Stories

BELAJAR DARI ‘MASTERMIND’ CHATGPT MIRA MURATI: ANAK MUDA DAN INOVASI YANG NGGAK ADA MATINYA

Yuk belajar banyak filosofi hidup dari kisah Mira Murati, sosok di balik pengembangan ChatGPT yang mendunia sekarang ini. 

title

FROYONION.COM - Banyak masyarakat kini yang sangat terbantu dengan pengembangan teknologi artificial intelligence yang gencar di dunia. Salah satu gebrakan yang sangat populer ialah ChatGPT yang digarap oleh perusahaan OpenAI dan diluncurkan pada November 2022.

Banyak orang kini semakin familiar dengan chatbot berbasis AI yang seolah bisa menjadi asisten pribadi kalian dalam mengerjakan banyak hal. Pengalaman berbincang dan terbantu oleh robot, menjadi salah satu keunggulan yang diberikan oleh ChatGPT di era serba digital sekarang ini. 

Melalui aplikasi ini, pengguna bukan hanya terbantu dan mendapatkan suatu jawaban saja. Tapi, kecerdasan buatan ini juga dirancang untuk membuat tulisan-tulisan seperti esai, artikel, riset, hingga coding dan berbagai hal lainnya yang mengagumkan. 

BACA JUGA: CHATGPT: SEBUAH ANCAMAN ATAU BANTUAN?

Nah, di balik cerdasnya chatbot ini terdapat sosok Mira Murati yang kerap disebut-sebut sebagai otak pengembangan produk tersebut di OpenAI. 

Menjabat sebagai Chief Technology Officer (CTO),  perempuan yang baru berusia 35 tahun ini sudah banyak berkiprah dan kepiawaiannya di bidang teknologi sudah teruji. 

BIOGRAFI MIRA MURATI

Dilansir dari berbagai sumber, Mira merupakan perempuan yang lahir dan besar di San Francisco, Amerika Serikat. Tercatat, Murati merupakan lulusan Sarjana Teknik (S1) di Thayer School of Engineering Dartmouth College. 

Kalau menurut Times Higher Education (THE), kampus ini berada pada peringkat 123 secara global di tahun 2023 dan peringkat 13 di Amerika Serikat pada tahun 2022. Nah, disebutkan kalau memang Thayer School of Engineering yang jadi tempat Mira belajar merupakan salah satu fakultas tertua yang berada di sana. 

Selain pendidikan S1, tidak ada informasi lain yang didapatkan tentang kelanjutan pendidikan dari Mira Murati. Oleh sebab itu, bisa diasumsikan jika Mira merupakan lulusan S1 hingga sekarang ini. 

Latar belakang Mira Murati pun bisa dengan mudah ditemukan di internet. Merujuk pada profile LinkedIn Mira, disebutkan jika dirinya memulai karir sejak 2011 di sebuah perusahaan Tokyo, Jepang bernama Goldman Sachs sebagai Summer Analyst. 

Kemudian, dia melanjutkan karirnya sebagai Advanced Concepts Engineer di Zodiac Aerospace. Perusahaan ini merupakan penyedia sistem dan peralatan untuk pesawat terbang. Kalau kalian tahu grup industri dan teknologi dari Prancis bernama Safran, Zodiac Aerospace merupakan bagian dari mereka. 

Setelah satu tahun bekerja di perusahaan tersebut, Mira melanjutkan karirnya di raksasa teknologi lain. Kali ini sebagai Senior Product Manager di Tesla. Di perusahaan milik Elon Musk ini, Mira bekerja selama kurang lebih 3 tahun sejak 2013 hingga 2016. Kemudian dia pun berpindah ke Leap Motion dengan posisi yang lebih tinggi, yakni sebagai VP of Product & Engineering selama 2 tahun. 

Setelah itu pada Juni 2018, dia resmi bergabung dengan OpenAI pada jabatan pertamanya, yakni VP of Applied AI & Partnerships selama dua tahun. Kemudian, dia dipromosikan pada 2020 sebagai SVP of Research, Product & Partnerships dan pada Mei 2022 kemarin bertugas sebagai CTO secara resmi. 

CTO sendiri merupakan posisi eksekutif tertinggi dalam sebuah perusahaan yang biasanya memimpin departemen pengembangan teknologi atau teknik. 

