
Meskipun canggih dan kekinian, brosur digital sebenarnya tak sepersuasif brosur cetak. Lalu, mengapa sih demikian?
FROYONION.COM – Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, banyak perusahaan atau pelaku bisnis lainnya yang beralih dari brosur cetak menjadi menggunakan brosur digital. Biasanya, menggunakan format file gambar atau format PDF. Brosur ini biasanya pun bisa diunduh dari situs resmi perusahaan atau pelaku usaha.
Dibandingkan brosur cetak, brosur digital jauh lebih praktis. Sebabnya, tak membutuhkan banyak dana untuk membuatnya. Brosur ini pun bisa di-share dengan praktis kepada teman atau kerabat yang membutuhkannya. Misalnya, me-share dengan menggunakan whatsapps.
Meskipun demikian, masih ada perusahaan atau pelaku usaha lainnya yang menggunakan brosur cetak. Contohnya, beberapa supermarket ada yang menggunakan brosur cetak yang berisi informasi promosi berbagai produk. Brosur ini dibagikan kepada masyarakat luas. Contoh lainnya, beberapa pengusaha catering ada yang membuat brosur cetak berisi pilihan paket.
Brosur, baik yang berbentuk cetak maupun digital, sebenarnya bertujuan persuasif. Brosur didesain sedemikian rupa untuk merangsang orang agar membeli produk yang dijual.
Nah, bila keduanya dibandingkan dalam hal persuasif, mana yang lebih baik? Bila dikaji secara mendalam brosur cetak sebenarnya jauh lebih persuasif dibandingkan brosur digital. Karenanya, brosur cetak sebenarnya lebih merangsang minat orang untuk membeli produk yang ditawarkan.
Lalu, mengapa sih demikian? Berikut alasan-alasannya.
Brosur memuat berbagai informasi terkait produk yang dijual. Nah, orang umumnya lebih mudah mencerna informasi di brosur cetak dibandingkan brosur digital. Dilansir dari situs snexplorer, banyak penelitian yang menemukan bahwa orang cenderung kurang memahami informasi yang dimuat pada media digital.
Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan pada tahun 2018. Menurut penelitian ini, orang lebih mudah mencerna informasi-informasi pada dokumen cetak dibandingkan dokumen digital. Sedangkan bila menyimak informasi pada brosur digital, menurut penelitian lainnya dilansir dari sumber yang sama, mereka cenderung kurang mampu menyerap berbagai informasi.
Nah, bila orang kurang paham dengan informasi terkait produk yang dimuat di brosur, mereka cenderung tak tertarik membeli produk. Sebaliknya, bila memahaminya dengan baik, membuat mereka lebih tertarik membelinya.
BACA JUGA: PENDAPATAN IKLAN YOUTUBE TURUN, APA DAMPAKNYA BAGI CONTENT CREATOR?
Kita menyimak brosur digital di layar smartphone. Karena layar smartphone kecil, maka kita perlu me-scroll layar untuk menyimak seluruh informasi. Kita pun perlu juga me-zoom brosur untuk memperbesar tulisan yang terlalu kecil. Nah, karena layar harus di-scroll dan brosur harus di-zoom, bisa saja ada beberapa informasi penting yang terlewatkan.
Bisa saja, orang tak tertarik membeli produk karena tak membaca informasi tersebut. Beda halnya dengan brosur cetak. Mereka tak perlu repot-repot me-scroll atau me-zoom seperti halnya pada brosur digital. Karenanya, risiko informasi yang terlewatkan sangat kecil.
Menurut suatu penelitian, dilansir dari situs Tri-county Vision, silau pada layar pun membuat mata kita cepat lelah. Nah, dengan demikian, membaca informasi di media digital sebenarnya lebih melelahkan mata. Terlebih bila brosur berisi begitu banyak informasi. Baik itu informasi dalam bentuk gambar atau tulisan.
Karena mata lelah, bisa saja mengurangi fokus dalam mencerna informasi. Nah, karena fokus berkurang, bisa saja orang salah mencerna berbagai informasi penting sehingga mereka tak tertarik membeli produk. Beda halnya dengan brosur cetak. Karena brosur ini dicetak, mata kita bisa lebih nyaman dan fokus menyimak berbagai informasi.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, saat menyimak brosur digital, orang perlu me-scroll layar dan me-zoom brosur untuk menyimak berbagai informasi pada brosur. Hal ini sebenarnya merepotkan. Terlebih, bila brosur berukuran besar dan padat dengan berbagai informasi. Seharusnya orang dibuat nyaman menyimak brosur, bukan dipersulit.
Beda halnya dengan brosur cetak. Kita tak perlu repot-repot mengambil smartphone atau membuka laptop untuk menyimaknya. Tak perlu juga me-scroll atau me-zoom. Kita hanya perlu mengambil brosur lalu menyimak berbagai informasi. Karenanya, lebih praktis untuk disimak.
Menurut suatu penelitian, dilansir dari brainfacts, orang lebih mudah mencerna gambar yang dicetak daripada gambar di dokumen digital. Dengan demikian, gambar pada brosur cetak sebenarnya lebih komunikatif daripada gambar pada brosur digital. Pada brosur, memang biasanya terdapat beberapa gambar.
Khususnya di bagian cover-nya atau halaman depan Sedangkan gambar pada brosur digital tampil pada layar. Bila gambar pada brosur lebih mudah dicerna, tentunya merangsang orang untuk membeli produk yang ditawarkan. Sebaiknya, bila sulit dicerna, tentunya membuat orang tak tertarik membeli produk.
Itulah, 5 alasan kenapa brosur cetak masih dibutuhkan saat ini dalam dunia bisnis. Tak dapat dipungkiri, brosur cetak sebenarnya lebih merangsang minat membeli orang dibandingkan brosur digital. Karenanya, tak lantas perkembangan teknologi akan membunuh keberadaan brosur cetak.
Kita pun dapat menyimpulkan juga bahwa saat kita membaca brosur digital sebenarnya ada banyak barrier atau hambatan-hambatan yang membuat orang tak nyaman menyimaknya. Hambatan-hambatan ini pun bisa saja membuat orang tak bisa menangkap informasi secara utuh.
Namun, dibalik kelebihan brosur cetak tentunya ada kelemahan. Kelemahannya yaitu kita harus mengeluarkan dana tak sedikit untuk memproduksinya dalam jumlah yang banyak.
Untuk mencetak brosur kualitas standar sebanyak satu rim biasanya menghabiskan dana dalam kisaran 600 hingga 800 ribu. Satu rim terdiri dari 500 eksemplar. Brosur memang harus diproduksi dalam jumlah banyak agar bisa dibagikan kepada banyak orang. (*/)