Music

PELITA GROOVE HIDUPKAN KEMBALI ERA 80-AN DALAM EP DEBUT 'SENDIKALE'

Pelita Groove, band Gen Z asal Lombok, merilis EP debut “Sendikale”. Menghadirkan musik nuansa 80-an dengan sentuhan lokal. Enam lagu mereka mengeksplorasi emosi, dari cinta, hingga kesepian.

title

FROYONION.COM Dunia musik Indonesia kembali diwarnai dengan hadirnya grup musik baru yang membawa nuansa segar. 

Pelita Groove, band pendatang baru asal Lombok, baru saja meluncurkan EP perdana mereka yang berjudul "Sendikale". 

BACA JUGA: ANDREA TANZIL HADIRKAN NUANSA KHAS MUSIM PANAS MELALUI SINGLE 'LIKE THAT'

Menariknya, meski beranggotakan anak-anak muda dari Generasi Z, band ini justru menghadirkan kembali nostalgia era 80-an dalam musik mereka. 

Mari kita telusuri lebih dalam tentang apa yang ditawarkan oleh Pelita Groove dalam debut mereka yang spesial ini.

MENGUPAS "SENDIKALE" DALAM ENAM LAGU

"Sendikale", yang dalam bahasa Indonesia berarti "senja", menjadi tajuk yang sangat pas untuk EP debut Pelita Groove ini. Layaknya momen senja yang penuh warna dan emosi, EP ini mengajak pendengarnya untuk mengarungi berbagai spektrum perasaan.

Dimulai dengan lagu "Flamboyan", Pelita Groove menunjukkan apresiasi mereka terhadap sastra lokal dengan mengadaptasi puisi karya Ruhma Ruksalana Huurul'in, salah satu penyair ternama dari Lombok. 

Langkah ini bukan hanya menunjukkan kreativitas mereka dalam bermusik, tetapi juga komitmen mereka untuk mengangkat kekayaan budaya lokal.

Lagu kedua, yang menjadi judul EP ini, "Sendikale", membawa pendengar ke dalam suasana senja yang syahdu.

Melalui lirik dan melodi yang dihadirkan, Pelita Groove berhasil menangkap esensi dari momen terbenamnya matahari, sebuah metafora untuk berbagai perasaan seperti kesepian, kesedihan, dan transisi dalam hidup. 

BACA JUGA: 3 DEKADE RUMAHSAKIT DALAM MENGOBATI ‘PASIEN’ MEREKA

Dilanjutkan dengan "Jingga Kota", band ini mengajak pendengarnya untuk mengapresiasi keindahan kota Mataram, yang merupakan tempat asal mereka. 

Lagu ini menjadi bukti bahwa Pelita Groove tidak melupakan akar dari asal mereka dan mampu menuangkan kecintaan pada kampung halaman dalam bentuk musik yang indah.

"Dalam Ramaiku Merasa Sepi" hadir sebagai lagu keempat, menghadirkan paradoks yang sering dirasakan oleh banyak orang seperti perasaan kesepian di tengah keramaian. 

Lagu ini menjadi teman setia bagi mereka yang pernah merasakan alienasi sosial, memberikan sebuah normalisasi bahwa perasaan tersebut adalah hal yang wajar dan manusiawi. 

Selanjutnya, "Kesedihan Ini" mengajak pendengar untuk berani menyelami kesedihan sedalam-dalamnya. 

Alih-alih menghindari dari segala emosi negatif, Pelita Groove malah justru mendorong pendengarnya untuk menghadapi dan menerima kesedihan sebagai bagian dari perjalanan hidup.

EP ini ditutup dengan lagu "Sadar Diri" yang menjadi fokus track album. Lagu ini bercerita tentang lika-liku kisah cinta yang berujung pada penolakan. 

Melalui lirik yang sederhana namun indah dan melodi yang menyentuh, Pelita Groove berhasil menggambarkan perasaan patah hati dengan cara yang relatable namun tetap artistik.

DARI HIP-HOP KE SYNTHPOP

Perjalanan Pelita Groove dalam menemukan identitas musik mereka sungguh menarik untuk disimak. 

