Stories

MAKOTO SHINKAI: KREATOR ‘KIMI NO NAWA’ DAN ‘TENKI NO KO’

Dunia industri kreatif khususnya perfilman pasti nggak asing sama Makoto Shinkai, baik di negara asalnya maupun di Indonesia. Selain beberapa karyanya yang familiar, ternyata masih banyak karya Makoto Shinkai yang juga sukses membuat penontonnya terpukau.

title

FROYONION.COM - Bagi para pecinta animesiapa sih yang tidak mengenal Makoto Shinkai? Sosok animator Jepang yang mampu memukau penggemarnya dan industri kreatif Indonesia sekalipun lewat karya-karyanya, seperti Kimi no Nawa dan Tenki no Ko. Kini, Makoto Shinkai menjadi salah satu sosok yang begitu dikenal di Jepang hingga dunia karena karyanya tersebut. Memadukan unsur romansa dengan tragedi alam serta animasi yang mendetail merupakan ciri khas Makoto dalam menyihir dan memanjakan mata penggemarnya lewat anime yang dibuatnya.

Makoto Shinkai lahir di Nagano pada tanggal 9 Februari 1973 dengan nama Makoto Niitsu. Dikutip dari laman Shinkai Works pada Kamis, 19 Mei 2022, dijelaskan bahwa setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Chuo, Makoto mulai bekerja selama lima tahun untuk membuat video klip untuk game dan desain grafis di perusahaan Nihon Falcom. Ia berpartisipasi sebagai sutradara video opening serta trailer dalam beberapa game seperti, The Legend of Heroes V: A Cagesong of the Ocean (1999), Ys II Eternal (2000), dan Bittersweet Fools (2001). Makoto ingin mewujudkan keinginannya saat semasa sekolah untuk membuat sebuah manga, anime, dan novel. Anime favoritnya adalah Castle in the Sky karya Hayao Miyazaki. 

Pada tahun 1999, Makoto berhasil debut lewat film pendeknya yang berjudul She and Her Cat dengan durasi kurang lebih sekitar 15 menit. Setelah menggarap film pendeknya tersebut, kini Makoto mulai serius untuk menggarap film anime berikutnya. Penasaran apa saja judul-judul film anime terbaik Makoto lainnya? Yuk, kita simak artikel ini sampai habis!

Hoshi no Koe (Voices of a Distance Star)

Hoshi no Koe (Voices of a Distance Star). (Sumber:  The Outerhaven)
Hoshi no Koe (Voices of a Distance Star). (Sumber:  The Outerhaven)

Hoshi no Koe atau Voice of a Distance Star merupakan Karya film anime pertama Makoto Shinkai yang dirilis pada bulan Februari 2002 ini memiliki durasi sekitar 25 menit. Menceritakan dua orang siswa sekolah menengah bernama Mikako Nagamine dan Noboru Terao yang merupakan teman dekatnya di kegiatan klub sekolah yang sama.

Di suatu hari pada musim panas tahun 2046, Mikako memberi kabar temannya Noboru bahwa dia telah dipilih sebagai anggota terpilih Angkatan Udara Antariksa dan harus meninggalkan bumi di tahun berikutnya. Sementara itu, Noboru memilih untuk meneruskan sekolah menengah atas di Jepang. Seiring dengan berjalannya waktu, dan karena dampak perbedaan putaran waktu dan jarak, koneksi mereka berdua pun mulai terputus dan memisahkan mereka.

Dikutip dari situs IMDb, Hoshi no Koe mendapatkan rating nilai sekitar 7,2  dari 8,9 ribu pengunjung. Film animenya ini juga mendapatkan adaptasi manga oleh Mizu Sahara serta garapan novel oleh Waku Ooba. Hoshi no Koe juga mendapat respon yang positif dari pasar film Internasional maupun industri kreatif Indonesia. 

