Movies

FILM 'NO OTHER LAND' MENANGKAN 2 PENGHARGAAN DI IDA DOCUMENTARY AWARDS

No Other Land meraih penghargaan besar di ajang 40th IDA Documentary Awards, menyabet gelar Best Feature Documentary dan Best Director berkat karya luar biasa dari Basel Adra, Hamdan Ballal, Rachel Szor, dan Yuval Abraham.

title

FROYONION.COM - Pada 5 Desember 2024, film dokumenter No Other Land meraih penghargaan besar di ajang 40th IDA Documentary Awards di Los Angeles.

Film yang disutradarai oleh kolektif pembuat film Israel dan Palestina ini berhasil memenangkan kategori Best Feature Documentary dan juga penghargaan Best Director untuk kerja keras Basel Adra, Hamdan Ballal, Rachel Szor, dan Yuval Abraham. 

Keempat pembuat film ini juga menerima penghargaan Courage Under Fire Award, sebuah penghargaan yang sebelumnya diumumkan sebagai bentuk pengakuan terhadap tantangan dan kondisi berbahaya di mana film ini diproduksi.

Minggu ini menjadi minggu yang luar biasa bagi No Other Land. Selain memenangkan dua penghargaan utama di IDA Documentary Awards, film ini juga berhasil membawa pulang beberapa penghargaan lainnya. 

Pada Senin lalu, film ini meraih penghargaan Best Documentary di Gotham Awards, dan pada Selasa, New York Film Critics Circle menobatkannya sebagai dokumenter terbaik tahun ini. 

BACA JUGA: 6 REKOMENDASI FILM BERTEMA SURVIVAL YANG DIANGKAT DARI KISAH NYATA

Tidak hanya itu, film ini juga memenangkan penghargaan National Board of Review Freedom of Expression Award pada Rabu, meskipun film Sugarcane memenangkan penghargaan Best Documentary dari National Board of Review.

Film ini menghabiskan waktu lima tahun dalam proses produksi, menggali kehidupan masyarakat Palestina yang tinggal di daerah pedesaan Masafer Yatta di Tepi Barat yang diduduki. 

Di daerah ini, Tentara Pertahanan Israel (IDF) secara rutin menghancurkan rumah dan sekolah Palestina, dengan alasan bahwa mereka membutuhkan lahan tersebut untuk zona pelatihan militer. 

Setelah perjuangan hukum selama 20 tahun, Mahkamah Agung Israel pada tahun 2022 memutuskan bahwa IDF memiliki wewenang untuk mengusir penduduk Palestina dari tanah tersebut.

KISAH DI BALIK PRODUKSI

No Other Land tidak hanya memenangkan penghargaan karena kualitas sinematiknya, tetapi juga karena keberanian pembuatnya dalam menangani isu yang sangat sensitif dan berbahaya. 

Para pembuat film tersebut adalah Adra, Ballal, Szor, dan Abraham yang mengambil risiko besar dengan bekerja di wilayah yang sangat rawan konflik ini, yang menjadi latar belakang banyak kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia.

Film ini berfokus pada kehidupan sehari-hari masyarakat Palestina di Masafer Yatta yang terus berjuang untuk bertahan hidup di bawah ancaman pemindahan paksa. 

Para pembuat film yang terlibat dalam proyek ini menyadari sepenuhnya risiko yang mereka hadapi. 

Kondisi politik yang tidak stabil dan ancaman kekerasan dari kelompok militan di wilayah tersebut menjadi tantangan berat yang harus dihadapi para pembuat film.

Pekerjaan mereka akhirnya mendapat pengakuan luas dari komunitas film internasional, dengan No Other Land berhasil mengungguli film-film dokumenter lainnya yang masuk dalam nominasi untuk kategori Best Feature Documentary, seperti Sugarcane yang diproduksi oleh National Geographic, Black Box Diaries dari MTV Documentary Films, serta film-film lain seperti DahomeyThe Remarkable Life of Ibelin, dan Queendom.

PENGHARGAAN LAIN YANG DIRAIH PADA IDA DOCUMENTARY AWARDS

Pada acara IDA Documentary Awards yang diadakan di Orpheum Theater, Los Angeles, film Soundtrack to a Coup d’Etat meraih dua penghargaan. Johan Grimonprez memenangkan penghargaan Best Writing, sementara Rik Chaubet mendapatkan penghargaan Best Editing untuk film tersebut. 

