Music

SUDAH WAKTUNYA MENGANGGAP SERIUS LAGU-LAGU ALDI TAHER

Komedi dulu, komedi lagi, komedi terus. Itulah barangkali deskripsi terbaik bagi musik Aldi Taher.

title

FROYONION.COM - Nama Aldi Taher sebetulnya sudah cukup familiar sejak lama di telinga masyarakat Tanah Air. Namun, baru belakangan ini namanya melejit lagi ke permukaan dengan persona berbeda. Kali ini penyebabnya adalah karena lagu-lagunya yang terbilang cukup di luar nalar dari segi lirik.

Lagu-lagu pria berusia 39 tahun itu punya karakteristik bermelodi dan beraransemen sederhana. Secara lirik, lagu-lagunya biasanya bercerita soal hal-hal yang sedang viral atau ramai diperbincangkan netizen. Secara keseluruhan, karya-karya ciptaannya punya nilai spontanitas yang tinggi, baik dari segi produksi maupun inspirasi konten cerita dalam lirik lagunya.

Namun, biar bagaimanapun juga, sarjana ekonomi Universitas Jayabaya itu sukses melambungkan namanya kembali. Lagu-lagu bermelodi catchy miliknya cukup bisa diingat oleh khalayak. Kini siapa yang tak terbayang-bayang sekaligus tergelitik oleh lagu Nissa Sabyan I Love You So Much atau Lesti Sayang Billar?

“LU PUNYA MELODI CATCHY, LU PUNYA KUASA”

Soal lirik yang nyeleneh, itu bisa diperdebatkan. Namun cara Aldi Taher menulis melodi lagu menarik untuk diperhatikan. Tentu tak mudah membuat lagu dengan melodi yang catchy yang bisa cepat dicerna telinga, dan kemudian terngiang-ngiang terus-menerus di benak banyak orang, meski tak sedikit juga yang membencinya.

Dua lagu yang disebut di atas barangkali menjadi dua lagu yang paling menonjol dari segi melodi. Keduanya menjadi beberapa lagu Aldi yang paling populer di platform YouTube maupun Spotify. Lagu Nissa Sabyan I Love You So Much, misalnya, dibangun dengan baris-baris melodi yang sederhana.

Vibes positif tampaknya lebih ingin ditunjukan oleh Aldi Taher lantaran seluruh lagu tersebut dimainkan di kord-kord mayor, yang dalam musik biasanya menunjukan nuansa positif (bahagia, ceria, penuh harap, dll). Hal itu sesuai dengan bunyi lirik yang juga positif: “Jangan sedih oh Nissa Sabyan/Lebih baik kamu baca Al-quran/”

Jangan lupa, ada satu hal yang tak boleh luput dari pembahasan mengenai lagu itu, yakni kocokan gitarnya. Usai lagunya viral, tampaknya kocokan gitar di lagu itu kian menjadi ikonik. Sekarang, kalau mendengar ada kocokan gitar seperti itu, orang-orang akan bilang, “Yahhh, lagu Aldi Taher”.

Lagu Lesti Sayang Billar tak kalah menarik. Bedanya kali ini kord-kord minor lebih mendominasi. Nuansa sedih sudah muncul sejak awal masuk lagu. Namun, karena sudah kadung tahu yang menyanyi adalah Aldi Taher, pendengar tentu tak bisa berharap keseluruhan lagu akan bernuansa sedih. Di bagian kedua lagu itu, pendengar justru lebih ke arah diajak berjoget.

Guyon khas Aldi Taher kini lebih mendominasi lagu itu. Namun barangkali memang itulah tujuan utama Aldi menulis lagu tersebut. Seperti diketahui, lagu itu dilatarbelakangi ketegangan rumah tangga Lesti dan Billar. Humor yang ditawarkan oleh Aldi Taher seperti menjadi satu alternatif. Lagu itu membuat isu penuh tensi tersebut menjadi lebih terasa lebih ringan.

DUTA BRITPOP INDONESIA

Bukan Aldi Taher namanya kalau lagunya tak ada yang bernuansa Britpop. Tak sedikit netizen yang menyebutnya Duta Britpop Indonesia karena hobinya meng-cover lagu-lagu Britpop yang tenar di pertengahan tahun 1990-an silam. Selain meng-cover, ia punya lagu sendiri beraroma Britpop bertajuk Something Nothing.

Dalam memproduksi lagu tersebut, Aldi Taher tampaknya ingin meniru total Oasis, salah satu aktor utama selama kedigdayaan Britpop di medio 1990-an. Ketika lagunya diputar, pendengar seakan-akan sedang mendengarkan lagu-lagu Oasis di album Definitely Maybe (1994). Lagunya benar-benar Oasis banget dari segi melodi dan aransemen musik.

Tak hanya sekali, Aldi Taher tampaknya menulis lagu lainnya yang juga terinspirasi dari band asal Manchester, Inggris, itu. Kali ini ia menulis lagu berjudul Stop Cigarettes and Alcohol. Mudah bagi siapa pun untuk menebak bahwa lagu itu merupakan antitesis dari lagu Oasis berjudul Alcohol and Cigarettes, juga dari album Definitely Maybe.