Kumo no Muno, Yakusoku no Basho (The Place Promised in Our Early Days)

Kumo no Muno, Yakusoku no Basho (The Place Promised in Our Early Days). (Sumber: The Outerhaven)
Kumo no Muno, Yakusoku no Basho (The Place Promised in Our Early Days). (Sumber: The Outerhaven)

Kumo no Muno, Yakusoku no Basho ini merupakan Film kedua Makoto yang rilis pada November 2004, memiliki durasi sekitar 90 menit. Film ini menceritakan kisah dua orang sahabat Hiroki dan Takuya yang terkagum dengan menara misterius yang sangat tinggi.

Suatu hari, Sayuri teman sekolah mereka ingin melihat tempat Hiroki dan Takuya bekerja yang kebetulan dekat dengan lokasi menara tersebut. Sayuri merasa senang, dan mereka bertiga pun berjanji untuk mengunjungi tempat itu bersama.

Secara misterius, Sayuri tiba-tiba menghilang. Karena menghilangnya sayuri, Hiroki dan Takuya kehilangan semangat dan memutuskan untuk berpisah. Tiga tahun berlalu, Takuya dan Hiroki baru mengetahui jika selama ini Sayuri dalam kondisi koma di rumah sakit akibat narkolepsi ekstrim yang membuatnya terjebak di dunia paralel yang terhubung dengan menara tersebut.  

Berkat film animenya ini, Makoto Shinkai berhasil meraih penghargaan sebagai Film Animasi Terbaik di Mainichi Film Concours 2004. Dikutip dari situs IMDb, film ini mendapatkan rating nilai 6,9 dari 14 ribu pengunjung. Sungguh merupakan inspirasi bagi industri kreatif Indonesia. 

5 Centimeters per Second

5 Centimeters per Second. (Sumber: Netflix)
5 Centimeters per Second. (Sumber: Netflix)

5 Centimeters per Second merupakan film anime dengan genre romantis ala Jepang yang mengisahkan karakter utamanya Takaki Tono. Film ini dibagi menjadi 3 chapter yang terdiri atas perkembangan karakter dan kedewasaan tokoh utama dalam mempelajari arti cinta. masing-masing dari bagian chapternya berdurasi sekitar 22 menit. Ketiga chapter tersebut memiliki judul: “Cherry Blossom” di chapter ini, menceritakan bagaimana awal pertemuan Takaki dengan cinta pertamanya bernama Akari saat masih SD. Pada saat memasuki sekolah menengah pertama, Takaki dan Akari terpaksa harus berpisah karena kondisi dan keadaan.

Chapter kedua berjudul “Cosmonaut”. Di part ini, fokus cerita lebih berfokus pada kisah seorang gadis bernama Kanae Sumida yang jatuh cinta dengan tokoh utamanya Takaki Tono. Takaki tidak mampu mengungkapkan perasaannya kepada Kanae, hal ini menyebabkan Kanae berpikir bahwa Takaki sedang mencari seseorang yang istimewa di hatinya dan membuat Kanae enggan untuk mengungkapkan perasaannya.

Chapter terakhir berjudul “5 Centimeters per Second”. Pada chapter ini, lebih ditonjolkan pada kisah Takaki ketika yang sudah dewasa yang masih mencintai dan menunggu Akari. Disisi lain, Akari pun juga masih memiliki perasaan yang sama terhadap Takaki, meski ia sudah memiliki calon dan akan segera melangsungkan pernikahannya.

Film ini tercatat memenangkan penghargaan Best Animated Feature Film di Asia Pacific Screen Awards 2007. Film ini juga mendapatkan adaptasi dalam bentuk novel pada November 2007 dan manga pada bulan Juli 2010 yang diilustrasikan oleh Seike Yukiko. Dikutip dari situs IMDb, film ini mendapatkan rating nilai 7,5 dari 57 ribu pengunjung. Nggak heran kalau film ini juga banyak menginspirasi dunia film dan industri kreatif Indonesia. 

