Esensi

THRIFT PAKAIAN DALAM, LINGERIE, BIKINI, DAN SEJENISNYA: KOK ADA YANG BELI?

Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata lingerie? Baju dinas buat ibu-ibu ini kebanyakan yang punya tuh orang yang udah berumah tangga, tapi ada juga anak muda yang punya karena bahannya yang tipis dan semriwing. Kok bisa ada thrift shop yang jual beginian?

title

FROYONION.COM - Belakangan ini memang lagi booming banget soal thrifting baik di luar negeri maupun dalam negeri. Di Indonesia sendiri juga menjamur banget thrift store bahkan pasar khusus pakaian bekasada juga yang dijual secara online. Hal ini juga menjadi persaingan ketat antara penjual baju bekas dan penjual baru baru.

Gue sendiri juga suka berburu pakaian bekas khususnya celana dan jaket. Kalau atasan semacam kaos, kemeja, dan sejenisnya nggak begitu minat banget karena prinsip gue ketika thrifting adalah ‘thrift boleh, asal jangan kaos’. Kenapa bisa gitu? Karena gue sendiri kalau berkeringat banyak tuh paling banyak di bagian badan, terutama ketiak.

Walaupun sudah dicuci, gue rada aneh aja dan nggak nyaman ketika memakai baju orang lain (pakai lungsuran dari keluarga aja jarang, apalagi ini). Selain itu, kaos tuh cepat memble (melar), apalagi kalau dicuci berkali-kali. Belum lagi kalau udah gapuk (rapuh dan rantas dimakan usia), kan banyak banget tuh thrift shop yang jual kaos dari tahun 90-an bahkan ada yang dari tahun 80-an.

Beda cerita kalo thrifting-nya celana dan jaket, kedua barang ini tuh lebih tahan lama dari pakaian lainnya (tergantung bahannya dan menyimpannya sih). Jadi itulah mengapa gue kalau thrifting lebih ke celana sama jaket aja, ini preferensi pribadi aja sih.

Ngomongin soal pakaian bekas, lo tau nggak sih kalau ada yang jual thrift pakaian dalam, lingerie, bikini, dan sejenisnya? Kok bisa ada sih? Thrifting kaos aja udah rada aneh menurut gue, apalagi ini? Lebih anehnya lagi, kok ada yang beli?

YAKIN MAU BELI PAKAIAN DALAM BEKAS?

Well, selama ini di dalam pikiran gue ketika orang memutuskan untuk membeli pakaian bekas adalah lebih hemat biaya pengeluaran, dan mengurangi sampah tekstil. Gue juga nggak menyalahkan orang yang beli kaos bekas gambar musisi favoritnya atau merek pakaian terkenal, namun bagaimana dengan pakaian dalam?

Yang terlintas di pikiran gue adalah, bagaimana cara penjual membersihkan kerak yang ada di pakaian tersebut? Pasti lo tau kan maksud gue? Di dalam tubuh kita ini memiliki cairan istimewa yang keluar dari alat vital. Apakah lo mau memakai bekas mereka? 

Padahal kita juga nggak tau siapa mereka ini dan asal-usul mereka. Kita juga nggak tau seberapa brutal pemakai sebelumnya. Belum lagi kalau yang punya ini sudah meninggal. Serem juga kalau malem-malem di datangi perkara pakaian dalam mereka ketinggalan di lemari kita wkwk.

Katakanlah pakaian tersebut buatan Eropa/Kanada yang bahannya benar-benar sangat bagus dan model vintage-nya yang unik dengan bahan tertentu. Namun bagaimana dengan bagian dalamnya? Dicuci pun bakal mengerak bahkan tayumen (bintik hitam akibat jamur) kalau nggak bersih nyucinya.

Oke, semisal penjual telah mengganti bagian lapisan dalamnya dengan kain baru,  tapi bagaimana dengan karet pinggangnya? Belum lagi soal pakaian dalamnya dicoba sama penjual untuk foto produk kemudian dijual via online. Iya memang dicuci sih, tapi gimana ya…

Lalu bagaimana dengan cheeky, thong, atau panties jenis lainnya? Gue rasa pakaian khusus wanita yang satu ini memang rada pusing buat membersihkannya karena bahannya yang beragam. Ada yang bahannya cotton, polyester, silk, satin, bahkan full lace atau renda brokat yang pastinya tidak tebal seperti kaos.

Bahan-bahan tersebut tidak tahan panas kalau dicuci menggunakan air hangat, bisa-bisa malah rapuh. Selain itu pengering panas juga tidak cocok untuk membersihkan pakaian ini. Kalau dijemur di bawah sinar matahari, warnanya akan memudar dan kusam. Jadi serba salah deh pokoknya.

Kalau lingerie sih masih mending ya, karena tidak menempel di bagian intim. Walaupun tidak menempel langsung di bagian intim, seragam dinas satu ini kalau lagi digunakan untuk berdinas udah beda lagi (lo tau kan maksud gue wkwk). Ada penggunanya yang bertingkah seperti reog dan sebagainya.