Salah satu inovasi dan karya yang sempat digarap oleh Mira ialah DALL-E. Kala itu, Mira ditunjuk sebagai tim untuk membuat platform AI yang memungkinkan penggunanya membuat karya seni realistis berbasis teks. Penggarapan proyek ini dimulai pada 2021 sebagai pengembangan dari GPT-3. 

Nah, teknologi mutakhir dari AI pengembang resolusi gambar ini sudah dirilis sejak 6 April 2022 yang lalu dan memukau banyak orang di seluruh dunia. 

MISI TERUS BERGERAK 

Dari latar belakang Mira, kita bisa belajar tentang bagaimana proses kehidupan itu terus bergerak dan tidak berhenti pada satu titik tertentu. Dapat dikatakan jika pergerakkan karir Mira di industri teknologi AI sangat pesat, tapi dirinya tetap mengakui jika masih banyak hal yang harus dipelajari dan diperbaiki ke depannya. 

BACA JUGA: 7 MINDSET YANG PALING DIBUTUHKAN ANAK MUDA GEN Z SAAT INI

Dalam wawancara bersama TIME, Mira bercerita banyak tentang bagaimana ChatGPT yang dikembangkannya hingga generasi keempat sekarang ini masih menemukan banyak tantangan dan limitasi. 

Dari interview tersebut, kita diajarkan satu filosofi yang penting bagi anak muda di era sekarang ini untuk bisa terus berinovasi adalah terus terbuka terhadap tantangan. Berkaca dari ChatGPT yang didesain sebagai chatbot untuk model percakapan jangka panjang sehingga sistemnya terus dilatih untuk memprediksi kata-kata berikutnya yang akan ditanyakan pengguna. 

Nah dengan model tersebut, Mira mengakui jika sangat memungkinkan apabila ChatGPT pada akhirnya mengarang fakta karena menemukan limitnya. 

Maka dari itu, kata Mira, pihak OpenAI mengembangkan teknologi yang berfokus pada dialog dan interaksi. Walhasil, kalau pengguna merasa tidak yakin dengan jawaban yaang diberikan oleh chatbot, maka mereka bisa memberikan feedback dan bertanya balik "Apakah Anda Yakin?" 

"Kemudian, teknologi (Chatbot) tersebut punya kesempatan untuk berdiskusi dengan Anda, mirip seperti bagaimana kita berbicara dengan manusia lain," kata Mira dalam interview tersebut, dikutip Selasa (25/4). 

Memang harus diakui, setelah ChatGPT dirilis pun banyak masalah yang harus dihadapi pengembang. Mulai dari penolakan dari berbagai pihak hingga sektor pendidikan, ancaman keamanan siber yang mengintai, sampai juga ketidakjelasan regulasi yang mengatur inovasi itu sendiri. 

Mira dalam sesi wawancara tersebut beranggapan jika huru-hara dan polemik yang timbul itu sebenarnya bisa menjadi momentum bagi manusia untuk menentukan langkahnya tentang teknologi. Yakni, di antara teknologi itu membentuk kita atau sebenarnya kita yang bisa membentuknya. 

Menurutnya, dalam dunia ini ada banyak masalah sulit yang harus dipecahkan. Makanya ruang untuk inovasi dan pengembangan akan terus terbuka lebar. 

Yang terpenting sekarang ini adalah tentang bagaimana kita membuat model teknologi yang selaras dengan niat manusia dan akhirnya bisa membantu pekerjaan sehari-hari kita. 

"AI bisa disalahgunakan atau dipakai oleh orang jahat. Oleh sebab itu, pertanyaannya adalah bagaimana Anda mengatur penggunaan teknologi ini secara global. Bagaimana penggunaan AI bisa selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan," ucap Mira. 

BACA JUGA: TECHNOSTRESS: SAAT MANUSIA KEREPOTAN IKUTI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

Melihat bagaimana ChatGPT terus berkembang, kalian pasti teringat dengan ungkapan kalau regulasi akan selalu terlambat dibandingkan dengan inovasi. 

Dari situ, kita bisa belajar tentang bagaimana peluang itu bakal terus muncul buat anak muda. 

Kalau kita berpikir sudah banyak kemudahan yang diciptakan sekarang ini, coba deh ubah sudut pandang itu dan lihat kalau ternyata masih banyak ‘lubang’ yang harus diisi dengan inovasi itu tadi. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Michael Josua

Cuma mantan wartawan yang sekarang hijrah jadi pekerja kantoran, suka motret sama nulis. Udah itu aja, sih!