Books

BIBLIOTHERAPY: KETIKA BUKU JADI OBAT UNTUK MENGATASI KEKHAWATIRAN DALAM HIDUP

Satu lagi kegiatan unik yang bisa lo coba, yaitu bibliotherapy alias terapi dengan membaca buku yang terbukti bisa membantu lo mengatasi permasalahan mental.

title

FROYONION.COM - Berkontemplasi–menikmati momen sepi sambil memikirkan masa depan memang seru banget untuk dilakukan. Tapi seringkali, kegiatan ini malah berujung pada kekhawatiran berlebih atas ketidakpastian tentang masa depan kita. Ada satu kegiatan unik yang dinamakan bibliotherapy, alias terapi dengan buku/literatur yang diklaim bisa jadi obat untuk mengatasi kekhawatiran yang sering muncul itu, Civs.

Istilah ini ada sejak zaman Perang Dunia yang pertama. Saat itu, prajurit perang Amerika yang mengidap PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) sepulang dari pertempuran kemudian dibekali resep pengobatan mental berupa list buku bacaan oleh para pustakawan di sana.

Di waktu yang bersamaan di Inggris, novel karya Jane Austen yang berjudul Emma jadi resep bibliotherapy yang laris. Menceritakan tentang sosok wanita yang tinggal di pedesaan Inggris, yang harus mengerti bahwa hal terpenting dalam hidup adalah menikmati momen-momen kecil yang terjadi sehari-hari. Emma juga harus mengerti, bahwa dirinya nggak lebih penting ketimbang orang lain, intinya adalah menikmati hidup yang singkat ini dan mencoba untuk meluruhkan ego dalam diri.

Ella Berthoud, pengarang buku dan bibliotherapist asal London, menyebutkan kalau bibliotherapy didasarkan dalam konteks medis, yang menekankan pasien untuk membaca buku-buku tentang self-help. Tapi, Ella yang juga pendiri dari organisasi Internasional “The School of Life”, lebih memilih buku fiksi sebagai resep bibliotherapy, alasannya karena novel fiksi bisa memberikan pengalaman yang transformasional–mengubah hidup para pembacanya.

Selayaknya obat yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien, bibliotherapy pun menyesuaikan judul buku/novel untuk keluhan tertentu, Civs.

Ella memberi contoh, misalnya novel berjudul Room Temperature karya Nicholson Baker atau To Kill A Mockingbird karya Harper Lee yang cocok dibaca para laki-laki yang istrinya baru melahirkan, karena kedua novel itu menceritakan tentang figur ideal seorang ayah. Lebih lanjut, Ella bilang novel-novel ini bisa memberikan meditative thoughts ke para pembacanya.

Lalu, untuk orang-orang yang habis ditimpa banyak permasalahan secara beruntun, Ella memberikan resep novel The Hotel New Hampshire karya John Irving, yang juga menceritakan kisah keluarga dengan segala permasalahannya, namun pada akhirnya, permasalahan keluarga dalam novel itu dapat terselesaikan. Ending-nya diklaim sangat rewarding dan emosional bagi pembaca, Civs.

Selama ini, lo tahu bahwa membaca buku adalah hal yang bagus untuk dilakukan. Nggak hanya untuk mengisi waktu, baik untuk kesehatan mental, juga bisa meningkatkan kemampuan sosial lo.

Salah satu penelitian di pertengahan tahun 90-an mengubah hal yang tadinya sekadar asumsi menjadi fakta, Civs. 

Penelitian tentang mirror-neuron, atau sel otak yang bereaksi saat kita melakukan kegiatan secara langsung ataupun hanya mengamati seseorang melakukan kegiatan membuktikan bahwa ketika seseorang membaca sebuah cerita/pengalaman (dalam konteks buku fiksi), jaringan neuron yang sama seperti ketika mereka mengalami pengalaman itu sendiri juga ikut terstimulasi. Apa sih artinya?

Artinya, orang-orang yang membaca buku–terutama fiksi, cenderung lebih baik dalam berempati dan memahami perasaan orang lain. Buku-buku fiksi ini dapat meningkatkan empati serta kemampuan pembaca dalam mempersepsikan keadaan sosial di lingkungan sekitarnya.

Selain keuntungan secara sosial, membaca buku fiksi terbukti bisa menempatkan otak kita ke keadaan yang rileks, mirip dengan meditasi. Orang yang terbiasa membaca diklaim mendapatkan tidur yang lebih berkualitas, kepercayaan diri yang lebih tinggi, dan minimnya tingkat depresi ketimbang orang yang nggak membaca buku sama sekali.

Tapi sayangnya, di Indonesia, bibliotherapy masih kurang dikenal dan belum ada seseorang mengecap dirinya sebagai seorang bibliotherapist. Artinya, bibliotherapy masih harus dilakukan secara mandiri, kita perlu mencari referensi buku fiksi yang sesuai dengan kekhawatiran atau masalah mental yang kita alami masing-masing.

Jadi, kalau lo merasa khawatir, insecureoverwhelmed, atau merasakan hal apapun yang sedang mengganggu pikiran, cobalah bibliotherapy. Cari referensi buku, lalu pergi ke toko buku terdekat. Siapa tahu, pengalaman membaca itu bisa membuat lo merasa lebih lega dan membantu lo berpikir lebih baik di saat-saat yang sulit, Civs. (*/)

BACA JUGA: LO PENGEN MENULIS BUKU? BERIKUT TIPS DARI DEWI LESTARI YANG BISA LO TERAPIN

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Garry

Content writer Froyonion, suka belajar hal-hal baru, gaming, dunia kreatif lah pokoknya.