Movies

NETFLIX DITUNTUT PELANGGARAN HAK CIPTA ATAS FILM ‘DON'T LOOK UP’

Film Netflix ‘Don't Look Up’ mendapat gugatan hak cipta yang mengklaim, bahwa elemen cerita dan karakter dalam film tersebut mirip dengan novel ‘The Million Day Forecast’.

title

FROYONION.COM - Sebagai salah satu layanan OTT terbesar di dunia, Netflix selalu berada di bawah sorotan publik, baik dalam hal kualitas konten maupun masalah hukum yang dapat timbul dari karya-karya yang diproduksinya. 

Salah satu kasus terbaru yang melibatkan Netflix adalah tuntutan yang diajukan oleh penerbit indie terkait film "Don't Look Up," sebuah karya satir yang dirilis pada 2021. 

Dalam gugatan tersebut, penulis Darren Hunter mengklaim bahwa film yang disutradarai oleh Adam McKay itu menjiplak elemen-elemen dalam novelnya yang berjudul The Million Day Forecast yang diterbitkan pada tahun 2015.

BACA JUGA: PLATFORM TIKTOK DIDUGA MELANGGAR PRIVASI ANAK, SEPARAH APA HINGGA KENA GUGAT?

Tuntutan ini bukan yang pertama kali dihadapi oleh Netflix terkait tuduhan pelanggaran hak cipta. Sebelumnya, pada tahun lalu, film yang sama, Don't Look Up, juga dituntut oleh pihak lain. 

Kali ini, Hunter menuntut Netflix dan pembuat filmnya dengan klaim bahwa Don't Look Up secara substansial mengadaptasi plot, karakter, dan tema dari karyanya tanpa izin. 

Penggugat, yang diwakili oleh kuasa hukum Larry Klayman, menuntut kompensasi hingga $3 miliar atau sekitar Rp 47,5 triliun.

TUNTUTAN SEBELUMNYA DAN KEPUTUSAN PENGADILAN

Sebelum tuntutan oleh Hunter, Don't Look Up sudah menghadapi gugatan serupa yang diajukan oleh penulis William Collier. 

Collier mengklaim bahwa film ini sangat mirip dengan novelnya, Stanley's Comet, yang juga mengangkat tema bencana komet yang akan menabrak bumi. 

Namun, pengadilan menolak tuntutan Collier pada bulan lalu, dengan alasan bahwa kesamaan antara kedua karya tersebut terlalu umum dan tidak cukup spesifik untuk dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.

Meskipun gugatan Collier ditolak, hal ini tidak menghentikan Darren Hunter untuk melanjutkan perjuangannya di pengadilan. 

Menurut Hunter, ada beberapa elemen yang sangat mirip antara film Don't Look Up dan novel yang ditulisnya, terutama dalam hal karakter protagonis wanita yang berusia muda dan berusaha keras untuk memperingatkan dunia tentang bencana besar yang akan datang.

TUDUHAN PELANGGARAN HAK CIPTA DALAM DON'T LOOK UP

Pusat dari gugatan yang diajukan oleh Hunter terletak pada tema, karakter, dan plot yang dianggap sangat mirip antara Don't Look Up dan The Million Day Forecast

Menurut penggugat, film tersebut mengadaptasi karakter protagonis wanita yang memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan apokaliptik kepada dunia, yang sangat mirip dengan karakter dalam novelnya. 

Selain itu, tema besar dalam kedua karya tersebut—terkait dengan sindiran politik, komedi gelap, dan tantangan untuk memobilisasi masyarakat dalam menghadapi bencana alam—juga dianggap menunjukkan adanya kesamaan substansial yang tidak dapat disangkal.

Dalam pernyataannya, Larry Klayman, kuasa hukum Hunter, menyebut bahwa McKay dan rekan-rekannya adalah "rakus dan penipu" yang dengan sengaja mengambil elemen-elemen utama dari karya Hunter tanpa izin atau persetujuan yang sah. 

Hal ini memicu pertanyaan besar tentang sejauh mana hak cipta dapat melindungi elemen-elemen tema dan karakter dalam sebuah karya fiksi, terutama yang berhubungan dengan genre satir atau komedi gelap.

BACA JUGA: 

REKOMENDASI TONTONAN NETFLIX TERBARU BULAN DESEMBER, ADA ‘SQUID GAME’ SEASON 2!

Gugatan Hunter menyoroti kesamaan yang lebih mendalam dalam struktur cerita antara Don't Look Up dan The Million Day Forecast

Kedua karya ini sama-sama mengangkat tema bencana alam dalam bentuk komet yang mengancam bumi, yang menjadi simbol dari ketidakpedulian manusia terhadap peringatan tentang bahaya besar yang sedang menghampiri. 

Film tersebut mengisahkan dua astronom yang berusaha keras untuk memperingatkan dunia tentang bencana yang akan datang, namun justru terhambat oleh ketidakpedulian publik dan politik.

Di sisi lain, dalam The Million Day Forecast, Hunter menggambarkan seorang karakter utama yang berusaha mengingatkan masyarakat tentang bahaya yang akan menimpa, namun terkendala oleh ketidakmampuan untuk memobilisasi aksi kolektif. 

Tema tentang apokalips yang disajikan dengan humor gelap dan sindiran politik ini memang menjadi ciri khas dari kedua karya tersebut, yang membuatnya semakin sulit untuk membedakan apakah keduanya memang terinspirasi satu sama lain atau ada pelanggaran hak cipta yang signifikan.

RESPONS NETFLIX DAN DAMPAKNYA PADA INDUSTRI FILM

Hingga saat ini, Netflix belum memberikan komentar resmi terkait gugatan ini. 

Tuntutan sebesar $3 miliar yang diajukan oleh Hunter tentu menjadi perhatian besar, mengingat besarnya jumlah yang diminta dan dampaknya terhadap reputasi Netflix sebagai perusahaan yang telah banyak merilis film dan serial populer.

Tuntutan ini bisa menjadi preseden penting dalam industri film, terutama bagi pembuat film yang mengandalkan karya sastra atau novel sebagai sumber inspirasi. 

Kasus ini juga dapat membuka diskusi lebih lanjut tentang batasan-batasan hak cipta dalam karya-karya yang mengandung elemen-elemen yang sering kali bersifat umum atau sudah menjadi tema besar dalam budaya populer.

BACA JUGA: TEROBOSAN KONTEN KREATOR ASIA MENGIMBANGI DOMINASI NETFLIX

Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa kasus ini menggambarkan betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara kebebasan kreatif dan perlindungan hak cipta dalam dunia hiburan. 

Keputusan pengadilan nantinya akan memiliki dampak besar tidak hanya bagi Netflix, tetapi juga bagi industri film dan penerbitan secara keseluruhan.

Tuntutan yang diajukan oleh Darren Hunter terhadap Netflix atas dugaan pelanggaran hak cipta dalam film Don't Look Up menambah daftar panjang kontroversi yang melibatkan film ini. 

Dengan gugatan yang masih berlangsung, perhatian publik kini terfokus pada bagaimana pengadilan akan menangani masalah hak cipta yang melibatkan karya sastra dan film. 

Terlepas dari hasilnya, kasus gugatan terhadap film Netflix ini menyoroti pentingnya perlindungan hak cipta dalam industri kreatif, serta tantangan yang dihadapi oleh pembuat film dalam mengambil inspirasi dari karya lain tanpa melanggar hak cipta yang sudah ada. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhammad Nur Faizi

Reporter LPM Metamorfosa dan menjadi Junior editor di Berita Sleman.