Kotonoha no Niwa (The Garden of Words)

Kotonoha no Niwa (The Garden of Words). (Sumber: Mubi.com)
Kotonoha no Niwa (The Garden of Words). (Sumber: Mubi.com)

Kotonoha no Niwa pertama kali dirilis pada 31 Mei 2013 di Jepang. Kotonoha no Niwa dianggap sebagai film anime yang menyuguhkan visualisasi dan sinematografi terbaik pada setiap adegannya. Film ini mengisahkan tentang Takao Akizuki yang merupakan siswa SMA berusia 15 tahun yang memiliki cita-cita sebagai pembuat sepatu. Pada kelas pertamanya, ia memilih untuk membolos dan menggambar sketsa sepatu di sebuah taman di Shinjuku Gyoen yang tanpa sengaja bertemu dengan seorang gadis misterius berusia 27 tahun bernama Yukari Yukino.

Film ini berdurasi sekitar 45 menit, Kotonoha no Niwa sempat mendapat peringkat tertinggi di iTunes Store selama tahun 2013 dan terpilih sebagai Animasi Terbaik di tahun 2013. Dikutip dari situs IMDb, film ini mendapatkan rating nilai 7,4 dari 43 ribu pengunjung.

Kimi no Na wa (Your Name)

Kimi no Na wa (Your Name). (Sumber: Digstraksi)
Kimi no Na wa (Your Name). (Sumber: Digstraksi)

Film ini tercatat sebagai film anime terbaik Makoto Shinkai sepanjang masa. Film ini cukup melejit dan mendapatkan banyak apresiasi yang positif dari para pengamat film. Film ini dirilis pada tahun 2016, dan mampu meraih pendapatan sebanyak 20,51 miliar Yen atau setara dengan total 15,78 juta penonton di seluruh dunia.

Kimi no Na wa mengisahkan tentang dua remaja SMA bernama Taki Tachibana dan Mitsuha Miyamuzu yang dapat bertukar tubuh secara tiba-tiba pada saat mereka tidur. Awalnya mereka mengira bahwa ini semua hanyalah mimpi, akan tetapi hal tersebut terus terjadi hingga mereka saling menulis note di handphone masing-masing sebagai peraturan atas tubuh mereka. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai saling jatuh cinta. Sayangnya, setelah terjadi hujan komet pada festival musim panas, Mitsuha dan Taki tak kunjung bertukar kembali.

Anime berdurasi 107 menit ini sukses mengantarkan Makoto Shinkai sebagai sutradara terbaik dalam berbagai ajang penghargaan. Menurut situs IMDb, film ini mendapatkan rating nilai 8,4 dari 233 ribu pengunjung.

Tenki no Ko (Weathering With You)

Tenki no Ko (Weathering With You). (Sumber: Exploid)
Tenki no Ko (Weathering With You). (Sumber: Exploid)

Tenki no Ko adalah film anime bergenre romantis fantasi yang dirilis pada tahun 2019. Film ini mendapatkan ulasan positif pada nilai animasi, narasi, musik, serta bobot emosional yang sempurna. Film ini sudah meraup lebih dari 193,65 juta USD atau berkisar Rp 2,7 triliun dari seluruh dunia dan menjadi film Jepang terlaris pada tahun 2019.

Film ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang melarikan diri dari rumahnya menuju Tokyo bernama Hodaka Morishima. Di Tokyo, Hodaka bertemu dengan seorang pria bernama Keisuke Suga yang merupakan seorang pemilik perusahaan penerbit indie yang membahas seputar hal supranatural. Sejak pertemuan tersebut, Hodaka bekerja sebagai penulis lepas dan diminta untuk mengusut cerita tentang gadis matahari yang tersebar di internet.

Suatu hari Hodaka bertemu dengan seorang gadis bernama Amano Hina yang memiliki kemampuan mengendalikan cuaca. Sejak saat itu, petualangan mereka pun terus berlanjut.

Itulah sederet film anime terbaik karya Makoto Shinkai. Kalau lo semua udah nonton yang mana aja nih? Di akhir tahun 2022 mendatang, Makoto juga akan merilis sebuah film yang berjudul Suzume no Tojimari. Kira-kira, kesuksesannya akan menyusul Kimi no Nawa dan Tenki no Ko nggak ya? Juga, smeoga karya-karya Makoto Shinkai bisa terus menginspirasi semua orang dan khususnya perkembangan industri film dan industri kreatif Indonesia! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Elsa Evangelica

Elsa Evangelica