Music

HOROR BOJAKRAMA VOL. 20 MENCEKAM SURABAYA

Bojakrama menggema lagi di Surabaya. Pada Vol. 20 horor jadi tema utama.

title

FROYONION.COM - Malam cerah di Surabaya diramaikan oleh alunan musik cadas.  Bertempat di Personal Horror Altar, Indragiri No. 15, Surabaya, Bojakrama menyuguhkan nuansa mencekam, betapa seirama dengan venue yang dipilih.

Beberapa band yang turut meramaikan "berhala musik" pada 3 Juni 2023 antara lain Kelelawar Malam, Kultus, Melabuh Kelabu, Deskripsi Sebuah Mahasiswa, dan Mmmarkos!.

Saya datang lebih dulu, sehingga sempat menyaksikan check sound dari Kelelawar Malam. Hentakan musiknya bahkan sudah terlampau seru untuk ukuran check sound, meski penonton belum berdatangan. Mungkin saja saya cocok dengan band asal Jakarta itu.

Boneka pocong di sebelah kiri panggung menambah kesan horor. Jangan heran bila nantinya beredar foto penampakan pocong di Bojakrama.

Bau dupa juga tercium, merebak seruangan penuh. Selidik punya selidik ternyata dupa telah dinyalakan, bahkan saat check sound masih berlangsung.

Terlihat latar belakang panggung tempat line-up band mengadu harmoni yang dihiasi gambar mirip poster film lawas dekade '80-an. Ada banyak nama-nama terpampang juga di sana. Mungkin seleb masa itu. Sebagai insan kelahiran tahun 2000-an, saya tak tahu menahu siapa-siapa itu. Wiet Hendra, Evan Loren, Taila Sari. Tak banyak nama tersimpan di memori.

Karena masih belum mulai, saya memutuskan untuk duduk sebentar di luar venue. Angin segar menjadi kebutuhan utama. Maklum saja, venue sedikit gerah. Duduk santai sembari menunggu, Bojakrama Vol. 20 dimulai.

Saat kembali, Mmmarkos! telah tampil mengawali pagelaran musik ini. Taburan kembang yang biasa ditabur saat pemakaman menghiasi segala penjuru. Ada di panggung, tangga, dan tempat penonton berdiri.

Mmmarkos!
Mmmarkos! tampil sebagai opener Bojakrama Vol. 20. (Credit: @ayughia)

Mmmarkos! adalah band yang berasal dari alam Universitas Dinamika Surabaya. Saat band beraliran Post-Punk/Synth-Pop tersebut memacu musiknya, penonton belum terlalu ramai. “Midnight Thought” dinyanyikan Mmmarkos! sebelum memainkan lagu terakhir untuk malam itu.

Mmmarkos! memainkan “Disorder” dari Joy Division sebagai penutup. Lagu itu adalah favorit saya, sehingga telinga ini sudah "menciumnya", bahkan sejak dari intronya menggema. Saya bersenandung lirih mengikuti alunannya.

Melabuh Kelabu kemudian naik menggantikan Mmmarkos!. Band beraliran Skramz ini memulai dengan lagu lawas. Lagu yang keluar bukan dari alat musik mereka, tapi memang rekaman.

Dengan cepat mereka memulai transisi. Hentakan drum yang keras dan cepat. Genjrengan gitar dan petikan bass tak kenal lelah. Teriakan kencang dari vokalis. Begitulah Melabuh Kelabu memulai sesi mereka. Band ini memang punya warna musik yang khas. Keras dan cepat, khas Skramz.

Melabuh Kelabu
Melabuh Kelabu menggertak penonton dengan cadas. (Credit: @ayughia)

Kawan saya, Beg, mengisi posisi bassist. Ia adalah gitaris dari band Raousse, “membantu” Melabuh Kelabu tampil di malam minggu kelabu. Apa iya kelabu ya?

Makin malam makin membelam. Lambat laun, penonton merapat ke depan panggung. Sedikit demi sedikit telah berdatangan. Setelah penampilan Melabuh Kelabu, Kultus naik panggung. Menyiapkan berbagai keperluan untuk manggung.

