
Lagu yang menjadi bahan perbincangan ini bisa menjadi cerminan tradisi masyarakat Indonesia. tradisi tersebut bisa menjadi sebuah refleksi luas tentang bagaimana seorang ibu untuk anak-anaknya.
FROYONION.COM - Membahas lagu ini dari perspektif tradisi yang berseberangan dengan kebudayaan masyarakat Amerika tentu menjadi sebuah bias apabila tidak dipahami dengan jelas.
Pertama-tama, pemahaman tersebut bisa kita mulai dengan menilik dahulu lirik lagu Mother yang dilantunkan oleh Meghan Trainor tersebut.
I am your mother (I am your mother)
You listen to me (you listen to me)
Stop all that mansplainin', no one's listening
Tell me who gave you the permission to speak?
I am your mother (I am your mother)
You listen to me
Bait pertama dalam lagu tersebut disusun oleh frasa berulang “you listen to me”. Ibu adalah sosok yang menjadi bahasa pertama dalam segala kemampuan yang lahir kemudian dalam perkembangan psikologis anak.
Tentu saja, ayah pun bisa menjadi simbol ibu dalam sebuah kondisi di mana ia harus menjadi orang tua tunggal oleh sebab tertentu.
Namun demikian, mari kita lebih dahulu fokus kepada konsep ibu sebagai subjek yang konkret, yakni seorang perempuan yang melahirkan anak. Perempuan tersebut kemudian membahas segala hal agar anaknya mampu memahami dunia.
Meghan Trainor memberikan penekanan nada yang signifikan ketika mengatakan frasa “you listen to me”. Penekanan ini mengisyaratkan beberapa hal yang penting dalam pengasuhan anak.
Hal utama yang umum adalah seorang anak harus menaati ibunya lebih daripada ayahnya (dalam sebuah kondisi ibu dan ayah adalah manusia yang setara secara mental dan fisik). Ibu mengasuh anak sejak ia dilahirkan, berkorban nyawa untuk keselamatan anaknya lebih daripada keselamatan dirinya sendiri.
Selama sembilan bulan seorang ibu memilih untuk menjaga kesehatan lebih daripada biasanya sebab seorang buah hati sedang bergerak dalam rahimnya.
Sementara itu, pandangan unik pun muncul dari frasa “you listen to me” tersebut. Dimulai dengan arti mendasar dari mansplainin’ yang merujuk kepada kebodohan laki-laki dalam menunjukkan tindakan mereka.
Kita tahu bahwa Meghan Trainor melahirkan seorang putra dan secara psikologis laki-laki memang memiliki standar kebodohan tersendiri dalam mengatasi suatu masalah, tidak mengherankan apabila dalam suatu konsep perkembangbiakan sejatinya kecerdasan anak itu diturunkan dari ibunya dan wajahnya berasal dari ayahnya.
Ketika seorang anak laki-laki melakukan mansplainin’ ia diingatkan agar kembali mendengar ibunya sebab kecerdasannya, pola pikirnya, seharusnya sudah diturunkan dari ibunya, untuk apa kemudian merasa lebih baik sebab memang harus disadari laki-laki punya kecenderungan patriarki.
Kalau dirujuk kepada tradisi nusantara yang sudah umum dimunculkan dalam komedi, anak-anak laki-laki sering dimarahi ibunya ketika pulang dalam keadaan kotor.
Dalam kasus lain, anak-anak laki-laki seringkali bengal ketika dilarang oleh ibunya. Kebengalan ini kemudian dirujuk secara tak langsung oleh lagu Mother untuk kembali pada konsep yang sejati, “you listen to me”.
Tentu saja, hal ini tidak berlaku mutlak, ketidakmutlakan itu terutama dapat terjadi dalam sebuah negosiasi tentang pilihan pasangan hidup, pekerjaan, dan sebagainya. Selama keputusan itu masih dalam koridor yang baik dan tidak melanggar norma tertentu, sudah semestinya negosiasi atasnya dapat diterima oleh seorang ibu sekalipun.
Seorang ibu muda dengan akun instagram @kristaendinda sering mengungkapkan pengajaran karakter anak yang berbasis kelembutan dari frasa you listen to me.
Sesuai dengan konten-kontennya, lagu Mother mengangkat semangat pendidikan karakter oleh seorang ibu-ibu di Indonesia, terutama yang masih muda, dengan beragam referensi dari kalangan sebaya, juga yang ada di desa-desa. Nilai-nilai seperti ini diperlengkap dengan potongan lirik berikutnya.
Mr. Big boy, pullin' up in your big toy
Sayin' all that blah-blah-blah, makin' all that big noise
'Cause you're so frustrated, emasculated
'Cause you got your shit called out by this little lady (my baby)
Potongan lirik lain yang perlu diperhatikan ada pada kutipan di atas. Dalam lirik tersebut Meghan Trainor seolah menjelmakan diri ke dalam dunia tradisi ibu-ibu di Indonesia, terutama di pedesaan.
Hanya saja, ia memunculkan lirik tersebut dengan kesadaran kebutuhan psikologis anak selama masa pertumbuhannya. Dalam lirik tersebut, Meghan Trainor menulis lirik “Sayin' all that blah-blah-blah, makin' all that big noise”.
Lirik tersebut merujuk kepada berisiknya seorang anak dalam masa pertumbuhannya, apalagi kalau ia dalam fase toddler.
Anak-anak dalam masa tersebut menganggap semua hal di sekitarnya harus selalu mendengar apa yang diucapkan. Lebih dari itu, mereka dalam kondisi yang paling aktif untuk melakukan eksplorasi atas segala hal di sekitarnya.
Tak mengherankan apabila noise yang dimaksud oleh Meghan Trainor ini juga berupa panci yang dibanting, gelas pecah, sampai segala keberisikan lainnya yang kadang membuat seorang ibu mengalami tingkat stress tersendiri.
Kemiripan itu muncul sebagai padanan frasa “you listen to me!” juga diilustrasikan oleh lagu-lagu anak di Indonesia. Hal ini menjadi sebuah cerminan bagaimana lirik lagu Mother mampu disetarakan secara kultur dengan tradisi di Indonesia.
Kesamaan itu misalnya muncul dalam potongan lirik "tak lelo, lelo lelo ledung/ cup menengo anakku cah bagus (ayu)" yang secara leksikal diartikan 'dengan pelan, syahdu, cobalah untuk tenang anakku yang tampan (cantik)'.
Dengan makna yang hampir serupa lagu Mejangeran dari Bali seringkali diajarkan kepada generasi penerus agar segala kesulitan dialihkan melalui tarian.
Seolah, kesedihan pun akan ikut luruh bersama setiap hentakan tari. Terlebih, lagu Nina Bobok yang sudah tak asing didendangkan menunjukkan cara para orang tua menenangkan anak-anaknya. Hal itu menunjukkan kedekatan lagu Mother dengan tradisi musikal di Indonesia. (*/)