Olan yang merupakan vokalis band ini, awalnya adalah seorang rapper yang menggeluti musik hip-hop. 

Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai tertarik dengan musik-musik yang populer di era 80-an. 

Ketertarikan ini kemudian menginspirasinya untuk membentuk Pelita Groove bersama empat rekannya Eky, Angger, Feby, dan Rafi.

Dibentuk di kota Mataram pada akhir tahun 2022, Pelita Groove hadir dengan formasi yang unik. 

Olan mengambil peran sebagai vokalis, Angger memainkan kibor, Eky menabuh drum, Feby bas, dan Rafi menambahkan sentuhan ritmis dengan perkusi. 

Yang membuat mereka berbeda adalah penambahan synthesizer sebagai elemen kunci dalam musik mereka, menciptakan apa yang mereka sebut sebagai 80's tropical groove.

Perpaduan antara latar belakang hip-hop Olan dengan minatnya terhadap musik 80-an menghasilkan sound yang unik. 

Mereka berhasil menghadirkan kembali nuansa retro ke panggung musik Indonesia kontemporer, namun dengan twist modern yang relevan bagi pendengar masa kini. 

Keberanian mereka untuk bereksperimen dengan genre dan era musik yang berbeda menunjukkan fleksibilitas dan keterbukaan mereka sebagai musisi muda.

MERAYAKAN LOKALITAS DALAM BALUTAN RETRO

Salah satu aspek yang paling menarik dari Pelita Groove adalah bagaimana mereka berhasil memadukan unsur lokal dengan estetika retro 80-an. 

Meski terinspirasi oleh era musik global, mereka tidak melupakan akar budaya mereka. 

Hal ini terlihat jelas dalam pemilihan judul EP mereka, "Sendikale", yang menggunakan istilah lokal untuk menggambarkan konsep universal seperti senja.

Kolaborasi mereka dengan penyair lokal Lombok dalam lagu "Flamboyan" juga menunjukkan komitmen mereka untuk mengangkat dan melestarikan budaya setempat.

Ini bukan hanya sekedar langkah kreatif, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap kekayaan sastra daerah.

Dengan mengadaptasi puisi menjadi lagu, Pelita Groove membuka jalan bagi generasi muda untuk mengenal dan mengapresiasi karya sastra lokal melalui medium yang lebih akrab dengan mereka.

Lagu "Jingga Kota" yang terinspirasi dari keindahan kota Mataram juga menjadi bukti nyata bahwa Pelita Groove bangga dengan asal usul mereka. 

Mereka berhasil menggambarkan keindahan kota kelahiran mereka melalui lirik dan melodi yang menyentuh, mengajak pendengar untuk melihat keindahan yang mungkin sering terlewatkan dalam hiruk pikuk kehidupan sehari-hari.

Dengan merilis EP "Sendikale" melalui kerja sama dengan label rekaman asal Jakarta, demajors, Pelita Groove telah membuka pintu bagi musik lokal Lombok untuk dikenal di kancah nasional. 

EP ini kini tersedia di berbagai platform streaming digital seperti Spotify, Apple Music, TikTok Music, YouTube Music, dan Langit Musik sejak 23 Agustus 2024

Hal ini memudahkan para penikmat musik di seluruh Indonesia untuk menikmati karya mereka.

Melalui "Sendikale", Pelita Groove tidak hanya menghadirkan nostalgia era 80-an, tetapi juga membawa pesan dan nilai-nilai lokal ke panggung musik nasional. 

Mereka membuktikan bahwa musik bisa menjadi jembatan yang menghubungkan generasi, budaya, dan waktu. 

Dengan pendekatan unik mereka, Pelita Groove berpotensi untuk tidak hanya menjadi sensasi sesaat, tetapi juga pioneer dalam gerakan musik yang menghargai akar budaya sambil tetap relevan dengan selera musik kontemporer. 

Kita tunggu saja kejutan apa lagi yang akan dihadirkan oleh band muda berbakat ini di masa yang mendatang. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhamad Hendra Prasetya

Budak startup nyambi freelance