Soundtrack to a Coup d’Etat adalah sebuah dokumenter yang membahas kekerasan politik di beberapa negara melalui lensa musik yang menjadi latar belakang revolusi.

Di kategori dokumenter pendek, Instruments of a Beating Heart karya Ema Ryan Yamazaki berhasil meraih penghargaan Best Short Documentary

Film ini mengkaji sistem pendidikan dasar Jepang dan bagaimana sistem tersebut membentuk nilai-nilai seperti kerjasama, empati, dan kewarganegaraan di kalangan anak-anak sekolah.

Film Queendom yang bercerita tentang Jenna Marvin, seorang seniman drag asal Rusia, meraih penghargaan Best Cinematography untuk karya sinematografi luar biasa yang dihasilkan oleh Ruslan Fedotov. 

Sementara itu, Frida, sebuah dokumenter tentang seniman legendaris Meksiko, Frida Kahlo, memenangkan penghargaan Best Original Music Score untuk komposer Víctor Hernández Stumpfhauser.

BACA JUGA: LARANGAN COSPLAY SAAT NONTON ‘WICKED’: BERKACA DARI TRAGEDI ‘DARK KNIGHT’

Selain itu, Omar & Cedric: If This Ever Gets Weird memenangkan penghargaan Best Music Documentary, sementara Two American Families: 1991-2024 terpilih sebagai pemenang dalam kategori Best TV Feature Documentary.

IDA Documentary Awards sendiri mencatatkan angka yang sangat signifikan pada tahun ini. Lebih dari 700 film dari 77 negara mengajukan diri untuk dipertimbangkan dalam ajang ini, yang menunjukkan semakin besarnya perhatian dunia terhadap film dokumenter. 

Proses seleksi dilakukan oleh panel juri yang terdiri dari lebih dari 300 profesional dokumenter internasional. Para juri ini memutuskan pemenang-pemenang dalam berbagai kategori, yang melibatkan film-film dari berbagai belahan dunia dengan tema-tema yang beragam.

Sebagai pengakuan atas pencapaian seumur hidup, filmmaker Dawn Porter menerima Career Achievement Award pada malam tersebut, sementara Shiori Ito, sutradara Black Box Diaries, dianugerahi Emerging Filmmaker Award atas kontribusinya dalam dunia film dokumenter.

MASA DEPAN DOKUMENTER DAN PENGARUH SOSIAL

Penghargaan-penghargaan yang diterima No Other Land dan film-film lainnya menunjukkan bahwa dokumenter bukan hanya sebuah karya seni, tetapi juga sebuah alat yang kuat untuk menyuarakan isu-isu sosial dan politik yang penting. 

Film-film ini berfungsi sebagai jendela bagi penonton untuk memahami dunia dengan lebih dalam, serta memberikan perspektif yang sering kali terabaikan dalam pemberitaan mainstream.

Sebagai contoh, No Other Land tidak hanya memperlihatkan kekerasan yang terjadi di Tepi Barat, tetapi juga menyajikan kisah ketahanan dan harapan yang dimiliki oleh masyarakat Palestina dalam menghadapi ancaman pengusiran. 

Ini menunjukkan bagaimana dokumenter dapat memberikan dampak yang jauh lebih besar daripada sekadar hiburan, melainkan juga sebagai katalis untuk perubahan sosial.

Kesuksesan No Other Land di ajang IDA Documentary Awards 2024 adalah bukti nyata dari kemampuan film dokumenter dalam mengangkat isu sosial-politik yang mendalam dan menyentuh hati banyak orang. 

Keberanian para pembuat film dalam mengatasi tantangan yang mereka hadapi di lapangan, serta komitmen mereka untuk menyampaikan kebenaran, menjadikan No Other Land sebuah karya yang tak hanya memenangkan penghargaan, tetapi juga memberikan kontribusi besar bagi dunia film dokumenter dan dunia secara keseluruhan. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhammad Nur Faizi

Reporter LPM Metamorfosa dan menjadi Junior editor di Berita Sleman.