Swimwear atau bikini? Lo yakin mau pakai bekas mereka yang notabene-nya pakaian ini tuh sering buat berenang di bawah terik matahari (berendam di air abis itu berjemur, auto cepet rapuh). Belum lagi kalau mereka kencing di celananya karena mereka pikir air kencingnya bakal hanyut sama air laut. Yang ada malah air kencingnya bakal membasahi seluruh badan mereka, begitu juga ke pakaian tersebut.

Kalau begitu, bagaimana solusinya jika memutuskan untuk tidak berhemat dalam hal pakaian dalam, lingerie, bikini, dan sejenisnya? Pastinya makin banyak dong sampah tekstil yang menumpuk

Solusi

Setau gue, H&M dan Zara menerima pakaian bekas dari semua merek untuk di daur ulang. Namun di Indonesia sendiri, gue belum begitu tau apakah toko mereka yang tersebar di Indonesia mau menerimanya atau tidak.

Di luar negeri, ada banyak sekali organisasi atau website yang mau menerima pakaian bekas tersebut. Ada Earth911RidwellSimple RecyclingTerracycle, dll. Ada juga organisasi nirlaba yang menampung pakaian dalam yang masih layak pakai untuk disumbangkan ke orang yang tidak mampu atau terkena bencana, seperti I Support The GirlsFree The Girlsatau The Undies Project.

Kalau di indonesia, ada prototipe berbentuk kotak cerdas yang bernama Bhusana dari tim Go Go Haf yang isinya mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Lo bisa menyumbangkan pakaian bekas yang udah nggak terpakai di sini. Kemudian mereka akan membaginya menjadi 3 kelompok, yaitu pakaian layak pakai (untuk disimbangkan jika ada bencana), pakaian kerusakan minor (untuk dibuat kerajinan), dan pakaian rusak (untuk dikirim ke pabrik daur ulang dan dijadikan benang).

Selama ini yang gue terapkan cuma memotong pakaian tersebut menjadi potongan kecil, kemudian dijadikan pupuk kompos. Short pants bekas emak gue juga dijadikan lap kompor, bahkan lingerienya juga dijadikan lap kandang burung sama bapak gue. Ya begitulah adanya, hehe.

ALASAN WANITA MEMBELI PAKAIAN DALAM BEKAS

Oke, kita balik lagi ke thrifting pakaian dalam tadi. Sebenarnya tidak ada resiko yang mewarisi segala bentuk bakteri atau penyakit (ini juga berlaku di thrift kaos tadi). Kalau ngerti cara cuci yang benar, pasti bakterinya juga akan musnah semua. Yang jadi permasalahan hanyalah kenyamanan dalam memakainya.

Ada loh para wanita yang memilih untuk membeli pakaian dalam mereka di toko pakaian bekas. Bukan karena mengurangi sampah tekstil, tapi karena masalah malam panas mereka yang terlalu mahal. Mana harus ke salon dulu, membeli lingerie yang cantik, perawatan badan dulu, belum beli parfumnya, budget hotelnya juga lumayan menguras kantong. 

Ada juga yang membeli pakaian tersebut dengan alasan merek terkenal dari Kanada dan Eropa, seperti Victoria’s Secret sampai La Senza dengan harga yang sangat murah. Ada juga yang beralasan karena modelnya yang unik dan vintage banget kayak punyanya granny-granny jaman dulu. Kan udah jarang tuh ya yang jual lingerie model vintage, kalaupun ada pasti harganya mahal.

Itulah mengapa para wanita ingin memangkas budget malam panas mereka yang terlalu mahal dengan cara membeli pakaian bekas tadi. Gue mencari-cari jawaban pertanyaan tersebut di Youtube dan Twitter, rata-rata alasan para wanita ini hampir sama seperti di atas. Terus gimana ya perasaan lawan mainnya kalau tau yang dikenakan itu pakaian bekas dari pasar loak? Duh nggak kebayang wkwk.

Para thrifter pasti lebih tau perihal membeli pakaian bekas yang satu ini. Mereka lebih mengerti dalam memilah barang mana yang worth to buy atau enggak. Namun, sebisa mungkin gue tidak akan membeli barang tersebut hanya karena alasan menghemat anggaran atau mengurangi sampah tekstil atau seperti alasan di atas.

Pada dasarnya, yang gue lihat sekarang adalah para thrifter ini juga nggak bisa dibilang hemat, karena mereka juga berburu banyak pakaian dengan menghabiskan uang yang mereka punya. Persetan dengan menghemat budget dan mengurangi sampah tekstil kalau lo masih berburu pakaian sampai lemari lo penuh. Jalan satu-satunya ya hidup minimalis. (*/)

BACA JUGA: LO HOBI THRIFT SHOPPING ATAU BELANJA BAJU BEKAS? BEGINI CARA MEMBERSIHKANNYA!

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Dynasti Savira

Investor Reksadana, pro player Blossom Blast Saga, pegiat hidup monoton, dan penikmat seni tapi bukan air. Motto hidup : Semua masalah pasti akan berlalu, iya berlalu lalang.