Sports

MOURINHO TIDAK LAGI MENJADI PELATIH YANG MERAJAI EROPA, KEJUTAN ATAU AKHIR SEBUAH ERA

Final Liga Europa kembali dimenangkan Sevilla FC. Jose Mourinho yang mengomandoi Serigala ibu kota Italia harus mengakui ketangguhan tim taktis dari Spanyol. Apakah ini akhir dari The Special One?

title

FROYONION.COM - Jose Mourinho terkenal sebagai pelatih yang merajai Eropa di manapun ia berada, kecuali ketika ia mengasuh Tottenham Hotspurs. Tim Putih London hanya pernah sampai di puncak kejuaraan Eropa di masa kepemimpinan Mauricio Pochettino. Pelatih asal Argentina itu pernah membawa Tottenham Hotspurs menjadi finalis Liga Champion sebelum kedatangan The Special One.

Mourinho dianggap gagal membawa kejayaan yang pernah dibawa Pochettino dan ia pun mengistirahatkan diri sebagai pelatih 3 tahun lalu. Akhirnya, pada tahun 2021, Mourinho mendapat panggilan dari liga yang terkenal dengan kekokohan pertahanannya, Liga Italia. 

Setelah Francesco Totti pensiun dari sepakbola profesional, Serigala Ibukota seolah kehilangan taringnya. Pelan, namun pasti, AS Roma pun bergulir di papan tengah dan harus terseok untuk kembali ke 10 besar.

Dipanggilnya Mourinho untuk mengendarai Serigala Ibukota Italia bukan sekadar dipengaruhi oleh sejarahnya dalam mendapat berbagai macam trofi, tetapi kemampuannya untuk mengadaptasikan pemain dalam strategi jitu.

Menggaet Nemanja Matic, Tammy Abraham, dan Rui Patricio, AS Roma mengalami penyegaran dalam hal strategi permainan. Menggunakan teknologi mutakhir dengan menerapkan perhitungan digital yang dibantu oleh drone, Jose Mourinho menciptakan skema virtual atas segala kemampuan dan kelemahan pemain AS Roma.

Strategi pelatihan ini menjadi sebuah metode evaluasi mandiri untuk membuat para pemainnya sadar atas wilayah lapangan sepakbola. Apa yang dilakukan Mourinho ini sejatinya menerapkan proses visual yang biasa dilakukan oleh para playmaker.

Mourinho membayangkan bagaimana Kevin De Bruyne, Lionel Messi, Mesut Ozil, atau Andres Iniesta dalam melihat keseluruhan lapangan. Para pengendali permainan tersebut terbiasa untuk membayangkan keberadaan diri dan bola sebagai sesuatu yang berada dalam petak permainan sepak bola. 

Mereka seolah mampu melihat keseluruhan lapangan dengan terus menengok ke sana kemari, sehingga sebuah umpan atau lesatan tembakan tampak lebih tepat sasaran daripada mereka yang hanya terfokus pada permainan individu.

BACA JUGA: RAMADHAN SANANTA: MASA DEPAN PENYERANG TIMNAS INDONESIA

Strategi pelatihan ini ternyata mampu membawa kembali AS Roma ke papan atas. AS Roma mampu kembali ke dalam persaingan Liga Europa, terutama setelah memenangkan Fifa Conference League. Kemenangan itu membuat Jose Mourinho sebagai satu-satunya pelatih di dunia yang mampu memenangkan segala kejuaraan Eropa, mulai dengan Liga Champion Bersama FC Porto, Inter Milan, hingga terbaru dengan AS Roma.

Serigala Ibukota Italia kembali menjadi tim yang ditakuti, utamanya ketika Mourinho mendatangkan Paulo Dybala dari Juventus. Striker yang memiliki visi permainan mirip dengan Lionel Messi dan pengendalian lapangan seperti Thiago Alcantara itu langsung menjadi andalan AS Roma. Keberadaan Dybala menjadi sebuah angin segar yang membuat AS Roma tidak hanya garang di liga domestic, tetapi juga dalam kejuaraan Eropa.

Pada gelaran tersebut, AS Roma mampu menundukkan Bayer Leverkusen yang sedang dalam performa menawan. Bagaimana tidak, tim yang diasuh Xabi Alonso tersebut menjadi satu-satunya tim yang tidak bisa dikalahkan oleh Bayern Munchen di Bundesliga. Namun, keganasan Serigala Italia perlu diacungi jempol.

Kemenangan terhadap Leverkusen menjadi awal sebuah potret yang sejatinya tidak banyak dibayangkan oleh seluruh penggemar sepak bola. Bagaimana tidak, AS Roma terkenal sebagai tim yang tidak terkalahkan dalam Liga Europa, namun berhadapan dengan juara bertahan dari Spanyol, taring-taring serigala harus dikikis dengan kejam.

Bermain imbang hingga peluit berakhirnya permainan ditiupkan, adu pinalti memaksa AS Roma harus lebih ketar-ketir. Bagaimana tidak, Sevilla FC dihuni oleh pemain-pemain juara dunia seperti Gonzalo Montiel dan Marcos Acuna. Kedua pemain ini menjadi faktor kebangkitan dan kekokohan timna Argentina dalam gelaran Piala Dunia 2022 kemarin.

Energi dari kedua pemain tersebut ditambah dengan pengabdian Ivan Rakitic sebagai kapten Sevilla FC, AS Roma pun harus mengalami banyak tekanan selama adu penalti. Pertandingan yang ditentukan dari titik 12 pass itu pun sudah dimiliki oleh Sevilla FC dan sekaligus mengakhiri tato abadi Jose Mourinho di kancah Eropa.

Tahun depan, AS Roma dan Mourinho harus kembali ke FIFA Conference League dan mengakhiri harapan untuk kembali ke Liga Champion, untuk waktu yang masih belum bisa dipastikan. Hasil ini kemudian membuat AS Roma asuhan Jose Mourinho harus kembali meniti tujuan baru, utamanya kembali ke Liga Champion pada musim 2024/2025 nanti.

Apakah Mourinho akan kembali melatih AS Roma? Pertanyaan ini menjadi sebuah informasi yang tertutup dan belum ada pernyataan resmi dari pihak Serigala Ibukota Italia. Kekalahan ini tentu menyakitkan, bahkan untuk Jose Mourinho sekalipun.

Musim sepakbola 2023/2024 memang dipenuhi oleh beragam kejutan. Dimulai dari permainan Cristiano Ronaldo di Arab Saudi yang ternyata tidak banyak memberi pengaruh kepada Al-Nassr dan tidak mampu membawa tim tersebut menjuarai liga. 

Selain itu ada pula berita pensiunnya Ibrahimovic, hingga sebuah jeda (baca: akhir masa) yang dilakukan Lionel Messi ke MLS setelah hengkang dari PSG. Hingga, yang tidak bisa berhenti menjadi pembicaraan dalam dunia sepakbola adalah kegagalan Mourinho merajai Eropa, seolah kata the special tidak lagi tersemat untuk menjadi julukannya.

Mourinho harus mengakui kehebatan pelatih-pelatih muda saat ini, terutama ketika ia harus berhadapan dengan Simone Inzaghi atau Pep Guardiola. Sevilla FC yang saat ini dikendarai oleh Mendilibar pun menjaga asa yang pernah dibangun oleh Julen Lopetegui yang pernah membawa Sevilla merajai Liga Eropa pada masa keemasannya. Hal itu membuat Mourinho kembali harus berbenah, atau secara lebih ekstrim mengakhiri dunia kepelatihannya. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Hamdan Mukafi

Selamanya penulis