaan bahasa asing lain seperti bahasa Prancis, Spanyol, serta Rusia bisa menambah nilai lebih kamu. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Anandhita Nugrahanti

Scriptmaker, content planner and forever learner