Berawal dari eksperimen, Creve Ouverte menghasilkan karya-karya eksperimental yang nggak bisa dianggap remeh. Begini rangkuman perjalanan band ini, Civs.
FROYONION.COM - Dentuman musik elektronik terdengar lantang ketika seorang pria menyeringai menghadap kamera. Video berdurasi 3 menit 46 detik itu dibuka dengan kelap-kelip lampu LED merah. Siapa yang menyangka, dentuman jedag-jedug sintetik ternyata bisa nyambung dengan raungan gitar. Inilah Creve, Ouvetre! unit asal Balikpapan, Kalimantan Timur, yang berhasil menemukan titik tengah antara Electronic Music dan Hardcore Punk.
Band tersebut digawangi tiga personil. Rahman (Bassist), Safira (Vokalis), dan Wendra. Nama terakhir memang tidak asing di skena musik Kaltim. Wendra adalah gitaris Murphy Radio, band Mathrock asal Samarinda. Dalam wawancara yang dilakukan oleh ketiganya bersama Froyonion, Crève, Ouverte! mengisahkan napak tilas mereka di Balikpapan.
Crève, Ouverte! awalnya terbentuk ketika Wendra pulang ke Kota Beriman (sebutan untuk Balikpapan) seusai berkuliah di Jurusan Psikologi, Universitas Mulawarman, Samarinda. Namun karena sudah 7 tahun tinggal di Kota Tepian, ia mengaku tidak mahfum mengenai skena musik Balikpapan.
Wendra pun mengajak salah seorang temannya di bangku SMA, Rahman, untuk bertukar pikiran. Selain membicarakan masa lalu, mereka juga membicarakan musik-musik kesenangan mereka. Kebetulan, Rahman memang pernah satu band dengan Wendra bernama Lucifer in a Rest. Band tersebut sudah merilis dua lagu bergenre Metalcore dengan referensi As I Lay Dying, Threat Signal, As Blood Runs Black, serta Killswitch Engage.
Wendra kemudian mengaku jenuh. Ia ingin ‘mainan baru’. Musiknya harus keras namun memiliki unsur Elektronik/Industrial seperti Hive, Atari Teenage Riot, The Prodigy, h09909 dan Nine Inch Nails. Rahman menyanggupi permintaan tersebut. Bermodalkan enam materi Side-Project Wendra sebelumnya, yakni Mourn. Mereka mulai menggarap musik via Digital Audio Works (DAW) di Home Studio mereka.
“Kami bereksperimen saja, jadi belum tau itu genre-nya apa. Yang penting bikin aja deh dulu,” ungkap Wendra. “Nah, terus kami kepikiran, gimana kalau musiknya keras tapi vokalisnya cewek? Kan, keren tuh. Jadi kita mencari-cari, tapi tidak dapat,” sambungnya.
Setelah beberapa minggu, Wendra dan Rahman akhirnya menemukan Safira di akun Instagram. Dia adalah mantan salah satu kakak kelas mereka sewaktu SMA. Uniknya, Safira ternyata pernah bermain membuat band beraliran Stoner Rock di Balikpapan. Referensi musiknya seperti Kadavar, Fu Manchu, dan Radio Moscow.
“Kalau di skena lokal, aku suka banget sama Jangar,” ucap Safira. Ketiganya mulai sering bertemu dan menggarap musik bersama-sama.
Sementara untuk pengisi drum, Crève, Ouverte! hingga saat ini masih mencari personel tetap.
Nama “Crève, Ouvetre!” tercetus dari sebuah peribahasa yakni 'je creve la bouce ouverte'. Dalam bahasa Perancis, arti kata itu adalah dying alone without anyone to save you. Wendra kemudian menjelaskan konsep ini lebih dalam.
Menurutnya, saat ini sudah terlalu banyak manusia yang bersikap apatis dan tidak peduli terhadap sesama. “Ibaratnya ada orang sudah sekarat di jalan, tapi kamu cuek saja. Contoh kecilnya saya rasa sudah dialami semua orang di hidup mereka. Lagi butuh bantuan, tapi tidak ada siapa-siapa,” bebernya.
Pemilihan nama tersebut secara tidak langsung sepertinya mempengaruhi lirik-lirik lagu Crève, Ouverte! yakni Burgundy, Tresspass, dan satu lagu yang berjudul sama dengan band mereka. Ketiga lagu tersebut diproduksi di studio besutan Gitaris Kapital, Ari Wardhana, yakni Backstage Studio, Samarinda.
Dua dari tiga lagu, Crève, Ouvetre! pun sudah memiliki video klip di YouTube. Di lagu Burgundy, mereka menggandeng Maimo. Adapun di lagu berjudul Creve, Ouvetre! yang dirilis 27 Oktober 2022 lalu, Crève melibatkan Videografer, Resa Alif Utama, dan Grafitti Artist asal Samarinda, Sena.
Spoiler Alert! Pada pertengahan 2023, Creve, Ouvetre! berencana merilis satu album berisi sembilan track. Tiga di antaranya adalah single yang sudah dirilis di sejumlah platform digital beberapa waktu lalu. Adapun enam lagu di antaranya, sedang dalam proses mixing dan mastering di Samarinda.
Meskipun sudah ‘matang’ secara materi, Creve, Ouvetre! ternyata belum pernah manggung sama sekali. Hal ini pun dijelaskan lebih rinci oleh Wendra.
"Crève memang banyak dapat tawaran dari beberapa skena di Kaltim untuk manggung. Tapi, kita saat ini pengennya membuat lagu dulu. Biar lebih utuh menyajikannya," beber Wendra.
Apresiasi terhadap karya Creve pun beragam. Tidak hanya di Kaltim, sejumlah pendengar Creve berasal dari luar daerah. Berdasarkan pantuan Froyonion, salah satu followers di akun Instagram mereka adalah pentolan Feast, Daniel Baskara Putra.
Dengan sedemikian 'amunisi' yang mumpuni, kita tentu berharap Creve bisa menanjak ke skena musik nasional suatu saat nanti. (*)
BACA JUGA: GRUP MUSIK ‘SIMPLE SET’: BERMUSIK SEBAGAI ‘COPING MECHANISM’ DAN REKREASI