Esensi

MENGATASI ‘EMOTIONAL DUMPING’ DENGAN MENETAPKAN BATASAN DAN EMPATI

Seseorang yang melakukan “emotional dumping” enggan mengakui kesalahan dan cenderung menyalahkan orang lain. Padahal mencari solusi bersama-sama bisa membuat hubungan jadi lebih sehat.

title

FROYONION.COMDalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menemukan diri kita membagikan masalah atau beban emosional kepada orang lain. Namun, tahukah kita bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mengeluarkan emosi dan membanjiri orang lain dengan beban emosional kita? 

Dalam dunia psikologi, perbedaan ini dapat memiliki dampak yang besar terhadap kesehatan mental kita dan hubungan dengan orang lain.

Menurut Judith Orloff, seorang psikiater terkenal, dalam bukunya "The Empath’s Survival Guide", ada dua konsep yang perlu kita kenal yaitu Healthy Venting dan Emotional Dumping

Healthy Venting adalah ketika seseorang membagikan emosinya kepada orang lain dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi. 

Di sisi lain, Emotional Dumping adalah ketika seseorang mencari kelegaan saat emosinya sedang tinggi tanpa mencari solusi yang tepat.

BACA JUGA: EFEK CUACA PANAS BAGI KESEHATAN MENTAL DAN EMOSI

Emosi yang dilepaskan secara berlebihan bisa termanifestasi dalam beberapa bentuk yang merugikan hubungan dan pertumbuhan individu. 

Pertama, hal itu sering ditandai dengan sikap defensif yang menyalahkan orang lain atau faktor luar daripada mengakui tanggung jawab pribadi. 

Selain itu, cenderung menghindari tanggung jawab diri sendiri dengan memproyeksikan kesalahan, menghambat perkembangan pribadi dan penyelesaian masalah.

Lebih lanjut, terfokus pada peristiwa pemicu daripada mengatasi emosi yang mendasarinya bisa memperburuk masalah dan menghambat penyelesaian. 

Mengadopsi mentalitas korban dan menyalahkan lebih mudah daripada mencari solusi, yang dapat menyebabkan konflik yang tak kunjung selesai. Selain itu, menolak umpan balik atau perspektif alternatif bisa menghambat penyelesaian dan pembelajaran.

BACA JUGA: NGGAK SELALU BURUK KOK, EMOSI BISA BIKIN LO LEBIH KREATIF

Individu yang melakukan Emotional Dumping cenderung enggan mengakui kesalahannya dan seringkali menyalahkan orang lain. Di sisi lain, dalam venting, pencerita mengambil tanggung jawab atas emosinya tanpa menyalahkan orang lain. 

Mencari solusi masalah dengan memperhatikan keadaan pendengar akan membangun hubungan yang lebih sehat. Jika tidak, Emotional Dumping bisa menjadi toxic bagi kedua belah pihak, karena pendengar merasa kelelahan dan pencerita cenderung hanya memikirkan dirinya sendiri. 

CARA MENETAPKAN BATASAN TERHADAP EMOTIONAL DUMPING

Dalam situasi di mana seseorang terus-menerus membagikan masalahnya kepada kita tanpa memperhatikan perasaan dan waktu kita, penting untuk menetapkan batasan. 

Menetapkan batasan merupakan langkah penting untuk melindungi energi dan kesejahteraan emosional kita, sekaligus memberikan kesadaran kepada orang lain tentang kebutuhan kita.

Langkah pertama dalam menetapkan batasan adalah menyadari batas diri kita sendiri dan memiliki keberanian untuk menyampaikannya dengan jelas. 

Meskipun pada awalnya mungkin terasa sulit atau tidak nyaman, menetapkan batasan ini akan membantu kita memperkuat rasa percaya diri dalam menjaga kesejahteraan emosional.

BACA JUGA: AWAN .FEAST: MELEPASKAN EMOSI NEGATIF DENGAN BERSEPEDA JAKARTA-BANDUNG

Beberapa cara untuk menetapkan batasan dalam situasi seperti ini adalah dengan mengkomunikasikan batasan secara langsung. 

Misalnya, kita bisa menyatakan bahwa kita hanya memiliki waktu untuk mendengarkan cerita selama beberapa menit, atau menyampaikan bahwa kita sedang tidak dalam kondisi untuk memberikan perhatian penuh. 

