Esensi

JANGAN BELI BARANG PRELOVED SEBELUM TAU HAL INI

Hal-hal di bawah ini bisa jadi pegangan lo saat membeli pakaian bekas. Memangnya apa aja sih?

title

FROYONION.COM - Lo pasti udah nggak asing lagi dengan istilah preloved atau thrifting, yaitu berburu barang bekas, entah apapun itu. Di Indonesia sendiri, istilah thrifting biasanya merujuk pada membeli pakaian bekas. Banyaknya toko penjual baju bekas juga membuat thrifting di Indonesia cukup populer.

Gue sendiri juga suka thrifting baik offline maupun online. Biasanya kalau thrifting fashion, gue nyarinya celana sama jaket, kadang juga nyari outer lengan pendek atau vest. Kalau barang lainnya sih biasanya kamera, mainan, kadang juga buku atau komik (apalagi buku ghaib yang udah nggak rilis lagi).

Ketika gue lagi thrifting, ada beberapa prinsip yang gue pegang biar gue nggak kehilangan arah mau beli apa. Sebenarnya penting nggak penting sih, tapi beberapa hal ini bisa jadi pegangan atau batasan agar nggak zonk, baik barangnya atau pengeluarannya.

1. TETAPIN ANGGARAN

Walaupun thrift, namun masih ada juga loh penjual yang mematok harga yang nggak manusiawi, terutama celana. Gue kadang bingung banget sama penjual yang matokin di harga 400 ribuan ke atas untuk model, merk, dan bahan yang nggak begitu wah banget. Untuk celana seukuran gue (biasanya beli ukuran antara 29-32), harga tersebut lumayan mahal. Kalo ukurannya jumbo mah percaya aja gue kalau ada yang harga segitu.

Nah tipsnya lo bisa netapin budget dulu sebelum berburu. Misal lo mau beli jaket, sebisa mungkin lo matokin harga maksimal per pcs-nya berapa. Gue biasanya kalo urusan beli jaket maksimal di harga 200 ribu. Ini juga berlaku untuk barang lainnya, jadi lo matokin sendiri budget per pcs-nya berapa. Ini bertujuan agar tidak terlalu boros untuk membeli barang bekas.

2. EKSTRA TELITI 

Selayaknya ketika membeli barang baru, harus teliti apakah ada yang minus apa enggak. Beli pakaian baru aja telitinya sampai jahitan bagian dalam, apa lagi beli pakaian bekas? Harus benar-benar teliti sampai mata panas, apalagi pakaian. Lo tau sendiri kan pakaian bekas tuh rawan sama minus.

Cek dulu apakah bahannya masih oke atau enggak, warnanya udah memudar atau belum. Bahan di spot yang sering terekspos (khususnya celana) seperti bagian dengkul udah menipis atau belum. Terus ada spot noda di pakaiannya apa enggak, karena jika penjual udah nyuci pun pasti masih ada noda yang tertinggal karena nyucinya pasti nggak satu-persatu.

Begitu juga barang bekas lainnya, seperti kamera. Wah kalau kamera sih harus super duper teliti, apalagi di bagian lensanya yang rawan jamur dan baret. Kelengkapan lainnya juga harus dipertanyakan biar lo nggak perlu nyari di tempat lainnya.

3. BERANI NAWAR

Kalau berburu pakaian bekas di pasar atau acara thrifting, lo harus berani nawar ke penjualnya. Namun jangan asal nawar doang, lo harus punya alasan yang logis dan argumen yang kuat agar penjual juga percaya sama lo.

Lo bisa mulai dengan nunjukin hal yang menjadi minus dari pakaian tersebut, atau ukuran tersebut seharusnya di harga sekian. Lo juga bisa ngasih alasan kenapa minus yang ada di pakaian menjadi faktor penting. Misal kayak nawar celana yang ada nodanya, nah itu noda bisa dihilangkan atau diakali apa enggak, terus kalau diakali bakal keluar budget lagi apa enggak. 

Bisa juga nawar karena fitur celana yang nggak lengkap, kayak ada sakunya apa enggak, terus bagian karet pinggang masih oke atau enggak, dan sebagainya seperti di poin sebelumnya. Itu bisa jadi argumen yang kuat buat lo nawar. Ini berlaku buat semua barang sing sebenarnya, nggak melulu pakaian.

4. KUMPULIN STAMINA DAN WAKTU BUAT EKSPLOR

Biasanya kalau penjual barang bekas di pasar gitu pasti ada penjual lainnya juga yang jualan barang bekas. Sebisa mungkin jelajahi seluruh tempat sampai paling pojok, apalagi kalau thrifting-nya di acara thrift, harus ngumpulin stamina dan waktu lebih untuk eksplor.

