Trends

EPIC GAMES DITUNTUT ATAS PLAGIASI GERAKAN TARI PADA EMOTE FORTNITE

Perihal hak cipta memang pelik untuk industri media kreatif di seluruh dunia. Tak alang juga menimpa salah satu game global, Fortnite, yang dituntut atas gerakan salah satu emote-nya yang sangat mirip dengan koreografi buatan Kyle Hanagami.

title

FROYONION.COM - Seorang koreografer professional yang telah bekerja sama dengan artis papan atas seperti Britney Spears, NSYNC, dan BlackPink – Kyle Hanagami, menuntut perusahaan game asal Amerika, Epic Games. 

Tuntutan ini dilayangkan karena salah satu emote pada game Fortnite kedapatan memiliki gerakan tari yang sama persis dengan yang dibuat Kyle saat meng-cover tarian untuk lagi How Long-Charlie Puth. 

Cover dance yang dibuat oleh Kyle ini telah dirilis di kanal YouTubenya pada November 2017 lalu. Sedangkan emote ‘It’s Complicated’ Fortnite yang meniru gerakan tari buatan Kyle ini baru rilis di tahun 2020. Sebagai informasi, koreografi yang dibuat oleh Kyle telah teregistrasi dan diakui sebagai koreografi asli buatannya

Dilansir dari laporan California Central District Court, kasus pelanggaran hak cipta Kyle Hanagami telah diserahkan pada pengadilan sejak Maret 2022 lalu. Terpantau dari laporan yang ada, proses pengadilan tidak berjalan dengan lancar karena pihak Epic Games tidak segera merespon pada tuntutan ini. 

Untuk meyakinkan massa akan kesamaan koreografi yang dimaksud, pengacara Kyle Hanagami, David Hecht, merilis video YouTube yang membandingkan tarian Kyle dengan emote Fortnite yang dimaksud. 

Jika diperhatikan, memang gerakan emote ‘It’s Complicated’ Fortnite sangat mirip dengan tarian Kyle, baik dari gerakan tangan, pundak, gestur tubuh, arah kepala, hingga gerakan kaki. Jelas tidak ada modifikasi yang dilakukan Fortnite dalam membuat emote ini. 

BACA JUGA: TRIK ED SHEERAN BIAR NGGAK KENA TUDUHAN PLAGIARISME LAGI

Peliknya lagi, emote ‘It’s Complicated’ tersebut telah merugikan Kyle secara finansial karena ketersediaan emote pada game Fortnite harus dibeli dengan uang jika ada pemain yang ingin menggunakan. Hal ini tentu sangat merugikan Kyle, dimana seharusnya Kyle berhak mendapat tidak hanya kredit atas koreografi yang digunakan, tapi juga komisi dari penjualan emote tersebut. 

Penggunaan koreografi Kyle tanpa izin oleh Epic Games ini merupakan salah satu kasus pelanggaran hak cipta yang menimpa Epic Games, karena sebelumnya pada tahun 2018 Epic Games juga sempat dituntut oleh beberapa seniman lainnya. 

Rupanya masih banyak pihak yang belum memahami cara kerja hak cipta yang sudah menjadi hak setiap seniman. Sayangnya implementasi dan penegakan hak cipta khususnya pada industri dan media kreatif juga masih lemah dan cenderung merugikan korban. Buktinya, kasus hak cipta Epic Games pada tahun 2018 tersebut, ditutup dengan lolosnya Epic Games tanpa tuntutan dengan alasan harus menunggu sampai hak cipta didaftarkan. 

Padahal, jika mengacu pada World Intellectual Property Organization, hak cipta adalah hak yang tercipta dan dimiliki secara otomatis oleh sang pencipta karya setelah karya tersebut dibuat. Hal ini mengartikan bahwa keabsahan hak cipta tidak terbatas pada terdaftar atau tidaknya karya tersebut ke direktorat hak kekayaan intelektual suatu negara, melainkan sudah ada secara alamiah. 

Banyak orang yang masih salah kaprah dalam memahami hak cipta ini. Karena pendaftaran karya ke direktorat hak kekayaan intelektual hanya untuk pendataan, bukan untuk meresmikan hak cipta tersebut. 

Ternyata bukan hanya di Indonesia yang masih blunder soal hak cipta, negara maju pun masih sama. Nggak heran kalau para seniman mulai beralih ke NFT, karena lewat NFT hak cipta seniman sangat dilindungi. (*/) 

BACA JUGA: PENDAPAT MUSIKUS KLASIK TENTANG NFT YANG MELINDUNGI HAK CIPTA

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Sehari-hari menulis dan mengajukan pertanyaan random ke orang-orang. Di akhir pekan sibuk menyelami seni tarik suara dan keliling Jakarta.