Dengan cara ini, kita bisa menjaga keseimbangan antara mendengarkan orang lain dan menjaga kesejahteraan diri sendiri.

Setelah kita menetapkan batasan yang jelas dalam komunikasi, langkah selanjutnya adalah membantu mengubah perilaku emotional dumping menjadi healthy venting dengan praktek mendengarkan secara aktif. 

Mendengarkan secara aktif adalah keterampilan yang sangat berharga, terutama bagi mereka yang cenderung melakukan emotional dumping, karena hal itu dapat membuat hubungan berbagi menjadi lebih seimbang dan bermanfaat bagi kedua belah pihak.

Ketika kita belajar untuk mendengarkan dengan baik, kita juga secara tidak langsung memperkuat kemampuan untuk mendengarkan diri sendiri. 

Ini menjadi kunci penting dalam mengurangi kecenderungan untuk melakukan emotional dumping, karena kita menjadi lebih terampil dalam memahami dan mengelola emosi kita sendiri.

Dalam praktik mendengarkan secara aktif, fokus utama kita adalah pada orang yang sedang berbicara dan apa yang mereka coba sampaikan. 

Ini melibatkan tidak hanya mendengarkan kata-kata yang diucapkan, tetapi juga memperhatikan ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan nada suara mereka. 

Penelitian oleh Altabef, David, dkk. (2017) menunjukkan bahwa kemampuan kita untuk memperhatikan semua aspek komunikasi verbal dan nonverbal tersebut berhubungan dengan peningkatan emosi yang lebih besar dan perasaan keterhubungan dengan orang yang sedang berbicara. 

Dengan demikian, mendengarkan secara aktif bukan hanya tentang mendukung orang lain, tetapi juga tentang meningkatkan hubungan emosional dan keterhubungan antara individu.

Bagian dari proses mengeluarkan emosi adalah menjadi berempati. Empati merupakan suatu kemampuan yang memungkinkan seseorang untuk melihat, merasakan, atau memahami sesuatu dari sudut pandang orang lain, dan menggunakan pemahaman tersebut untuk membentuk tindakan yang sesuai. 

Dalam konteks mengeluarkan emosi, memiliki kemampuan empati berarti mampu memahami dan merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain.

Namun, penting untuk memahami bahwa empati tidak sama dengan kebaikan hati, simpati, atau kasihan. 

Perbedaannya terletak pada fakta bahwa empati melibatkan rasa ingin tahu yang mendalam, kemampuan mendengarkan secara aktif, dan kesediaan untuk secara aktif memasuki pengalaman orang lain. 

Ini berarti bahwa seseorang yang berempati tidak hanya merasa sedih atau bersimpati dengan kesulitan orang lain, tetapi juga benar-benar berusaha memahami perasaan, pikiran, dan pengalaman mereka.

Dalam konteks proses mengeluarkan emosi, kemampuan untuk berempati sangat penting. Ketika seseorang merasa didengar, dipahami, dan didukung secara emosional oleh orang lain, hal itu dapat memberikan rasa lega dan membantu mereka merasa lebih terhubung dengan orang lain. 

Selain itu, berempati juga dapat meningkatkan kesejahteraan mental seseorang dengan menciptakan ikatan sosial yang kuat dan saling pengertian antara individu.

Penting untuk selalu jujur dengan diri sendiri tentang kemampuan kita ketika ingin mendukung orang lain. Setelah mempertimbangkan kebutuhan dan ketersediaan waktu kita, mungkin kita menyadari bahwa kita tidak memiliki kapasitas untuk mendengarkan orang lain. 

Meskipun sulit, terkadang hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah mendorong mereka untuk mencari bantuan dari sumber lain.

Beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mendorong self-care orang lain adalah dengan mengingatkan mereka tentang teman atau keluarga yang bisa mereka percayai untuk diajak berbicara, menyarankan mereka untuk mencari bantuan dari seorang terapis, atau mendorong mereka untuk menjalani aktivitas seperti olahraga atau latihan mindfulness. 

Mengajak mereka untuk menjaga diri sendiri dan memilih perawatan yang tepat bagi kebutuhan mereka dapat menjadi kontribusi yang berharga dalam mendukung kesejahteraan mereka. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Abdillah Qomaru Zaman

Lulusan Ilmu Politik, freelance penulis dan pelatih silat.