Stories

MENINGGAL DI USIA 98, INI KIPRAH MASATOSHI ITO YANG BIKIN 7-ELEVEN MENDUNIA

Anak Jakarta tahun 2000-an pasti tahu banget toko ritel 7-Eleven alias Sevel. Meski sudah hengkang dari Indonesia, tapi harus tetap dikenang kabar duka dari pencetus ide bisnis ini, Masatoshi Ito yang telah berpulang.

title

FROYONION.COM - Banyak orang Indonesia pasti lekat dengan bisnis ritel 7-Eleven a.k.a Sevel yang sudah hengkang dari negeri ini bertahun-tahun lalu. Kabar duka datang dari Masatoshi Ito, orang yang mengubah toko ritel asal Amerika Serikat itu menjadi berjaringan global. Dia meninggal dunia di usia 98 tahun. 

Kabar ini disampaikan langsung oleh perusahaan Seven & I Holdings pada 10 Maret 2023 lalu. Industri ritel pun berduka karena kehilangan salah satu mastermind atau otak di balik konsep franchise pertama yang akhirnya mendunia. 

Ito merupakan sosok pengusaha ritel yang melegenda di Asia. Saat ini, sudah ada lebih dari 83 ribu toko yang beroperasi di bawah naungan Seven & I Holdings besutan Ito di seluruh dunia. Termasuk, toko Sevel yang sudah tersebar di 19 wilayah dan negara. 

Perlu diketahui, toko serba ada semacam Sevel ini punya sejarah yang panjang di dunia. Tidak mudah sebenarnya untuk mengelola model bisnis seperti ini kala segala sesuatunya masih dilakukan secara konvensional. 

KIPRAH MASATOSHI ITO 

Dilansir dari berbagai sumber, Bloomberg Billionaire’s Index pernah melaporkan jika Ito merupakan pengusaha dengan kekayaan jumbo hingga harta sebesar US$5 miliar atau setara dengan Rp76,9 triliun. 

Berasal dari keluarga yang punya jiwa pedagang, Ito kecil lahir di Tokyo dari pasangan Senzo dan Yuki Ito pada 30 April 1924. Kedua orang tuanya itu berprofesi sebagai pedagang acar sayur dan makanan kecil, which is merupakan sesuatu yang sangat lazim untuk dilakukan oleh orang-orang Jepang kala itu.

BACA JUGA: KAIZEN, SEBUAH PRINSIP DARI JEPANG UNTUK MENGATASI RASA MALAS

Ito lulusan dari sekolah kejuruan komersial pada 1944 di Yokohama. Kala itu, ia sempat bekerja dalam perusahaan kenamaan Mitsubishi Coal & Mining yang kemudian menjadi Mitsubishi Materials. 

Di lain sisi, Ito juga sempat direkrut sebagai pasukan militer yang menyerang kapal musuh saat Perang Dunia II memasuki fase akhirnya. Meski malang melintang di luar negeri, bisnis yang dikembangkan keluarga Ito kala itu juga sukses besar.

Walhasil, setelah perang selesai Ito pun memutuskan untuk keluar dari Mitsubishi dan bergabung dengan bisnis keluarganya. Sebut saja salah satunya adalah toko pakaian Ito-Yokado yang turut membesarkan namanya. Bisnis ini semula dikembangkan oleh paman Ito, Toshio Yoshikawa pada 1920 di daerah Asakusa, Tokyo. 

Singkat cerita, awalnya bisnis tersebut dipimpin oleh saudara tiri Ito, Yuzuru. Namun apa daya Yuzuru meninggal dunia pada 1956 sehingga Ito mengambil alih toko tersebut. 

Ito juga terus mengembangkan bisnisnya di berbagai sektor, termasuk ritel yang kini telah membuat namanya dikenal. Kala itu, Ito melakukan perjalanan ke Amerika serikat dan melihat banyaknya konsumsi oleh masyarakat setempat dilakukan sehingga mendorong proses distribusi menjadi salah satu pangsa bisnis yang potensial. 

Bisnis yang dimaksud Ito adalah 7-Eleven. Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya bisnis 7-Eleven yang berbasis di Dallas, Amerika Serikat kala itu diboyong ke Tokyo. Salah satu andalan jualan bisnis ritel ini yang membawa kesuksesan adalah bola nasi siap saja yang dijual di rak-rak toko. 

Semakin dikenal, Ito pun terus mengembangkan usaha ini dengan berbagai inovasi. Mulai dari model bisnis franchise hingga operasional toko selama 24 jam. 

Salah satu gebrakan besar yang menjadi titik balik Ito adalah saat dia membeli 70 persen saham perusahaan 7-Eleven Amerika yang menghadapi keruntuhan finansial. Dia pun menggarap perusahaan itu dengan cara berbeda yang membawa kesuksesan. 

7-ELEVEN DI INDONESIA

Gerai waralaba ini sebenarnya juga punya sejarah panjang di Indonesia. Siapa coba anak muda yang nggak ingat kenikmatan nongkrong siang hari setelah beraktivitas di Sevel kala itu. 

Produk unggulan mereka, Slurpee, minuman soda berbentuk setengah beku dengan es yang halus ini menjadi salah satu minuman cepat saji yang digemari kalian pada pastinya, kan? 

Meski hanya 8 tahun berkembang di Indonesia, banyak cerita yang diukir Sevel. Diketahui, PT Modern Sevel Indonesia resmi menutup seluruh gerainya pada 30 Juni 2017 lalu. Di Jakarta saja, sebenarnya sudah ada sekitar 190 gerai yang beroperasi. 

Buat kalian tahu juga nih, pertama kali gerai Sevel di Indonesia buka di daerah Bulungan, Jakarta Selatan pada 2009. Kala itu, bisnis ritel memang memiliki prospek yang menjanjikan di tanah air. Tingginya minat masyarakat, apalagi didukung dengan kehadirannya di lokasi yang strategis membuat gerai ini terus berekspansi. 

Jika kalian butuh gambaran, kala itu mungkin bisa dikatakan jika Sevel itu punya popularitas seperti Mixue sekarang ini. Pembukaan gerai terjadi di mana-mana, khususnya kota-kota besar. 

BACA JUGA: APAKAH FRANCHISE MIXUE PASTI UNTUNG? INI PENDAPAT SALAH SATU PEMILIK GERAI MIXUE DI BANDUNG

Meski populer tapi persaingan bisnis ritel memang nggak main-main. Mereka harus mengaku kesulitan menghadapi pesaingnya seperti Lawson, Family Mart, Indomaret Point, dan lain-lain. Kerugian tak terelakkan selama beberapa waktu. 

Sevel yang juga menjual minuman beralkohol kala itu juga harus menghadapi aturan pahit seperti larangan penjualan minuman beralkohol itu dari pemerintah. 

Setelah tak terselamatkan lagi, akhirnya Sevel hengkang dari Indonesia dan tinggal menjadi kenangan. 

BTW, di luar kesuksesan gerai ini harus diakui jika bisnis bersaing dengan ketat sehingga diperlukan langkah taktis untuk terus menjadi relevan. Sevel nggak bisa selamanya mengandalkan Slurpee untuk memuaskan hasrat masyarakat. 

Begitu juga dengan apa yang dilakukan oleh Masatoshi Ito kala itu untuk membuat Sevel jadi gerai yang mendunia. Well, meski telah meninggal tapi kita nggak akan bisa lupa karya yang dirintis oleh Ito sebagai sebuah legacy yang membanggakan. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Michael Josua

Cuma mantan wartawan yang sekarang hijrah jadi pekerja kantoran, suka motret sama nulis. Udah itu aja, sih!