Movies

BAGAIMANA LAGU BISA MEMBUAT MANUSIA TERGERAK? ‘EFEK RUMAH KACA’ MENJAWAB PERTANYAAN TERSEBUT

Band Efek Rumah Kaca turut tampil memeriahkan Joyland Festival hari ketiga. Karya musik oleh Efek Rumah Kaca biasanya mengisahkan kehidupan manusia sehari-hari maupun isu sosial.

title

FROYONION.COM - Joyland Festival berakhir dengan lancar dan meriah hingga hari ketiga. Panggung Plainsong Live pada malam itu diisi dengan penampilan oleh band Efek Rumah Kaca (ERK). Semua penonton ikut bernyanyi bersama melantunkan lirik lagu Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa.

Band Efek Rumah Kaca dikenal dengan lirik lagunya yang bagus dan menginspirasi banyak orang. Lagu berjudul Di UdaraMosi Tidak Percaya, dan Merah yang mengangkat isu sosial kerap diputar dan dinyanyikan di berbagai acara sosial.

Sebuah lagu ternyata bisa membuat orang untuk tergerak. Cholil Mahmud vokalis Efek Rumah Kaca menceritakan bahwa proses dari mendengarkan lagu, kemudian bagaimana orang tersebut bisa tergerak,bisa jadi disebabkan oleh 2 faktor: lagu dan manusianya.

“Kita gak bisa menaruh beban terlalu berat pada karya seni,” kata Cholil. “Namun, hal tersebut juga tergantung orangnya. Ada musik, film atau puisi yang bisa mengunggah kita untuk tergerak, tapi kalau orangnya tidak tergugah atau tidak mau mengubah apapun, ya tidak terjadi apa-apa.”

Menurut Cholil, mendengarkan musik atau lagu bisa membuka wawasan ataupun membentuk karakter diri yang baru. Lagu dan manusia pun bisa saling mempengaruhi. Lagu bisa membentuk pribadi manusia, kemudian kepribadian dan selera manusia pun bisa menuntun manusia dalam memilih lagu.

Reza Ryan gitaris Efek Rumah Kaca pun mengamini gagasan di atas. Bagi Reza, alat musik pun turut mempengaruhi psikologis musisi dan keasliannya dalam memproduksi musik. 

Froyonion turut menanyakan, “Apakah membuat lagu yang mengangkat isu sosial berarti harus terjun menyelesaikan masalah sosial di sekitar?”

Cholil menjawab bahwa hal semacam ini bergantung pada band-nya. Dia menyatakan Efek Rumah Kaca selalu nggak berjalan di atas penderitaan orang lain. 

“Kalau isu sosial yang diangkat ke dalam lagu ternyata adalah bentuk penderitaan orang lain, ERK enggak bisa menjadikan itu sebagai batu loncatan untuk karier,” ujar Cholil. 

“Kalau dibutuhkan keterlibatan lebih lanjut, ERK akan mengejawantahkan dan menjalankannya,” tambahnya. “Kalau bikin lagu putus cinta pun ya harus putus cinta. Harus ngerasain.”

Efek Rumah Kaca kerap memproduksi lagu lantaran menilai kegiatan bermusik merupakan sebuah kebutuhan. Mewujudkan sesuatu yang ada di kepala dan menjadikannya sebuah karya seni adalah hal yang menarik bagi mereka.

Saat ini band Efek Rumah Kaca dalam pengerjaan album keempat, setelah album pertama berjudul Efek Rumah Kaca (2007), album kedua Kamar Gelap (2008), dan album ketiga Sinestesia (2015).

“Terdapat adiksi untuk bermusik. Bahkan merasa pegal-pegal kalau nggak bermusik,” ucap Cholil. “Kalau ada pendengar lagu Efek Rumah Kaca yang mungkin bisa merasakan hal yang sama dari lagu yang dibuat, itu adalah bonus.”

Cholil turut menilai positif iklim di industri musik Indonesia saat ini. Menurut dia, pendengar musik sekarang enggak punya arogansi genre. Festival musik pun banyak diadakan dan selalu ramai. 

Namun, Cholil mengatakan bahwa band lokal yang belum populer dirasa kurang mendapat perhatian sehingga yang terkenal hanyalah band-band tertentu.

Akbar Bagus Sudibyo drummer Efek Rumah Kaca turut memberikan informasi bahwa di Korea Selatan, pemerintahnya turut membantu memfasilitasi dan memberikan ruang bagi band lokal. Efek Rumah Kaca menilai bahwa Joyland Festival adalah salah satu festival musik terbaik

Efek Rumah Kaca turut merasa senang bisa tampil di atas panggung dengan alat yang bagus, penonton yang seru, juga suasana festival musik yang menurut mereka enggak ada di tempat lain. Kerumunan pun bisa berlalu lalang dengan baik sesuai arahan crowd management yang tersebar di semua stage. (*/)

BACA JUGA: JOYLAND FESTIVAL: NYAMAN DAN AMAN NGGAK HANYA BUAT ANAK MUDA TAPI SEMUA USIA

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Fadhil

Content writer Froyonion, suka pameran seni dan museum, sesekali naik gunung