Food

HOBI MAKAN MIE? BELUM LENGKAP KALAU NGGAK NYOBAIN MIE YAMMIE PATHUK YANG MELEGENDA

Yogyakarta berisi sejuta cerita, yang juga dirangkai oleh kelezatan aneka kulinernya. Kota yang terkenal dengan rasa manis itu juga bersinggungan dengan budaya Tionghoa. Tak ayal, muncullah Mie Yammie yang melegenda di dekat Malioboro.

title

FROYONION.COM - Datangnya aneka kuliner dari Asia Timur seperti ramen dari Jepang, ramyeon dari Korea Selatan—nyatanya tak benar-benar menggusur tradisi makanan yang sudah melekat di Yogyakarta. Oleh adanya Kampung Ketandan di Malioboro, tradisi kuliner khas negeri Tirai Bambu pun ikut mewarnai cita rasa makanan di Yogyakarta.

Salah satu cita rasa yang hampir seusia dengan tuanya sejarah Kampung Ketandan itu bernama Mie Yammie Pathuk. Markas utama dari olahan mie tradisional khas China itu berada di Kemiteran Kidul. 

Wilayah itu seperti jalan tengah yang memisahkan wilayah Malioboro dengan peradaban Kraton Yogyakarta. Oleh sebab itu, potret suasana yang akan lo temui di daerah itu adalah percampuran dua adat tersebut.

Berada di lokasi yang sangat strategis, Mie Yammie Pathuk menyasar wisatawan mancanegara dan domestik. Makanya, kalau lo lagi ke sini nggak akan jarang ketemu sama bule dari beragam negara. 

Suasana Kedai Mie Yammie Pathuk Kemiteran Kidul di malam hari. (Foto: Dok. pribadi penulis)
Suasana Kedai Mie Yammie Pathuk Kemiteran Kidul di malam hari. (Foto: Dok. pribadi penulis) 

Belum lagi, daerah Kemiteran merupakan salah satu pusat penginapan di Yogyakarta. Penginapan yang dimaksud pun mampu menjawab budget semua orang yang datang ke Yogyakarta. Mulai dari kostel, dormitory, hingga hotel-hotel yang mewah.

Pada satu titik paling tengah di antara jalan di belakang Malioboro itu, kedai Mie Yammie Pathuk menyala dengan lampu yang temaram. 

Lampu-lampu berwarna jingga itu dilapisi oleh lampion yang meninggalkan bungkusnya. Maksud gue, wadah lampu itu punya kerangka kayak lampion, tapi transparan, gak ada pembungkus yang biasanya berwarna merah.

Bangunannya pun dibingkai oleh bambu yang dipernis rapi. Nuansa bambu itu sendiri sangat dekat dengan tradisi Tionghoa. 

Namun demikian, atapnya yang disusun dari jerami dan genting mencampurkan adat China dengan Indonesia dalam satu wadah yang romantis. Suasana yang begitu khas itu menjadi sangat mencolok di antara bangunan hotel yang terkesan modern—atau, setidaknya bernuansa kolonial. 

Tak ayal, untuk menemukan kedai Mie Yammie Pathuk akan sangat mudah dan tak perlu banyak effort. Asal lo udah nyampe Kemiteran Kidul, tinggal jalan aja pelan-pelan, soalnya di sana juga banyak warga yang sering menikmati suasana di balik keramaian Malioboro.

Nah, suasana yang syahdu itu semakin lengkap dengan menyeruput kuah Mie Yammie aneka topping. Umumnya, tambahan seperti sosis, bakso, dan pangsit isi ayam lebih banyak diminati oleh para pengunjungnya.

Namun demikian, kalau mau dicampur dengan pilihan topping seperti kikil, gajih, dan daging sapi. Semua menu tambahan di kedai ini diolah dengan sangat lembut, seperti menyatu dengan tekstur mie itu sendiri. 

Belum lagi, bentuk mie yang pipih seperti kwetiau, hanya saja dipertipis dan diperpanjang lagi, membuat setiap sruputan sangat kaya dengan tekstur makanan yang lembut. Seorang bayi yang belum memiliki gigi dan udah waktunya dapat nutrisi makanan pendamping ASI pun bisa menyruputnya.

Ada lagi yang membuat Mie Yammie Pathuk ini terasa sangat bersentuhan dengan budaya nusantara, yakni dari jenis-jenis minuman yang ditawarkan. Kalau gue berbicara soal teh, menu olahan dari Kedai Yammie Pathuk ini sangat khas dengan aroma teh dari China. 

Adanya tangkai teh yang sengaja dibuat mengambang di atasnya menunjukkan bagaimana kedai ini sangat menjaga nilai tradisi dan aroma dari teh tersebut. Namun demikian, ada pula menu seperti Sekoteng dan Es Tape yang sejatinya merupakan minuman khas nusantara yang dipermutakhirkan.

Wujud mutakhir dari minuman tersebut bisa dilihat dari cara penyajiannya. Dulu, sekoteng disajikan dalam cangkir tanah liat, kini ia disajikan dengan gelas yang umumnya dipakai untuk minum bir. Es tabung yang mengambang di atasnya bisa menjadi pilihan bagi yang menyukai rasa rempah-rempah dingin yang menyegarkan. 

Nah, kalau tape biasanya kan dimakan sebagai cemilan berkarbonasi—yang juga sering disimpan sebagai bahan dasar tuak. Masyarakat nusantara mengenal tuak sebagai minuman keras yang khas, yang biasa digunakan sebagai simbol petualangan di hutan-hutan atau bekal perjalanan jauh yang menjadi ramuan penjaga stamina tubuh.

Civs yang gak suka atau gak boleh minum alkohol gak perlu khawatir! Sebab, Es Tape di Kedai Mie Yammie Pathuk belum mengalami proses alkoholisasi, masih pada tahap cemilan berkarbonasi yang diberi air segelas dan diberi gula. Es tabung yang juga melayang-layang di dalamnya memberi kesan kesegaran tiada tara, apalagi kalau lo minum dan makan di kedai ini pas siang-siang. Jogja panas banget cui!

Kebetulan gue sering makan di sini pas di Jogja, tapi lebih milih waktu malam. Soalnya, pas malem-malem gitu suasana temaram di kedai ini lebih terasa romantis. Gue juga lebih suka minum es malem-malem gitu, soalnya Jogja masih tetep gerah di malem hari Civs! Biasanya, gue juga sengaja parkir berlama-lama di sini sambil jalan-jalan ke Malioboro sebentar. 

Gue saranin, kalau lo main ke Jogja, sempetin makan di kedai Mie Yammie Pathuk ya Civs! Gue jamin lo bakal ketagihan. Oh ya, kalau area sasaran wisata lo daerah utara dan lagi males ke Malioboro, tenang aja masih ada kedai Mie Yammie Pathuk deket Nologaten, area kampus UPN dan Sanata Dharma. Gampanglah! Kalau udah tersesat di Jogja, mau di utara atau selatan, Kedai Mie Yammie Pathuk selalu siap jadi sasaran. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Hamdan Mukafi

Selamanya penulis