Music

YELLOW FLOWER LIVING WATER MERAYAKAN KEHILANGAN MELALUI SEBUAH EP

Band pop rock asal Surabaya ini merilis mini album terbarunya dengan menggelar event yang berbeda dengan band lain.

title

FROYONION.COM - Umumnya sebuah band ketika merilis album ataupun mini album menggelar hajatan berupa konser atau tur ke beberapa kota, namun tidak dengan band beraliran pop rock dari Surabaya bernama Yellow Flower Living Water. Mereka merilis mini album bertajuk The Great Unconformity, pada 25 Februari 2023 kemarin dengan menggandeng 4 ilustrator yang berdomisili di Surabaya untuk menggelar pameran ilustrasi dan berkolaborasi dengan kolektif seni Artchemist.

Yellow Flower Living Water, satuan pop rock yang berbasis di Surabaya ini eksis sejak tahun 2018, digawangi oleh Rafif Taufani sebagai vokalis, Rizky Ilham sebagai drummer, Soma Dhaneswara sebagai gitaris, serta Raka Pradana atau akrab disapa Ewok sebagai basisst. Di tahun 2020 Mereka sukses merilis album pertamanya yaitu Happy Hazel Day’s yang kemudian di tahun 2023 ini merilis mini album dengan tajuk The Great Unconformity.

Hajatan sederhana namun tidak kecil ini digelar di Flores 15, sebuah kedai kopi yang berada di jalan Flores nomor 15, Ngagel, Wonokromo, kota Surabaya. Nama kedai yang sesuai dengan alamatnya, tentu sangat mudah untuk diingat dan dicari. Berkolaborasi dengan salah satu kolektif seni lintas disiplin di Surabaya bernama Artchemist serta menggandeng 4 ilustrator lokal Surabaya yaitu Tebobo, Hola Jambul, Mugen Sashimi dan Yudhistira Leon untuk merepresentasikan mini album dari Yellow Flower Living water.

Hajatan sederhana berupa pameran ilustasi ini dilaksanakan di hari yang sama pada saat mini album The Great Unconformity dirilis, tepat pada pukul 15.00 WIB pameran dibuka. Pengunjung dapat meminang art print dari para ilustrator dengan harga satuannya hanya 30 ribu rupiah, sedangkan jika ingin membeli 4 karya sekaligus cukup menukarnya dengan uang 100 ribu rupiah saja. Ada juga stiker dari Yellow Flower Living Water dan Artchemist dibagikan secara gratis kepada para pengunjung pameran.

Penulis bertemu dengan sang basisst dan drummer dari Yellow Flower Living Water, Mereka bercerita banyak hal mulai dari proses menyiapkan pameran dalam waktu yang cukup singkat, proses penggarapan para ilustrator serta proses produksi mini album The Great Unconformity ini sendiri.

Ewok sang basisst menjelaskan kepada penulis bahwa judul yang digunakan dalam mini album ini meminjam istilah dari fenomena geologis, dimana ada sedimen batu di dalam bumi yang hampir menghilangkan berbagai residu sejarah manusia. Pertama kali ditemukan oleh Clarence Dutton pada tahun 1880. Fenomena ini membuat para geolog kesusahan untuk mencari tahu tentang apa yang terjadi beberapa ribu tahun lalu. Hal yang sama dimaknai oleh Yellow Flower Living Water menggandeng para ilustrator untuk merespon mini album Mereka lewat karya ilustrasi yang menggambarkan berbagai jenis olahraga yang biasa dilakukan oleh sosok ayah dari masing-masing personil.

Sebuah kemewahan yang tidak dirasakan oleh para personil Yellow Flower Living Water serta tertuang di dalam lagu-lagu Mereka yang baru saja dirilis. Sebuah fakta menarik dari band ini adalah keempat personilnya telah kehilangan sosok ayah dalam hidup Mereka, dengan begitu mini album The Great Unconformity merepresentasikan para personil yang merayakan kehilangan sosok ayah dengan menerima atau dalam istilah Jawa disebut “legowo”, ungkap Ewok menambahkan dari penjelasan sebelumnya.

Kenapa harus bertema olahraga? Karena sosok ayah dari tiap personil ini sama-sama memiliki kebiasaan berolahraga dengan cabang yang berbeda. Kemudian dituangkan oleh para ilustrator dalam karya Mereka yang masing-masing personil diilustrasikan sedang berolahraga seperti yang ayah Mereka gemari seperti sepak bola, baseball, catur serta bersepeda. 

Selain itu, keunikan dari keempat personil band ini memiliki kegemaran terhadap anime, dengan senang menyebut diri Mereka wibu. Uniknya Mereka juga menggandeng para ilustrator yang memiliki karya bergaya layaknya anime juga.     

Setelah merilis mini album di platform musik digital sejak 25 Februari kemarin, Yellow Flower Living Water berencana untuk merilis dalam bentuk rilisan fisik bersamaan dengan merchandise lainnya, dengan harapan sesegera mungkin meski belum tahu kapan waktu yang tepat. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Imam Luqman

Mahasiswa Sastra Indonesia tingkat akhir di salah satu kampus negeri di Surabaya, anggota masyarakat urban di Surabaya dan aktif di kesenian teater dan film pendek