Esensi

APAKAH BAHAGIA SEPERTI NIKA DI ‘ONE PIECE’ ADA DI DUNIA NYATA?

Nika adalah tokoh dalam dunia manga One Piece yang memiliki kebahagiaan lestari. Apakah manusia bahagia seperti Nika ada di dunia nyata?

title

FROYONION.COM Nika (Biasa juga disebut Sun God Nika) merupakan seorang tokoh dalam semesta manga karya Eiichiro Oda, One Piece.  Para penggemar One Piece pastinya tak asing dengan Nika. Sosoknya sempat menggemparkan pada salah satu chapter One Piece

Nika sekarang menjelma dalam diri tokoh utama Monkey D. Luffy setelah ia memakan buah iblis yang ternyata bukanlah buah karet (Gomu-Gomu), tapi buah manusia (Hito-Hito) model Nika. 

Kekuatan Luffy jadi nggak masuk akal, buah iblis Nika begitu overpowered dengan segala kekuatan anehnya. Namun, yang menarik dari Nika bukan dari kekuatannya, tapi sifatnya. Dalam semesta One Piece, Nika adalah sosok yang selalu bahagia terus menerus.

Nika selalu membawa kebahagiaan kepada orang lain. Bukan hanya itu, tapi juga kebahagiaan bagi dirinya sendiri. Sosoknya selalu tertawa, tak ada beban dalam hidupnya. 

Dalam cerita One Piece, sifat tokoh yang paling mendekati Nika adalah Luffy. Tentunya penggemar One Piece bisa tau sifat Luffy seperti apa.

Oke, Luffy kan tokoh fiksi. Nah, kira-kira apakah sosok seperti Nika ini betulan ada nggak, sih, di dunia nyata? Mungkin banyak orang yang bisa menghibur orang lain, membuat orang bahagia, orangnya ketawa terus kalo ketemu, terlihat bahagia. 

Tapi ketika ia sendiri, nggak ada yang tahu, mungkin ia menderita, ada rasa sakit yang disembunyikannya, dan susah bahagia untuk dirinya sendiri. 

Sementara sosok Nika adalah tipe orang yang mau bareng teman, mau lagi sendiri dia betul-betul bahagia tanpa ada beban atau masalah sedikitpun. 

Jadi rasanya kalo dipikir-pikir rasanya sosok seperti Nika hampir mustahil ada di dunia nyata. 

SEDIH BAWAAN LAHIR?

Ada alasan ilmiah yang membuat manusia di dunia nyata mustahil untuk meraih kebahagiaan seperti sosok Nika. 

Rafael Auba, konsultan dan dosen senior dalam bidang psikiatri (ilmu kejiwaan) di King’s College London lewat esainya yang terbit di The Conversation, menulis bahwa secara alamiah manusia rupanya lebih mudah sedih, daripada bahagia.

Dalam sirkuit otak sudah ada ruang khusus yang mengatur kesedihan yang kemudian disalurkan ke memori dan emosi kita agar bisa kita rasakan, bahkan bisa berdampak pada fisik juga. 

Dengan demikian perasaan sedih akan terus mengendap dalam diri manusia untuk waktu yang lama. Jadi maksudnya manusia sudah membawa sepaket perasaan sedih, kecewa, marah, bersalah, ataupun gelisah sejak lahir. 

Kenapa bisa seperti itu? Manusia didesain untuk bertahan hidup daripada merasa bahagia terus menerus lewat evolusi pada bagian lobus frontal (bagian otak manusia untuk menganalisis, mengambil keputusan, dan mengendalikan emosi). 

Kalo bahagia, manusia merasa cepat puas dan perlahan-lahan dapat menghilangkan nalar bertahan hidupnya sehingga terlepas dari kerugiannya, perasaan sedih seperti depresi membuat seseorang terus mencari cara untuk bertahan hidup. 

KEBAHAGIAAN CUMA ‘ARTIFISIAL’

Di sisi lain, rasa sedih yang memang bawaan lahir, perasaan bahagia justru hanya rekayasa dibuat dalam sistem otak dari respon manusia tanpa adanya dasar yang jelas. Perasaan bahagia nggak ditemukan ada pada jaringan otak. Makanya rasa kebahagiaan cepat hilangnya.

TUNTUTAN EKSTERNAL

Salah satu alasan yang bikin sulit banget buat bahagia terus menerus adalah datangnya berbagai hal eksternal. Hal-hal yang nggak bisa kita kontrol tapi kerap lebih dipikirin. Akhirnya mendistraksi hal lain yang bisa dikontrol dan sebenarnya yang bikin bahagia. 

Hal eksternal tersebut misalnya sebuah tuntutan, lalu melahirkan ambisi. Perasaan nggak puas-puas, terus mencari kebahagiaan yang lebih lagi. Kita jadinya nggak melihat yang ada dan punya yang bikin bahagia tapi melihat nggak ada, dan mungkin nggak bakal bisa diraih. Sampai akhirnya rasa kebahagiaan itu tak lebihnya dari sebuah obsesi. 

SYUKUR SEBAGAI KUNCI

Agak klise memang, tapi bersyukur itu penting banget, melihat hal yang kita punya yang membuat bahagia, daripada memikirkan hal-hal eksternal yang bisa dikontrol. Seperti kalimat dalam iklan Spotify yang keren banget yang pernah saya temukan, “Kamu tidak akan menyadari apa yang kamu punya sampai kamu kehilangannya.”

Sebagai penutup, One Piece menceritakan Nika sendiri sebagai ksatria kebebasan (the warrior of liberation) yang menandakan ia tak pernah memikirkan hal-hal eksternal yang mengganggu kebahagiaannya. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Pasthiko Pramudhito

Sedang belajar jadi Content Writer. Penggemar sepakbola dan pop culture.