Esensi

5 ALASAN KENAPA KALIAN NGGAK HARUS BELI BAJU LEBARAN

Katanya sih momen lebaran cuma sekali dalam setahun, tapi kok dampak buruknya sampai-sampai bisa merusak bumi. Kalian sendiri bakal beli baju lebaran juga nggak?

title

FROYONION.COM“Baju baru Alhamdulillah. Tuk dipakai di hari raya. Tak punya pun tak apa-apa. Masih ada baju yang lama.” Cung! Siapa yang masih ingat penggalan lagu oleh mantan penyanyi cilik, Dea Ananda ini?

Seiring hari lebaran semakin dekat, tren membeli baju lebaran semakin memikat. Tak terkecuali bagi sebagian besar masyarakat muslim di Indonesia yang rela membeli baju idaman sebulan sebelum lebaran datang.

Mulai dari baju koko, gamis, hingga yang sedang tren di kalangan kaum hawa yaitu kaftan, tunik, abaya, maupun baju kurung, semuanya laris manis diincar baik itu lewat toko daring dan pusat tekstil tersohor macam Pasar Tanah Abang. 

Tradisi membeli baju lebaran tertuang dalam buku Nasihat-Nasihat Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889 - 1936 Jilid IV milik Penasihat Urusan Pribumi bernama Snouck Hurgronje.

Kala itu, masyarakat saling bertemu dan berkenalan antarkerabat sambil mengenakan pakaian baru dan disertai perayaan pesta dengan jamuan makanan khusus. Peristiwa ini mengingatkan pada perayaan tahun baru di Eropa.

Hal ini termaktub juga berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Al-Hasan bin Ali RA yang berbunyi, ‘Rasulullah SAW telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan.’ (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim).

BACA JUGA: REKOMENDASI FILM LEBARAN, MULAI DARI FILM BERTEMA KELUARGA HINGGA HOROR

Di tengah gegap gempita menyambut lebaran, timbul perasaan was-was ketika membeli baju baru. Salah satunya adalah fast fashion. Selain memenuhi lemari, kita tentu tak mau, ‘kan, jika seandainya limbah baju lama yang dibuang turut mencemari lingkungan?

Penasaran akan ini, penulis menanyakan ke salah satu masyarakat bernama Hajir asal Yogyakarta. Ia lebih memilih belanja baju bekas dibanding baju baru untuk lebaran.

“Kenapa aku nggak beli karena stok bajuku banyak dan tiap beberapa bulan sekali biasanya aku beli baju, itu pun baju bekas atau thrifting. Aku senang beli baju bekas karena lebih mendukung lingkungan,” ujarnya melalui sambungan internet.

Masih ada beberapa alasan penting supaya kalian semakin sadar bahwa sebenarnya nggak harus kok beli baju baru lebaran. Selengkapnya, baca tulisan di bawah ini. 

1. MENGURANGI DAMPAK FAST FASHION

Seperti yang dijelaskan sebelumnya. Fast fashion adalah istilah yang menjadi penyebab terbesar kerusakan lingkungan, seperti polusi air, tanah, dan menghasilkan gas emisi rumah kaca yang memengaruhi perubahan iklim.

Fast fashion umum ditemui pada industri tekstil yang memproduksi pakaian dengan cepat dan murah. Akan tetapi kualitas yang seadanya, menimbulkan masalah serius terhadap lingkungan.

Cara yang paling mutlak adalah menahan hasrat untuk membeli baju baru lebaran. Tenang! Kalian dapat membeli baju yang terbuat dari bahan organik ketimbang sintetis, atau menyewa dan membeli baju bekas yang bisa membantu menanggulangi krisis ini.

2. MENGHEMAT PENGELUARAN UANG

Bagaimana perasaan kalian saat hendak membeli baju lebaran? Pasti senang dan full senyum, ya? Siapa, sih, yang nggak mau tampil rupawan saat perayaan lebaran. Tapi kalian perlu pikir kembali jika sikap impulsif alias ketagihan berbelanja baju lebaran bisa bikin dompet meringis.

Diskon besar-besaran bahkan separuh dari harga normal merupakan tantangan terbesar untuk nggak membelanjakan baju lebaran. Namun, sedikit demi sedikit, langkah ini terbukti menghemat pengeluaran uang kalian yang dapat dialokasikan lebih bermanfaat. Berdonasi hingga memberikan angpao lebaran, misalnya.

Tips lainnya, buatlah anggaran, prioritaskan kebutuhan, carilah alternatif, dan bijak dalam berbelanja untuk memenuhi kebutuhan menjelang lebaran. Dengan mengikuti tips di atas, kalian tetap bisa menikmati lebaran yang menyenangkan.

BACA JUGA: RESIGN MENDEKATI LEBARAN, YES OR BIG NO NO

3. NGGAK ADA YANG SIBUK NOTICE BAJU BARU ATAU LAMA

Percaya, deh. Nggak ada yang sibuk notice seteliti apakah orang melihat baju lebaran kalian itu baru atau lama. Sekalipun ada, bukankah itu sekadar basa-basi daripada ditanya, “kapan nikah” atau “kok gemukan?”

Lebaran merupakan momen sakral untuk merayakan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa. Di perayaan ini, semuanya berkumpul bersama keluarga atau orang terkasih dan saling memaafkan.

Untuk itu, lepaskan harapan kalian agar di-notice kerabat dekat. Mari menormalisasi semua pakaian yang dikenakan saat lebaran adalah sama baiknya, agar nggak ada lagi orang yang terbebani hanya karena nggak mampu beli baju lebaran.

4. MENCEGAH BAJU SEMAKIN MENUMPUK

Membeli baju lebaran sudah menjadi tradisi. Namun, siap-siap untuk menghadapi penumpukan baju di lemari. Di samping itu, kalian akan bingung pakai baju lebaran yang cocok karena tetap saking banyaknya koleksi di lemari.

Ketika tradisi membeli baju lebaran disambut dengan langkah mantap menahan dorongan impulsif untuk membelanjakannya, kalian juga akan sadar bahwa baju lebaran lama sudah semestinya dihibahkan ke orang yang membutuhkan. 

Kemudian yang paling penting, efek positif nggak membeli baju lebaran adalah kreativitas semakin terasah dalam memadupadankan baju yang ada di lemari. Tinggal tonton referensinya dari internet, dalam hitungan sekejap bisa tampil layaknya baju baru.

5. KESEHATAN MENTAL SEMAKIN MEMBAIK

Inilah puncaknya. Membeli baju lebaran dapat menjadi sumber kecemasan bagi banyak orang. Kita mungkin tertekan untuk membeli baju yang sedang tren demi menarik perhatian orang lain, atau yang lebih parah, merasa nggak pede dengan baju yang dibeli.

Dengan berani untuk nggak membeli baju lebaran akan mengajarkan kalian tentang arti lebih mensyukuri apa yang telah dimiliki. Kalian akan lebih fokus pada makna lebaran yang bukan ajang untuk memamerkan penampilan.

BACA JUGA: KISAH KOCAK SI PELIT & SI BOROS DALAM SERIAL ‘KELUARGA HITUNG-HITUNGAN’

Membeli baju lebaran bukanlah hal wajib. Meski sudah menjadi tradisi di negara sendiri, lihatlah bagaimana dampak yang dihasilkan. Selanjutnya kalian sendiri yang menentukan apakah esensi lebaran tetap terasa walaupun sedang sibuk beli baju lebaran yang mana.

Ngomong-ngomong, mohon maaf lahir dan batin, ya! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Lukman Hakim

Penulis lepas yang menuangkan ide secara bebas tapi tetap berasas