Dengan lo explore, lo bisa compare produk atau menentukan harga yang sesuai sama budget yang lo tetapkan tadi. Lo pasti akan menemukan barang yang cakep di antara barang yang menumpuk, penjual nggak akan ngelarang lo buat lihat-lihat doang kok. Semisal nggak ada barang yang cocok sama lo di penjual tersebut, lo bisa bilang kalau lo mau explore ke tempat lain dulu.

5. JANGAN SUKA BANDING-BANDINGIN DI DEPAN PENJUAL

Hah? Gimana maksudnya? Katanya di poin sebelumnya harus compare produk di beberapa penjual, kok ini nggak boleh membandingkan? Oke, izinkan gue bercerita.

Jadi gue bekerja jadi admin di salah satu toko yang berada di kota kecil. Terkadang gue juga melayani customer yang bingung mencari dimana letak suatu barang. Nah ada satu customer nih yang rese dan suka ngebandingin harga dengan toko sebelah.

Gue sendiri sih nggak masalah karena pembeli itu berhak untuk memilih mau beli barang di mana, paling gue cuma bilang ke ke pembelinya "Iya agak mahal sedikit karena untungnya buat gaji karyawan, hehe." Akan tetapi, mulut pembeli itu bikin rekan kerja gue pada kepanasan.

Nah itulah kenapa jangan pernah membandingkan apapun di depan penjualnya langsung, apalagi membandingkannya ketika pas nawar barang. Cukup lo batin aja nggak usah diomongin, karena hal tersebut bisa bikin sakit hati penjual. Mungkin ada penjual yang biasa aja ketika diomongin kayak gitu, tapi diam dan cari aman lebih baik daripada menimbulkan sakit hati. 

Lo cukup kasih argumen aja dengan barang yang mau lo beli Civs. Bisa juga ngebandinginnya dengan barang lain yang mereka punya aja, jangan dibandingkan dengan barang penjual lainnya, apalagi bandingin antara sesama penjual, BIG NO.

6. COBA BARANG DI LOKASI

Kalau thrifting di store-nya langsung, sebisa mungkin lo harus tes langsung produknya. Semisal lagi thrifting digicam, lo coba dulu itu produknya bisa nyala apa enggak. Terus hasilnya sesuai sama selera lo atau enggak. Kalau thrifting-nya kamera analog sih nggak perlu tau hasilnya ya, karena ribet kalo nunggu di cuci dulu filmnya wkwk.

Begitu juga kalau thrifting fashion, lo juga kudu coba dulu pakaiannya di tempat. Jadi lo bisa tau tuh cocok apa enggak sama bentuk badan lo, cocok apa enggak sama warna dan vibe yang pengen lo bawa. Soalnya thrifting fashion nih rada tricky juga, karena kudu menyesuaikan sama badan dan selera.

Ini bertujuan agar tidak adanya penyesalan saat sudah membeli barang tersebut. Harus dipikir dulu apakah barang tersebut bakal kepake berapa lama. Percuma beli barang tapi nggak dipakai sama sekali karena nyesel sudah beli barang yang nggak sesuai.

Kalau urusan merk, gue nggak begitu peduli banget karena yang gue cari itu yang sesuai dengan selera dan budget gue. Baik pakaian, kamera, mainan, buku, dan lain sebagainya gue beli yang sesuai dengan selera dan kesukaan gue.

Misal beli celana, gue cari yang sesuai dengan bentuk badan gue. Terus apakah bisa di mix & match dengan pakaian lainnya yang gue punya apa enggak. Jaket pun juga gitu, kebanyakan gue kalau nyari jaket yang warna aman aja karena biar bisa di mix sama atasan yang colorful.

Kamera juga gitu, gue pasti nyari yang hasil akhirnya yang sesuai selera gue. Misal beli digicam yang gue lihat dulu adalah hasil fotonya dulu, baru abis itu lihat model, kecacatan, dan kelengkapannya. Begitu juga dengan kamera analog, gue nyari dulu hasil fotonya di hastag Instagram atau Twitter.

Itulah beberapa hal yang jadi pegangan gue sebelum atau pas lagi thrifting. Nggak peduli mau thrifting jam berapapun nggak masalah menurut gue, karena setiap orang punya selera masing-masing dan rejeki dapat barang bagus itu ada di tangan Tuhan, hehe. (*/)

BACA JUGA: THRIFT PAKAIAN DALAM, LINGERIE, BIKINI, DAN SEJENISNYA: KOK ADA YANG BELI?

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Dynasti Savira

Investor Reksadana, pro player Blossom Blast Saga, pegiat hidup monoton, dan penikmat seni tapi bukan air. Motto hidup : Semua masalah pasti akan berlalu, iya berlalu lalang.