Ketika mengintip keluar untuk sedikit menghirup angin segar. Ternyata antrian di bawah membeludak. Banyak penonton berbondong-bondong menukarkan tiket. Kultus tampil dengan penonton berkerubung bak semut menemukan gula.

ruang “pemujaan” musik
Riuhnya penonton di ruang “pemujaan” musik. (Credit: @ayughia)

Kultus membawa nuansa cadas, namun bold. “Gerombolan” pemuja musik asal Ciledug tersebut membawa genre Doom MetalSingle mereka yang berjudul Erebus menjadi representasi genre yang disajikan. Bernuansa apocalyptic, mencekam dan berkelindan dengan hajatan musik Bojakrama Vol. 20.

Syi'ir Tanpo Waton gubahan Gus Dur berkumandang saat Deskripsi Sebuah Mahasiswa mempersiapkan alat dan check sound. Ah ya. Benar juga. Kalau dipikir-pikir. Deskripsi Sebuah Mahasiswa ingin pensiun, menjadi bapak-bapak kompleks yang kemungkinan besar bakal mendengar lagu gubahan Gus Dur di tiap petang.

Saat musik mulai menggelegar. Penonton makin riuh dan vokalis jadi enerjik. Vokalis Deskripsi Sebuah Mahasiswa terlihat mencolok. Ia mengenakan kostum rakun. Sudah jadi ciri khas dari Rian Purusatama berkostum ala Rocket Raccon di atas panggung. Bikin penonton makin merapat ke arah panggung.

Vokalis mandeg sebentar. Penonton serempak berteriak, "tuwek!", artinya tua. Maklum vokalisnya sudah bapak-bapak, mungkin pusing karena headbang. Tak salah memang kalau personel band yang berasal dari lingkungan akademik—desain grafis—Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya tersebut ingin pensiun dan bertransformasi menjadi bapak-bapak kompleks.

Penampilan itu adalah pertunjukan terakhir dari mereka. Bojakrama Vol. 20 menjadi ajang reuni terakhir, sebelum personel Deskripsi Sebuah Mahasiswa menjadi bapak-bapak. Mereka mungkin bergelut dengan ikan di kolam pancing, bermain catur saat meronda, atau menenggak kopi hitam nan panas di warung kopi. Setidaknya, begitulah akun instagram Bojakrama menggambarkan keseharian mereka pasca penampilan terakhir.

Bojakrama diakhiri penampilan Kelelawar Malam. Panggung ditata ulang, alat musik disiapkan, lilin yang mati dihidupkan lagi. Dialog Suzanna dalam sebuah film menjadi pembuka Kelelawar Malam. Saking meriahnya suasana, bahkan pocong yang aslinya dari dua guling itu ikut crowd surfing.

pocong crowdsurfing
Tak mau ketinggalan, bahkan pocong pun imitasi ikut crowdsurfing. (Credit: @ayughia)

Tentu saja pocong imitasi itu tak kuat menahan koyakan penonton dan hantaman musik. Kasian si pocong imitasi terurai lebur oleh penonton. Dilempar sana-sini bak omong kosong.

Jingkrak dan crowdsurfing jadi makin intens seiring dengan gebukan drum. Saya cukup mengamatinya saja. Kelelawar Malam ternyata pengkhianat. Band bergenre horror punk asal Jakarta itu menghabisi malam minggu kala itu dengan meriah. Hantu-hantu telah kalah pamornya, bila dibandingkan dengan penampilan band asal Jakarta malam itu.

Lagu terakhir telah usai dibawakan. Penonton dengan senyap berbondong-bondong keluar venue. Tanpa perintah, mereka bergerak serentak. Saya pun juga ikut tergerak.

Penonton beristirahat sebentar di luar, tepatnya di tepi jalan. Saya menghampiri beberapa teman yang memadati trotoar Jl. Indragiri. Melepas gerah dan sedikit bercanda ria. Secara tak resmi menjadi pengakhir pemujaan musik Bojakrama Vol. 20. (*/) (Photo credit: @ayughia)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhammad Rizky Pradana

Sejarawan (muda) partikelir.