Dari sisi aransemen, dua lagu itu punya nuansa yang serupa, di mana gaungan gitar ala Noel menjadi nyawa musiknya. Hanya saja dari sisi lirik agak berbeda: Oasis lebih menunjukan keputusasaan, dan alkohol dan rokok sebagai objek pelarian diri, sementara Aldi Taher lagi-lagi menunjukkan positive vibes, yakni berpesan untuk berhenti mengonsumsi alkohol dan rokok.

Tak berhenti di situ, peniruan terhadap Oasis juga muncul di video klip Stop Cigarettes and Alcohol. Aldi Taher bernyanyi di sebuah ruangan yang penuh ornamen poster Oasis di dindingnya, dengan set furniture dan instrumen gitar sedemikian rupa, sehingga lagi-lagi menimbulkan kesan layaknya cover album Definitely Maybe yang juga ikonik itu.

Tak lupa dalam video klip itu ia tampil berkacamata, dan tentu saja berjaket parka, layaknya Liam Gallagher ketika bernyanyi. Standing mic berdiri di hadapannya. Posisi mikrofon sengaja dinaikan sedikit di atas posisi mulut. Tujuannya supaya dia agak menengadah ketika bernyanyi, juga layaknya Liam Gallagher. Tak hanya di video klip, ia kerap menampilkan gimmick ini ketika pertunjukan on air ataupun off air.

SPONTANITAS DALAM MENULIS LIRIK

Tak perlu berteori untuk memperhatikan bagaimana Aldi Taher menulis lirik lagu-lagunya. Tak perlu pusing memikirkan lyrics phrasing. Tampaknya ia juga tak perlu susah-susah membuka kamus untuk mencari kata-kata tak lazim nan edgy yang belum pernah didengar orang untuk dimasukkan ke dalam lirik lagunya.

Ia hanya perlu update berita-berita heboh terkini, terutama berita-berita viral dari kalangan selebriti atau figur publik tertentu. Lalu jika isu itu gencar dibicarakan warganet, ia harus bergegas mengambil gitar, lalu mencari-cari melodi yang enak dan sekaligus mengawinkannya dengan lirik-lirik yang terinspirasi dari berita-berita hangat itu.

Belum diketahui apakah Aldi Taher menulis lirik dengan teknik tertentu. Namun, gaya penulisan lirik Aldi Taher ini mengingatkan saya pada apa yang dilakukan oleh vokalis Radiohead, Thom Yorke, pada tahun 2000 silam ketika band tersebut merilis album Kid A.

Di album tersebut, Thom diyakini menggunakan cut up technique dalam menulis liriknya. Teknik tersebut adalah di mana si penulis lagu mengacak-acak suatu teks utuh, memotongnya kata per kata atau kalimat per kalimat, lalu menyusunnya ulang sehingga menciptakan teks atau cerita baru.

Mungkin itu pula teknik Aldi Taher dalam menulis lirik bagi lagu-lagunya. Ia mengambil inspirasi random dari berita-beria terkini, lalu menyusunnya ulang ke dalam lirik khas Aldi Taher. Kisah-kisah viral jadi makin viral oleh lagu-lagunya. Kalau Thom melakukannya dengan serius, Aldi Taher melakukannya demi memunculkan humor.

KOMEDI DULU, KOMEDI LAGI, KOMEDI TERUS

Saya sejatinya berkesempatan untuk bertanya langsung kepada Aldi Taher soal proses kreatifnya dalam menulis lagu. Kala itu, saya menemuinya usai ia tampil di acara pentas seni (pensi) Rendezvous 2023 SMA Labschool Cirendeu di Baskethall Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu, (15/7/2023).

Sayangnya, pertanyaan saya tak ditanggapi serius. Saya menanyakan pertanyaan sederhana: “Ketika menulis lagu, yang ditulis notasi dulu atau lirik dulu?” Ia mengaku kebingungan.

Ia hanya menjawab: “Bingung gua yang mana dulu. Yang jelas sayang ibu dulu yang pertama karena Baginda Rasul berpesan ‘Ibumu, ibumu, ibumu,’”

Di satu sisi, saya bisa memahami Aldi tak menanggapinya dengan serius karena dia kelelahan usai manggung. Hal itu tampak dari raut wajahnya dan kondisi badannya yang berkeringat. Sambil saya wawancara, ia bergegas masuk ke dalam mobilnya untuk kemudian pulang.

Dengan demikian, proses kreatifnya menulis lagu masih menjadi misteri. Walau saya menganggap musiknya serius, tampaknya ia belum bersedia menganggap musiknya sendiri dengan serius.

Sejatinya saya sudah antisipasi Aldi akan menjawab dengan guyon. Walau sesuai ekspektasi, tetap saja saya dibikin ngakak dengan jawabannya yang di luar nalar. Komedi dulu, komedi lagi, komedi terus. Itulah barangkali deskripsi terbaik untuk Aldi Taher saat ini. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Yoga Pratama

penulis di waktu luang