Sports

DOMINASI INDONESIA DI GANDA PUTRA BULU TANGKIS DUNIA

Dari tahun ke tahun, sektor ganda putra selalu jadi andalan di turnamen bulu tangkis dunia. Di setiap generasi, kita selalu memiliki pasangan yang bisa menyelamatkan muka Indonesia karena seretnya prestasi dari sektor lain.

title

Turnamen bulutangkis legendaris, All England baru saja usai dimana Indonesia meraih satu gelar dari nomor andalannya yaitu ganda putra. Namun, bukan “Minions” atau “The Daddies” yang menjadi juara kali ini, tapi pasangan muda Bagas Maulana dan Muhammad Shohibul Fikri.

Dominasi ganda putra Indonesia di All England terlihat jelas dimana 3 dari 4 semifinalis adalah pasangan dari Indonesia. Bahkan, All Indonesian Semifinal bisa saja terjadi andai Leo/Daniel berhasil mengalahkan He/Tan di perempat final. Namun ganda putra dari China tersebut berhasil menang dan menjadi satu-satunya ganda putra non Indonesia di semifinal meskipun akhirnya harus takluk di tangan Hendra/Ahsan dan All Indonesian Final pun terjadi.

REGENERASI GANDA PUTRA INDONESIA

Secara mengejutkan, pasangan Bagas/Fikri berhasil keluar sebagai juara di turnamen ini. Kejutan ini diawali ketika babak perempat final dimana mereka berhasil mengalahkan unggulan ketiga turnamen asal Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi. Di semifinal, mereka pun berhasil menang atas rekan senegara sekaligus unggulan pertama, Marcus/Kevin. Kemenangan Bagas/Fikri atas The Minions (julukan Marcus/Kevin) juga sekaligus menambah rekor pertemuan mereka menjadi  2-0.

Di partai final, pertemuan beda generasi terjadi dimana Bagas/Fikri menghadapi Ahsan/Hendra yang merupakan unggulan kedua. The Daddies (julukan Ahsan/Hendra) pun harus takluk dua set langsung dan membuat Bagas/Fikri berhasil meraih gelar juara di debut All England mereka.

Prestasi Bagas dan Fikri sendiri menjadi angin segar bagi sektor ganda putra Indonesia di tengah menurunnya performa The Minions dan The Daddies yang sudah semakin menuaBagas sendiri berusia 23 tahun sementara Fikri berusia 22 tahun. Umur yang masih terbilang muda dan memiliki masa depan yang panjang. Kita harap, performa mereka bisa konsisten dan bisa menjadi ganda putra andalan Indonesia di masa depan.. 

Selain Bagas/Fikri, sebenarnya ganda putra Indonesia juga memiliki pasangan muda hebat lainnya yaitu Leo Rolly Carnando dan Daniel Marthin. Pemain yang sama-sama berusia 20 tahun tersebut memenangkan kejuaraan dunia junior pada 2019 lalu dan sudah digadang-gadang menjadi penerus para seniornya.

Gak seperti sektor-sektor lainnya, ganda putra kita memang dikenal rajin dan konsisten menghasilkan prestasi di setiap generasinya. Dari era Christian Hadinata/Ade Chandra di tahun 70an, Eddy Hartono/Rudy Gunawan di era 90an, Candra Wijaya/Tony Gunawan dan Markis kido/Hendra Setiawan di era 2000-an, hingga Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Marcus Gideon/Kevin Sanjaya di beberapa tahun belakangan.

3 OLIMPIADE, 0 MEDALI

Meskipun ganda putra Indonesia terlihat sangat dominan di berbagai turnamen super series, namun dalam 3 olimpiade terakhir sektor ini gagal meraih medali sama sekali. Padahal, Indonesia adalah negara tersukses  di ajang Olimpiade untuk sektor ganda putra. Sejak pertama kali bulu tangkis hadir di olimpiade pada Barcelona 1992, Indonesia meraih tiga medali emas, satu perak, dan dua perunggu.

Terakhir kali ganda putra menyumbang medali untuk Indonesia adalah saat olimpiade 2008 di Beijing. Saat itu pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan berhasil meraih Emas.

Pada Olimpiade 2012 di London, ganda putra hanya mengirim satu perwakilan yaitu Mohammad Ahsan/Bona Septano yang langkahnya harus terhenti di babak perempat final.

Di Rio 2016 pun ganda putra kembali hanya mengirim satu perwakilan yaitu Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. Kali ini, The Daddies gagal melaju dari grup d karena hanya menempati posisi ketiga.

Menjelang olimpiade 2020 berlangsung, harapan untuk meraih emas datang ketika munculnya pasangan Marcus Gideon/Kevin Sanjaya yang mendominasi ganda putra berapa tahun sebelumnya. Namun, harapan tersebut tampaknya jadi beban yang terlalu berat. Mereka akhirnya harus kandas di babak perempat final. Hendra/Ahsan yang saat itu melaju ke semifinal pun juga gagal meraih medali setelah kalah baik di semifinal maupun perebutan medali perunggu.

Masalah mental diyakini jadi faktor utama. Ketika kejuaraan besar berlangsung, seringkali pasangan Indonesia tampil kurang maksimal. Ekspektasi dan harapan masyarakat yang begitu besar juga menambah beban bagi mereka.

Pekerjaan rumah ini harus segera dibenahi oleh pbsi maupun staf kepelatihan karena jika tidak, ganda putra Indonesia bisa gagal meraih emas lagi di Olimpiade Paris 2024 nanti. Atau kemungkinan terburuknya, akan pulang tanpa medali untuk keempat kalinya. (*/)

BACA JUGA: “KABAR BAIK, TIMNAS SEPAK BOLA AMPUTASI INDONESIA LOLOS KE PIALA DUNIA”

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Rayhan

Pelajar SMA penggemar olahraga, gaming, anime, dan dunia kreatif